23. Braga

457 28 12
                                        

Typo bertebaran~

***

Tidak terasa, hari dimana Sean akan berangkat ke jepang telah tiba.

Semuanya kini tengah berada di bandara, guna mengantarkan sang Papa.

Sean mengusap kepala Nana, yang masih asik memeluk dirinya.

"Udah dulu ya, sayang. Papa harus berangkat sekarang." Sean melepaskan pelukannya.

Wajah Nana terlihat cemberut, dia sebenarnya tidak mau ditinggalkan sang Papa.

"Papa titip Adek, dia paling bandel diantara kalian. Kalian juga jaga diri baik-baik, ini bukan kali pertamanya Papa ninggalin kalian. Tapi ini kali pertamanya buat Adek." Titip Sean kepada yang lainnya.

Sang anak hanya mengangguk paham, mereka kemudian satu persatu menyalimin tangan sang Papa.

"Papa berangkat, Assalamualaikum." Pamitnya.

"Wa'alaikumsalam." Jawab mereka.

Sean mulai melangkah menjauhi sang Anak. Hingga saat ini yang tersisa hanya Leon, Alvero, Arsen, dan Kaivan, serta Nana.

Leon menatap Nana yang masih menunjukkan wajah cemberut nya.

"Sudah, jangan cemberut seperti itu. Papa hanya pergi ke Jepang, bukan berperang." Leon mengusap kepala Nana.

Mendengar ucapan Abang tertua nya, Nana semakin menekukkan wajahnya.

"Yaelah cil-cil, mukanya jangan begitu, jelek kamu." kata Arsen.

"Bener tuh, sebelum pulang mampir ke braga aja, mau?" tawar Alvero.

"Yaudah, kalo gitu ayok kita meluncur ke braga!!" teriak Nana Antusias, ia kemudian berlari menuju mobil.

"Woi bocah! Tungguin gua!" Kaivan berteriak sembari menyusul Nana.

Sedang yang lainnya hanya terkekeh gemas, ketika melihat interaksi si kembar.

***

Kelima nya kini tengah berjalan santai di jalan braga, dengan posisi Nana yang berdiri di tengah-tengah.

Tangan kanan nya memegang tangan Leon, sementara tangan kirinya memegang tangan Kaivan.

Di sisi Leon ada Alvero, dan di sisi Kaivan ada Arsen tentunya.

"Gadis kecil, sebenarnya kamu ingin kemana? Kita sudah berkeliling di jalan braga, dan langit sudah terlihat mendung." Leon membuka pembicaraan.

Ucapan Leon benar, mereka hanya berjalan berkeliling braga dengan kemauan Nana.

Nana hanya tersenyum kuda.

"Gak ada, Nana cuma mau jalan-jalan bareng kalian. Kapan lagi bisa gini, kan?" kata Nana.

Semuanya mengangguk paham.

"Iya, tapi gua pegel. Duduk dulu napa." Ujar Kaivan.

Akhirnya mereka memilih duduk dikursi yang ada di pinggir jalan braga.

Nana Grizsella [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang