64. RAUNGAN PEDIH

10K 282 109
                                        

RAMEKAN DENGAN KOMENTAR KALIAN YA🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RAMEKAN DENGAN KOMENTAR KALIAN YA🔥

*

Melihat putranya terbaring dengan mengerikan diranjang rumah sakit, bagai tikaman yang menusuk kalbunya dengan sangat menyakitkan. Ia terus berdoa memohon pada Tuhan untuk tidak mengambil Damian-nya. Kecelakaan itu sangat fatal, Damian nyaris menjemput kematiannya jika saja Tuhan tidak memberikannya kesempatan kedua.

Kondisinya kritis, sudah seminggu pasca operasi, Damian hanya tertidur dengan alat-alat medis yang menempel ditubuhnya, bisa dikatakan cowok itu koma. Seminggu dilewati dengan sangat pahit, Daniel terguncang tak berdaya, masih tak menyangka dengan takdir yang ada. Yang kini tersisa dalam dirinya hanyalah kehampaan, satu-satunya yang ia punya sekarang cuma putranya Damian.

"Hancur, semuanya hancur Dewi ..." Daniel menyebut nama mendiang istrinya. Ia bersandar di dinding rumah sakit yang dingin, punggung rapuhnya merosot perlahan hingga pada akhirnya terduduk letih di lantai. "Yang kita pikir terbaik nyatanya menghancurkan hidup semuanya."

Daniel mengusap kepalanya frustasi. Ia berantakan, takdir membuatnya sangat terkejut. Ia merasa seperti menjadi manusia paling tidak becus.

"Aku ayah yang bodoh. Terlalu menganggap semuanya sepele. Seharusnya aku bisa mengatasinya, tapi aku tidak becus. Maafkan saya, Ayunda ..."

Rasa bersalah dan kebencian terhadap diri sendiri, Daniel tak tahu harus melakukan apa sekarang. Jika saja dari awal ia tak menganggap sepele tingkah laku Damian, dan tidak percaya jika Damian akan berubah dengan sendirinya. Ini semua pasti bisa ia atasi dan tidak akan berakhir buruk.

Kini, yang tersisa hanyalah dirinya dan Damian. Ia tak ingin kehilangan putra satu-satunya itu lagi.

*
*
*

Hari-hari berlalu dengan ke-laraan. Jemari yang awalnya kaku, bergerak perlahan. Mata yang sejak lama terpejam, mengerjap-ngerjap menunjukkan kesadaran.

Cahaya silau yang berasal dari lampu, adalah hal yang pertamakali Damian lihat setelah membuka matanya. Ia masih tergamang, bernafas teratur meski hatinya terasa sakit. Kepalanya terasa pusing, pun bibirnya terasa kaku untuk berbicara. Damian tercekat mengenal tempat ia berada, ruang inap. Sejenak ia kebingungan, tak mengerti mengapa ia berada disini?

Matanya bergerak memindai sekelilingnya. Kenapa ia sendirian disini? Dimana papanya? Dimana kei–

"Keisya ..." Matanya melebar begitu mengingat perempuan itu. Entah kenapa firasatnya tak enak. Ada yang mengganjal dihatinya, Lelaki itu mendadak mematung begitu ingatan kecelakaan tragis yang ia alami dengan Keisya menguar di kepalanya.

"Kecelakaan?" Airmatanya lolos begitu saja. Damian langsung bangkit dari tempat tidur, tidak memperdulikan kondisinya yang masih lemas. Meskipun kepalanya terasa nyeri saat ia bangkit, Damian mengabaikan itu. Yang ada dipikirannya sekarang hanyalah Keisya. Ia ingin bertemu wanita itu untuk memastikan keadaannya.

DAMIAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang