FLOW

177 15 4
                                    

"Ihhh tengil banget si lo. Wonbinnnnn"

Suara Rora menggelegar ke seluruh ruangan diiringi dengan suara cekikikan Wonbin karena berhasil mengganggu saudaranya itu, wajah kesal Rora tampaknya tidak membuat Wonbin berniat menghentikan tingkahnya dia malah semakin gila berlari kesana kemari.

"Jangan injek kasur gue jelek!!" Ultimatum itu keluar langsung dari mulut Rora saat melihat Wonbin akan menaiki kasurnya yang benar-benar dia jaga kesuciannya.

Kaki Wonbin masih mengambang, tubuhnya mematung mendengar ucapan Rora namun belum sempat dia menginjak kasur tersebut dia akhirnya mengurungkan niat dan memilih tiduran disana. Rora merebut kembali ponselnya dari tangan Wonbin lalu membaringkan tubuhnya di samping laki-laki yang tengah menatapnya.

"Kenapa? Gue cantik? Sorry gue udah tahu dari dulu", tegur Rora.

"Cuihhhh", elak Wonbin spontan.

Rora tertawa kecil, kepalanya disandarkan pada bahu Wonbin yang secara refleks kepala gadis itu diterima oleh tubuhnya dan tangannya mengelus pelan rambut Rora.

"Lo beneran sesuka itu sama Sungchan?", pertanyaan Wonbin tampaknya tidak membuat Rora terkejut, sangat wajar jika pertanyaan itu keluar dari mulutnya.

"Suka", jawab Rora singkat dan padat.

Wonbin mengangguk kecil mendengar jawaban tersebut, belum sempat melanjutkan ucapannya matanya tertarik pada sebuah benda yang tergantung cantik di dinding kamar Rora, rasanya dia tidak asing dengan benda itu. Sebuah dreamcatcher buatan tangan yang simple namun indah dan sepertinya penuh dengan makna.

"Itu, lo buat sendiri?", Rora mengalihkan pandangannya dari ponsel menuju arah yang ditunjuk oleh Wonbin.

Dreamcatcher berwarna putih dengan hiasan bulu berwarna biru langit yang sengaja dia gantung disana entah sudah berapa lama. "Bukan", kening Wonbin mengerut. "Gue pernah lihat itu deh", sanggahnya.

"Ya udah pasti, lo sering masuk kamar gue pasti udah sering lihat dong" , jawab Rora dengan nada keheranan karena sikap Wonbin.

"Itu dari Anton kan?", tanya Wonbin dengan nada agak terkejut karena mengingat sesuatu yang hampir saja terhapus dari ingatannya. Rora mengangguk polos, memang itu dari Anton. Temannya sejak TK dan SD.

"Gue baru inget lo kenal Anton", Wonbin menepuk keningnya.

"Emangnya kenapa sih?", nada bicara Rora mulai terdengar kesal.

"Dia suka sama lo kan?", Rora memutar bola matanya mendengar pertanyaan Wonbin, "ngga perlu dibahas. Cuma kenangan masa lalu", jawab Rora dengan nada tidak pedulinya sekarang.

Wonbin bangkit dari tempat tidur Rora lalu mengambil Dreamcatcher tersebut. Sebuah kenangan tiba-tiba terlintas di kepalanya, bocah kecil yang menangis ditaman karena kebingungan tidak bisa membuat dreamcatcher untuk gadis yang disukai menyita perhatiannya, usia mereka sama namun saat itu Wonbin tidak terpikirkan sama sekali untuk melakukan hal yang sama dengan Anton. Dia belum merasakan sampai sebegitunya menyukai seseorang, Wonbin tersenyum kecil.

Kenangan seindah itu dipaksa tutup buku begitu saja oleh kedua pemiliknya seakan hal tersebut tidak pernah terjadi, bahkan mereka berusaha saling tidak mengenal. Lucu sekali.

******

Tangan Sungchan mengambil beberapa snack di kantin lalu membawanya menuju ruang kelas yang tidak pernah dia kunjungi sebelumnya, dia masih sedikit canggung melakukan hal seperti ini, karena sebelumnya Vivian tidak pernah memintanya melakukan hal yang menurut gadis itu sangat kekanakan seperti ini.

Baru saja sampai di ambang pintu, seorang gadis langsung melambaikan tangan kearahnya dan mengajaknya duduk bersama di bangku paling belakang barisan keempat dekat jendela, diiringi dengan suara godaan dari teman-teman sekelasnya.

Rora menyambut hangat kedatangan Sungchan, senyum itu terukir begitu manis di wajahnya sampai membuat Wonbin hampir muntah melihatnya. Hari ini mereka berdua janjian makan siang bersama, namun masih ada rasa takut pada diri Rora untuk makan dikantin karena takut Vivian akan ada disana dan merusak segala momen indahnya bersama Sungchan, akhirnya dengan sedikit bujuk rayu Sungchan mau datang dan makan siang bersama di kelasnya.

"Kenapa beli banyak banget", Rora menerima banyak Snack dari Sungchan, wajahnya sangat antusias saat ini. "Gue ngga tahu lo sukanya yang mana", jawaban Sungchan semakin membuat senyum Rora merekah. "Nggapapa, gue suka semuanya", ucap Rora sambil membuka salah satu snack dengan tangannya.

Melihat tingkah Rora membuat Sungchan seperti ikut merasakan kebahagiaannya, semuanya mengalir begitu saja. Gadis yang sedikit kekanakan sepertinya tidak buruk.

"Kotak makanan lo mana?" tanya Sungchan saat tidak melihat sebuah kotak berisi makan siang di meja Rora, sambil sibuk memakan Snack coklat yang dia sukai kepala Rora menggeleng, "gue lupa bawa", jelasnya.

"Kenapa ngga bilang", Sungchan menyentil kening Rora pelan, gadis itu hanya terkekeh. "Lo sendiri udah makan bekal yang lo bawa?", Sungchan menggeleng.

"Tadi diambil Eunseok, biasa tukang palak"

Rora segera menyodorkan sebuah kue yang dibelinya tadi pagi bersama Ruka kepada Sungchan, "gue tadi udah makan ini satu enak bangettt, ini buat lo. Makan yaa"

Sungchan mengambil kue tersebut dari tangan gadis yang secara unofficial menjadi kekasihnya saat ini, "Thankyou", ucapnya dengan tulus.

Mereka yang tengah asyik berduaan menjadi bahan pembicaraan bagi Ruka dan Wonbin yang duduk dibangku depan, dengan ekspresi gelinya Ruka terus menggeleng kecil. Wonbin mengelus pundak Ruka yang masih tidak terbiasa melihat hal seperti itu dengan kedua matanya berharap gadis yang duduk di sampingnya untuk tetap bersabar, tentang fakta bagaimana bisa Rora bisa menjadi pemenangnya dengan begitu mudah.

"Gue tahu lo geli, tapi tahan tahanin aja sebelum besok lo stress kalau si Princess tiba-tiba patah hati", Ruka melotot mendengar ucapan Wonbin.

"Gila gue gila, gue yang gila Wonbin!", Ruka mencengkeram kerah seragam Wonbin erat.

Wonbin terkekeh melihat Ruka yang sepertinya sudah menyerah menjaga Rora, dengan pelan Wonbin menurunkan cengkeraman tangan Ruka pada kerahnya karena jujur ini membuatnya tercekik, "Besok kalau dia beneran nangis kita kucilin aja kali ya, kita menghilang berdua healing kemana gitu, kita block kontaknya oke?"

Ruka mengangguk bersemangat.

"Gue masih heran mereka berdua bikin perjanjian apa ya waktu lo bawa Sungchan kerumah Princess", ucap Wonbin dengan nada penasarannya.

"Gue agak nyesel si bawa Sungchan kesana", tambah Ruka.

"Lo dicariin Eunseok tadi, katanya temennya Rora boleh juga", ucap Wonbin dengan mata yang belum lepas memandang Rora dan Sungchan.

"Dih", respon Ruka begitu mendengar kalimat yang diucapkan Wonbin, Si batu itu hidup dengan jiwa bapak-bapak yang menggelikan.

The Plot and The Twist -SUNGCHAN X RORA-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang