Vivian mengaduk secangkir teh hangat yang baru saja ia beri 2 kubik gula batu, dengan wajah masamnya dia belum mau membuka pembicaraan dengan orang didepannya sejak 30 menit yang lalu. Hembusan nafas berat terdengar, emosi itu sebenarnya ada bagi kedua belah pihak yang tidak diuntungkan dengan aksi aneh seorang gadis gila waktu itu.
Sungchan yang biasanya dengan leluasa memainkan jari-jari mungil Vivian dengan tangannya yang gagah itu kini bahkan tak sanggup mendekatinya barang 1 cm. Dia tidak salah, tapi dia merasa bersalah sedangkan dia tidak pernah sedikitpun merespon Rora sejak kejadian itu.
"Lucu ya", mata Sungchan berbinar saat mendengar suara halus Vivian, dia tidak menyelanya karena Vivian sepertinya masih ingin melanjutkan kalimat ucapannya.
"Kita itu cuma anak SMA yang jatuh cinta tapi kayak pasangan yang mau nikah ributnya, padahal belum tentu juga berjodoh"
Vivian menyesap teh hangat yang dia pesan, dia tersenyum tipis lalu perlahan menggapai tangan Sungchan kemudian dia berkata, "Ini bukan salah kamu, aku benci Rora. Tapi, aku jadi inget kisah masa lalu kamu waktu kamu minta bantuan aku buat ngirim surat ke dia"
Sungchan segera menggeleng, "Ngga, semua udah selesai ngga ada lagi Rora", Sungchan mempererat pegangan tangannya pada tangan Vivian.
"Aku mau kita break dulu, aku mau fokus Olimpiade dulu rasanya aku belajar pun ngga tenang kalau masih mikirin kamu berlebihan sedangkan kita udah janji kalau hubungan kita akan berjalan normal tanpa adanya rasa membebani satu sama lain. Lalu, kamu coba tanya dalam diri kamu dulu apakah Rora masih menjadi yang kamu mau selama ini. Okay, Chan?"
Mata Vivian berkaca-kaca selama mengungkapkan perasaan yang selama ini dia pendam, perlahan tangannya melepas genggaman tangan Sungchan. Mendadak semua kenangan itu berputar di kepala Sungchan, dia bingung sehingga dia membiarkan begitu saja tangan Vivian menjauh darinya sampai dia tidak sadar gadis itu sudah berada diambang pintu sekilas meliriknya lalu pergi meninggalkannya.
Kringggg,
Alarm pintu itu kembali berbunyi menyadarkan Sungchan akan segalanya, dia terlihat kesal sekarang jika Rora adalah laki-laki sudah pasti dia akan melayangkan pukulan telak di wajahnya tanpa babibu. Namun keadaannya berbeda, semuanya berbeda.
"Besok deh, kalau sempet gue kerumah lo. Muffinnya abis Bin, mau brownis? Oh okay gue beliin"
Pelayan toko mengambilkan sepotong kue brownis dengan topping almond diatasnya kemudian memasukkan kedalam papperbag kecil yang telah disediakan, setelah selesai melakukan pembayaran papperbag tersebut telah berpindah tangan kepada gadis bermata sipit yang sepertinya agak terburu-buru namun matanya menangkap seseorang yang tidak asing baginya. Dia tahu bahwa terjadi sesuatu padanya karena dia tadi tidak sengaja bertemu Vivian didepan dengan wajah yang sama.
Entah kenapa dia memilih mendekati orang tersebut karena sudah semestinya dia yang menengahi semua kejadian ini.
"Sorry, Sungchan", sapa Ruka pelan.
Sungchan mendongakkan kepalanya sedikit terkejut melihat seseorang yang tengah berdiri dihadapannya.
"Boleh gue duduk?", laki-laki itu mengangguk lemah.
"Tadi gue juga lihat Vivian didepan persis kayak lo gini, jadi gue bisa menyimpulkan kalau kalian ada masalah. Gue bukan mau ikut campur, tapi gue minta maaf kalau gara-gara Rora semuanya begini tapi dia cuma gadis biasa yang jatuh cinta. Kalau lo perlu ngomong sesuatu yang bisa bikin dia stop buat suka sama lo, harusnya lo omongin aja"
Saran Rora tampaknya tidak diterima oleh Sungchan dia menjadi tambah kesal dengan hal itu, "Hubungan gue sama Vivian yang gue sebarin ke seluruh sekolah belum cukupkah buat dia mundur dan ngga usah jatuh cinta sama gue!", jawab Sungchan dengan nada emosi.
Ruka menggeleng, dia membuka ponselnya lalu mencari sesuatu di dalamnya, 2 menit kemudian dia berhasil menemukannya dan menyerahkan ponselnya kepada Sungchan.
"Ini lo kan yang ngirim"
Sungchan terkejut melihat apa yang ada di layar ponsel Ruka.
"Surat itu baru dibuka Rora bulan lalu, selama ini dia ngga tertarik sama siapapun dan lo harusnya paham orang ngga semudah itu jatuh cinta dengan gila kecuali ada alasannya. Dia baru baca surat yang lo kirim, dia nyari keseluruh kelas tulisan mana yang cocok dan mirip dengan gaya tulisan di surat itu, dia mati-matian nyari semua itu sendirian sampai akhirnya tahu kalau itu dari lo. Chan, dia juga berhak jatuh cinta sama lo jadi sekarang lo aja yang nemuin dia dan bilang semua yang memang perlu lo omongin. Gue sekarang mau kerumah Wonbin, rumahnya Rora persis disebelahnya"
Mata Sungchan melotot, jadi selama ini dia sedekat itu dengan Rora bahkan saat dia masih diam-diam menyukai gadis itu. "Lo pasti kaget kan, kalian sedekat itu sejak dulu. Wonbin itu sepupunya"
Sungchan semakin membatu, Ruka terlihat pamit meninggalkan Sungchan. Laki-laki itu berlari kecil mengejar langkah kaki Ruka yang sudah berada jauh didepannya setelah membayar apa yang dia pesan tadi.
"Gue ikut", Sungchan memilih membereskan semuanya sekarang juga agar masalah ini tidak berlarut mengganggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Plot and The Twist -SUNGCHAN X RORA-
FanficRora menyerahkan sebuah buket bunga berwarna merah muda kepada Sungchan dengan wajah tegasnya dia mengatakan, "Gue suka sama lo" Sungchan terkejut wajahnya tampak kebingungan, sementara itu Vivian kekasihnya melotot mendengar kata yang terucap dari...