CAN I?

150 12 4
                                    

Mata Sungchan tak lepas memandangi sebuah foto jepretan polaroid yang berada ditangan kanannya sejak 15 menit yang lalu, tanpa dia sadari bibirnya ikut terangkat saat dia melihat betapa lebarnya dia tersenyum dalam foto tersebut.

Meskipun dengan sedikit paksaan nyatanya ajakan Rora tidak menjadi sebuah penyesalan bagi Sungchan, entah kapan terakhir kali dia mengambil foto menggunakan kamera polaroid miliknya yang sudah lama tergeletak di dalam lemari penyimpanan miliknya.

Hari ini Rora main kerumah Sungchan, tentu saja gadis itu yang gila main datang saja kerumah seseorang yang belum jelas mempunyai status apa dengannya, diiringi dengan suara uring-uringan Wonbin di sepanjang perjalanan, akhirnya Rora berhasil menemukan rumah Sungchan.

Gadis itu dengan suasana hati bahagia, berbekal mulutnya yang terus saja mengoceh tentang banyak hal tampaknya keluarga Sungchan menerimanya dengan baik bahkan Mama Sungchan yang sedikit ketat masalah pasangan anak-anaknya sangat senang dengan kehadiran Rora. Gadis itu berhasil merangkul keluarga barunya.

"Mata lo nanti copot kalau ngelihatin itu foto mulu!" Lino mengejek sang adik yang dari tadi tidak kunjung melepaskan tatapannya dari selembar kertas itu. "Iri aja lo!" balas Sungchan.

Bukannya marah, Lino malah tertawa saat kembali mengingat tingkah Rora dirumah mereka. Padahal gadis itu baru pertama kali berkunjung, tetapi dia berhasil menguasai rumah begitu cepatnya. Tingkahnya yang aktif luar biasa sempat menyita perhatian Lino sejenak sebelum sebuah fakta menamparnya bahwa gadis yang tengah dia perhatikan adalah milik adiknya.

"Cantik juga pacar lo" ujar Lino sambil duduk disebelah Sungchan dan merebut foto itu dari tangan adiknya, Sungchan memutar bola matanya jengah melihat tingkah kakaknya.

"Karena gue juga ganteng" ucap Sungchan sambil kembali merebut foto tersebut dari tangan Lino. "So, Vivian? Udah dibuang?" pertanyaan Lino menghentikan langkah kaki Sungchan yang sudah berada di anak tangga ke lima.

"Ngga tahu, gue capek kalau sama dia. Gue mulu yang berusaha bahagiain dia, lah dia? boro-boro nanyain kabar gue. Ngabarin kabar dia aja ogah kalau ngga gue kode duluan"

Penjelasan Sungchan hanya dibalas senyuman kecil oleh Lino, dia tahu betul betapa stressnya Sungchan saat berada dalam hubungan tersebut, hubungan yang menurutnya seperti bertepuk sebelah tangan meskipun menurut Sungchan dan Vivian mereka saling mencintai.

Bahkan Mamanya sudah berulang kali menegur Sungchan karena melihat putra bungsunya yang selalu uring-uringan.

"Good Luck deh buat lo kali ini, Chan"

Sungchan mengangguk, "Thanks Bro"

****

Seseorang masuk kembali kedalam air untuk kesekian kalinya, melepaskan segala beban pikirannya dengan berenang di kolam renang sekolah. Kalau bisa tangannya berteriak kelelahan mungkin dari tangannya pun sudah lelah berteriak memberitahu tuannya untuk segera berhenti.

Anton melepaskan kacamata renangnya saat tangannya berhasil menggapai ujung kolam renang disisi lainnya, napasnya terengah-engah, tangannya mengusap beberapa kali wajahnya yang terasa perih karena berulang kali menghantam air. Dia menaikkan tubuhnya dan duduk dipinggir kolam renang sambil merenung.

Banyak sekali hal yang mengganggunya akhir-akhir ini, apalagi setelah perasaannya akhirnya lelah berusaha untuk berulang kali tidak peduli akan kehadiran seseorang yang hingga saat ini masih ia sukai. Fakta menyakitkan menambah beban pikirannya, saat tahu bahwa gadis yang dia sukai ternyata tengah dekat dan menyukai sahabatnya sendiri.

Rasanya lelah sekali saat harus terus menerus membuang mata kala tak sengaja beradu pandang.

Terjerat.

Anton terjerat sebuah takdir yang sungguh ia benci, dia menyukai seorang gadis lalu dipaksa berpisah dengan berbagai peristiwa menyedihkan yang tidak dia harapkan, lalu kembali dan siapa sangka takdir mempertemukannya kembali dengan gadis itu, dengan hubungannya yang semakin memburuk setiap harinya.

"HAHHHHH!!!!" Anton berteriak dengan kaki menendang air cukup keras.

Setelahnya dia bangkit berdiri untuk membersihkan badannya sebelum pulang kerumah.

Langkah kaki Anton kini sudah sampai di parkiran sekolah, hanya tersisa 4 buah sepeda motor yang terparkir berjarak dengan motornya. Anton mengenali salah satu motor yang terparkir paling jauh dari miliknya, kepalanya menoleh ke kanan ke kiri, siapa tahu pemiliknya sedang berada didekat sini.

Matanya menyipit saat melihat laki-laki berambut gondrong berjalan mendekatinya dari lawan arah, "BIN!" Panggilnya. Laki-laki itu seketika berlari saat mendengar namanya dipanggil oleh orang yang sangat dikenalnya.

"Habis renang?" Tanya Wonbin pada Anton yang sudah ada dihadapannya.

"Yoi, lo ngapain baru balik" tanya Anton balik pada seseorang yang tidak mungkin betah berada di satu tempat untuk waktu yang lama ini.

"Nyari Princess, bokapnya nelpon gue dia belum balik. Kebiasaan kalau pergi bawanya nama gue tapi ngga pernah bilang gue! Yang kualat gue nipu orang tuanya mulu" , Wonbin mengomel menghadapi sikap Rora yang selalu berhasil membuatnya kesal.

"Masih kayak dulu ya" celetuk Anton mendadak membuat Wonbin menutup mulutnya dengan tangannya.

"Sorry" ujar Wonbin penuh penyesalan.

Anton menepuk pundak Wonbin dua kali.

"Nggapapa, aman" tenangnya.

"Lo ngga mau baikan sama dia?" Tawar Wonbin.

"Dengan resiko Sungchan tau semuanya? Apa ngga bahaya Bin"

"Anggap aja kalian ngga saling kenal terus kenalan gitu" Ide Wonbin hanya disambut tawa oleh Anton.

"Kalau Rora ngga nampar gue sebelum gue ngajak omong dia deh" ujar Anton.

Wonbin mengehela napas, "Sekuat kalian main sandiwara ini deh, gue ngga ikutan"

Anton mengangguk.

Bercakapan singkat itu berakhir saat mereka berdua berpisah ke arah rumah mereka masing-masing.

Demikian Anton berusaha menghilangkan sedikit demi sedikit keinginannya yang terkadang muncul, keinginan yang dia harap akan berlalu bersama angin di sepanjang perjalanan pulangnya. Keinginan untuk kembali berhubungan dengan baik dengan Princessnya Wonbin, Rora.

The Plot and The Twist -SUNGCHAN X RORA-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang