Chapter Fifteen

317 42 13
                                    

"Niall?" Ucapan seseorang itu membuat aku dan Niall menoleh. Terdapat Barbara yang sedang berdiri di ambang pintu. "Eh- maaf mengganggu. Aku ingin berbicara sebentar dengan Niall"

"Tidak kok. Ni sebaiknya aku ke cafetaria duluan" ucapku. Dan segera meninggalkan Niall.

Niall's POV

Ugh, hampir saja aku dan Mags um-kalian tau kan. Tapi sial, Barbara mengganggu saja.

"Kau mau apa lagi? Bukan nya sudah jelas hubungan kita sudah berakhir?" Tanyaku ketus.

"Ni, ayolah maafkan aku. Kita bisa mengulang nya dari awal lagi. Aku janji tidak akan melakukan nya lagi" ucapnya dengan nada sedih.

"Semua sudah telat Barbs. Lagipula aku tidak ingin memiliki hubungan lebih dari teman dengan mu" jelasku. Kuharap ia mengerti. Sebenarnya aku sedikit kasian dengan nya.

"Kenapa? Apakah aku sudah tergantikan oleh orang lain?" Tanyanya sendu. Aku hanya terdiam tidak menjawab nya. "Niall! Jawab aku!" Bentak nya.

"Iya" ucapku pelan.

"S-siapa orang itu?"

"Maggie"

• • •

Maggie's POV

Dan disinilah aku sekarang. Di tempat favoritku. Yup, rooftop. Aku mendengar semua yang Niall dan Barbara bicarakan. Katakan aku tidak sopan, karena itu benar. Bagaimana lagi? Aku tidak bisa menahan rasa ingin tahu ku yang tinggi.

Aku merasa seperti perusak hubungan orang. Barbara masih mencintai Niall. Tapi Niall sudah tidak mencintainya, karena keberadaan ku.

Aku jadi bingung harus bagaimana. Aku menyukai Niall dan sepertinya perasaanku terbalas. Aku masih bingung ini perasaan sekedar suka atau cinta.

Bukk

Terdengar suara pintu terbuka dengan kencang. Reflek aku melihat ke arah pintu itu. Terdapat Barbara disana.

"Eh-maaf kukira disini tidak ada orang" ucapnya sambil menghampiriku.

"Sudahlah Barbs. Jangan meminta maaf terus" ucapku sambil terkekeh. Dia yang mendengar perkataan ku ikut terkekeh. Lama kelamaan kekehan kami mereda dan menimbulkan keheningan.

"Mags, maafkan aku ya telah mengganggu hubungan mu dengan Niall" ucapnya sedikit murung.

"Barbara, sudah kukatakan untuk tidak meminta maaf terus. Aku bosan mendengarnya kau tau?" Ucapku bercanda.

"Tapi aku serius. Aku tidak ingin dijuluki sebagai PHO" jelasnya.

"Kau tidak merusak hubungan siapa-siapa Barbs. Aku dan Niall hanya berteman tidak lebih" ucapku. Ya memang benar adanya. Aku dan Niall hanya berteman. Entahlah kata-kata berteman membuat hatiku sedikit ganjal.

"Aku tau kau menyukai nya. Niall pun menyukai mu, atau lebih tepatnya mencintaimu. Sudah, tidak usah banyak gengsi Mags" ucap Barbara.

Aku hanya terdiam. Aku tidak memiliki jawaban untuk perkataan nya tadi. Soalnya itu benar apa adanya. Entahlah dengan perasaan Niall. Apakah itu benar juga?

"Aku tau Niall tulus mencintaimu" ucap Barbara yang seperti menjawab pikiranku. "Sepertinya kelas berikutnya akan di mulai, aku duluan ya. Bye Mags"

Dengan itu, Barbara meninggalkan ku yang masih terdiam. Tidak lama aku merasakan ada getaran dari kantong celanaku yang kupastikan berasal dari hp ku. Ternyata ada pesan dari Niall.

Niall : Kau dimana Mags? Kukira kau di cafetaria, tapi tidak ada

Me : Aku sedang di toilet, tunggu aku disana

Niall : Okay x

Ya, aku berbohong. Aku tidak mau tempat favoritku ini di ketahui oleh siapapun. Tapi sayang, Barbara sudah mengetahui tempat ini. Yasudahlah, lebih baik aku segera menemui Niall.

• • •

"Mags, ku antar pulang ya?" Tanya Niall. Ya, sekarang sudah waktunya untuk pulang.

"Tidak usah Ni. Aku bisa pulang sendiri" tolak ku.

"Tidak baik seorang putri pulang tanpa pangeran nya" sangkalnya. Entahlah, perkataan nya membuat pipiku memanas.

Ku dengar tawaan renyah dari Niall. "Apasih Ni, ga lucu" ucapku dengan muka cemberut ku.

"Habisnya saat kau blushing itu lucu sekali. Apalagi saat muka blushing mu bercampur dengan wajah cemberut mu" ucapnya sambil mencubit pipiku.

"Terserah" ujarku singkat.

"Jangan ngambek dong, makin lucu tau" ucapnya masih sambil mencubit pipiku. Astaga, bisakah dia berhenti? Bisa-bisa aku mati karena degupan jantung ku yang terlalu cepat.

"Intinya kau pulang dengan ku ya Mags. Tidak ada penolakan" ucapnya sambil mengambil pergelangan tanganku dan menuju ke tempat parkiran.

Tiba di depan mobilnya, dia membukakan pintu untuk ku. Aku menggumamkan terima kasih dan di balas dengan senyuman darinya.

"Maggie, apakah kau lapar?" Tanyanya saat mobil nya sudah berjalan.

"Tidak, aku sudah makan tadi" jawabku. "Memang nya kenapa?"

"Temani aku makan dulu ya?" Ucapnya.

"Tidak, aku ingin pulang" tolak ku. Aku tidak bisa berlama-lama dengan nya. Kalian tau kan? Aku bisa-bisa mati jika berada di dekat nya terus. Apalagi saat dia memperlakukan ku seperti kekasih nya. Astaga, aku saja bukan kekasihnya tapi dia sudah berperilaku sangat sweet kepadaku. Apalagi jika aku menjadi keka- oh tidak. Aku terlalu banyak berharap.

"Ayolah Mags. Sekali saja. Please yaa?" Ucapnya dengan wajah puppy face nya. Ya ampun, dia sangat sangat sangat menggemaskan.

"Yakin hanya sekali huh?" Tanyaku. Aku sih tidak yakin. Apalagi mengetahui hobi makan nya.

"T-tidak juga sih. Tapi please, temani aku yaa?" Ujarnya. Aku pun mengangguk pasrah. Tidak ada artinya penolakan ku. Dia pasti akan terus memaksa.

Tidak lama, mobil Niall berhenti di sebuah tempat makan. Saat dia keluar, aku pun segera keluar.

"Kau menyebalkan" ucap Niall saat kami sedang jalan memasuki tempat makan tersebut.

"Menyebalkan? Memang aku berbuat kesalahan?" Tanyaku bingung. Jelas jelas aku bersikap seperti biasa. Eh tidak. Ini tidak biasa karena biasanya aku cuek.

"Seharusnya kau membiarkan ku untuk membukakan pintu mobilnya untukmu" ucap nya. Aku terkekeh mendengar perkataannya. "Sekarang, biarkan aku membuka pintu ini ya" lanjutnya sambil membuka pintu tempat makan ini.

"Kau ini bisa saja. Aku bahkan hanya teman mu, tapi kau memperlakukan ku seperti kekasih mu saja" ucapku. Oops, kata-kata itu keluar dari mulutku begitu saja.

Sepertinya aku salah untuk berkata seperti itu. Karena setelah itu kita tidak membuka mulut kami.

Kami memilih tempat duduk. Tak lama, seorang pelayan menghampiri kami. Niall memesan banyak makanan. Kadang aku suka berpikir, sebenarnya perutnya terbuat dari apa sih?

Pelayan itu kini berganti bertanya kepadaku. Aku hanya memesan chocolate milkshake. Mendengar pesananku, Niall melihat ku dengan tatapan-hanya-itu?-yang kubalas dengan mengankat kedua alisku sebagai jawaban iya.

Sudah lama kami menunggu pesanan yang dipesan dengan keheningan. Argh, harusnya aku langsung pergi meninggalkan nya tadi.

"Maggie" panggilnya. Akhirnya ia mengeluarkan suaranya.

"Ya?" Jawabku.

"Aku ingin mengatakan ini sebenarnya dari lama," ucapnya menggantung. Kenapa jadi serius begini?

• • •

Hai! Hayo itu Niall mau ngomong apa? HAHAH sok gantung bgt. 11+ votes for next chapter!

Love, Mrs. GriRan

Unexpected [n.h]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang