Chapter Fourteen

295 43 5
                                    

Maggie's POV

"Niall, I still love you" ucap Barbara. Kalimat sederhana yang bisa membuat hatiku hancur sekarang.

Bruk

Tanpa kusadari buku yang kubawa tadi terjatuh dan membuat suara. Alhasil, Barbara dan Niall kini melihatku yang terdiam mematung. Dengan segenap keberanian yang kupunya, aku melambaikan tangan ku sambil tersenyum. Aku tidak tau apa hasil senyuman ku bagus atau tidak, karena sekarang rasanya sangat sulit untuk mengangkat kedua bibirku.

"Maaf, aku mengganggu. Aku hanya ingin mengembalikan buku ini kepada mu Ni" ucapku sambil menyerahkan bukunya. Tanpa basa-basi aku langsung meninggalkan tempat itu dan berlari kecil ke kamar mandi sambil mengusap wajahku yang ternyata sudah basah.

Argh, aku ini lemah sekali. Aku terkenal dengan orang yang cuek, tetapi kenapa mengingat kejadian tadi bisa membuatku berlinang air mata seperti ini? Padahal aku bukan siapa-siapanya. Aku hanya teman nya saja, ya teman.

Tidak bisa kubohongi, mungkin Niall adalah cinta pertamaku. Jujur, ini pertama kalinya aku menangis karena lelaki. Aku merasa bodoh. Kenapa aku harus menangisi pria sepertinya?

Aku membasuh mukaku agar tidak terlihat seperti habis menangis. Setelah selesai aku melirik arlojiku. "Kelas akan di mulai" gumamku. Aku langsung melangkahkan kakiku menuju ke kelas.

Dari ambang pintu, aku bisa melihat Niall yang duduk di barisan belakang. Di samping nya terdapat kursi kosong. Niall yang menyadari keberadaan ku mengisyaratkan ku untuk duduk di sebelahnya. Tetapi aku menghiraukan nya dan duduk di barisan paling depan.

Tak terasa ternyata jam mata pelajaran pertamaku telah usai. Aku memasukan buku dan alat tulisku ke dalam tas. Saat aku ingin meninggalkan kelas, aku merasakan pundak ku yang di tepuk oleh seseorang. Aku menengok ke belakang.

"Kau kenapa?" Tanya Niall saat aku sudah berhadapan dengan nya.

"Kenapa? Maksudmu?" Tanyaku balik.

"Kau menjatuhkan bukumu saat melihatku dengan Barbara. Lalu, kau langsung pergi setelah mengembalikan buku ku. Dan tadi saat aku mengisyaratkanmu untuk duduk di sebelahku, kau malah duduk di barisan paling depan" jelasnya.

"Tadi aku sedikit tersandung jadi menjatuhkan buku yang sedang kubawa. Lalu, aku tidak mau mengganggu jadi aku langsung pergi. Dan aku ingin memperhatikan pelajaran nya dengan lebih, jadi aku duduk di paling depan" jelasku. Biar kuberitahu, semuanya jauh dari kenyataan yang ada. Dia menatapku curiga.

"Apakah kau habis menangis? Matamu sedikit memerah" Tanyanya. Ya ampun. Apakah mataku masih merah?

"M-merah? Oh, ouch. Aku sedikit kelilipan" jawabku sambil mengedipkan mataku berkali-kali seperti orang yang benar-benar kelilipan. Kurasa acting ku cukup bagus.

"Sini, biar kubantu" ucap Niall sambil mendekatkan kepalaku. Dia meniup mataku secara perlahan. Astaga, jantung ku berpacu dengan cepat saat melihat mata nya yang indah. "Hey jangan melihatku seperti itu"

"Mata mu indah sekali Ni. Aku ingin memiliki mata sepertimu" ucapku masih memperhatikan matanya.

"Stop it Mags! Kau berbicara seperti psikopat tau" ujarnya. Ku lihat dia merasa sedikit takut. Haha.

"Bagaimana kalau aku memang seorang psikopat?" Tanyaku disertai senyuman licik. Ya ampun, aku harus mengikuti kelas drama. Aku sangat pandai beracting.

"A-apaan sih. N-ngomong nya j-jangan ngelantur dong" ucapnya sedikit terbata-bata. Aku yakin dia sedang menyembunyikan ketakutan nya sekarang. Aku hanya tertawa licik. Dapat kulihat keringat yang turun dari pelipisnya. "T-tolong jangan s-sakiti aku"

"HAHAHAHAHAHAH" tawaanku pecah sekarang. Sungguh, aku tidak bisa menahan tawaku lagi. Dia benar-benar ketakutan.

"Tidak lucu" ucapnya dengan wajah cemberut nya.

"Kau kira aku psikopat beneran huh? HAHAH" ucapku disertai tawaan. Dia masih melengkungkan bibirnya kebawah. "Niall, asal kau tau kau makin jelek dengan wajah cemberut mu"

"Tidak peduli" ucapnya.

"Knock, knock"

"Aku tidak ingin bercanda sekarang" jawabnya dengan nada kesal yang dibuat-buat"

"Knock, knock" ucapku mengulang lagi.

"Baiklah, who's there?"

"King Tut" jawabku. Ku harap dia masih mengingat obrolan pertama kami saat di omegle. Bukan nya menjawab dia malah tertawa. "Hey lanjutkan"

"King Tut who?" ucapnya di sela-sela tawaan nya.

"King Tut-key fried chicken!" ucap kami bersamaan. Lalu kami tertawa bersama. Mendengar tawaan nya dapat membuat ku nyaman. Apalagi wajah nya saat tertawa membuat nya terlihat lebih tampan.

Saat kami sedang tertawa, tiba-tiba tawaan kami berhenti. Kami saling menatap untuk beberapa saat. Lama kelamaan wajah kami mulai berdekatan. Kami mulai memejamkan mata kami. Sekarang aku bisa merasakan hembusan nafasnya.

"Niall?"

• • •

Hai! Itu yang ngomong ganggu, ngerusak suasana bgt yaa. Sebel sendiri gw nulisnya. 11+ votes for next chapter

Love, Mrs. GriRan

Unexpected [n.h]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang