11. Sang Penyelamat

919 175 44
                                    

guys guys
ikan hiu makan tomat

lanjutin aja sendirii wlee

hehe apa kabar?? aku datang lagii
jangan lupa feedback nya ya!

🦋 HAPPY READING 🦋

Setelah meninggalkan studio penyiaran kampus, Hildan beranjak meninggalkan area kampus dan mengarahkan tujuannya untuk ke Mall dekat kampusnya.

Ia ingat tentang anniversary pernikahan sang Papa dengan mendiang Mamanya. Hildan berinisiatif untuk membeli hadiah untuk Papanya. Hadiah itu berupa alat-alat untuk melukis.

Alian memang sangat suka melukis. Dulu semasa kekasihnya masih hidup, hanya Nindita yang mendukung mimpinya menjadi seorang pelukis. Setelah kematiannya, Alian mengubur kembali mimpinya itu bersama dengan raga kekasihnya. Ia terpaksa meninggalkan mimpinya dan mengikuti kemauan ayahnya untuk meneruskan bisnisnya.

Hari-hari berat terpaksa Alian jalani. Bukanlah mudah ketika seseorang biasanya menjalani hari-hari bersama support system-nya, dan secara tiba-tiba sang support system pergi. Alian belum terbiasa tanpa Nindita.

Jika dahulu Alian membenci hidupnya, tapi sekarang ia tak akan menyia-nyiakan. Karena sudah ada tiga orang putranya yang berada di sisinya.

Hildan tahu, hari ini pasti hari yang menyakitkan sekaligus menjadi hari yang pernah membuat Alian bahagia.

Di satu sisi, Alian tak bisa merayakan anniversary bersama sang teman hidup, dan di sisi lainnya, tanggal ini adalah momen yang pernah membahagiakan.

Kini, Hildan sedang memilih-milih alat yang akan nyaman jika dipakai Alian. Fokus sekali pada barang-barang itu. Hildan berkeliling, guna mencari barang yang cocok.

"Kanvas-nya mending yang ini atau yang ini, ya?" monolognya dengan perasaan bingung.

Kalau kalian ingin tahu, Hildan seperti anak hilang sekarang.

"Bodo amat, beli dua-duanya aja," final Hildan mengambil kedua kanvas itu.

Saat hendak pulang, Hildan merasa ada yang mengikutinya. Gerak-gerik orang itu pun aneh.

Dengan segera, diam-diam Hildan mengirimkan live location di grup "anak istimewa"

Hildan berjalan tetap santai seolah tak terjadi apapun, itu agar dua orang yang mengikutinya tidak curiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hildan berjalan tetap santai seolah tak terjadi apapun, itu agar dua orang yang mengikutinya tidak curiga. Jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya.

Hildan tak jadi pergi untuk pulang, namun ia masih berkeliling Mall. Mungkin karena terlalu takut, Hildan malah membelok ke ruko Mall yang lumayan sepi.

HILDAN'S STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang