2. Ospek Hari Terakhir

2.9K 340 22
                                    

Tolong tinggalkan jejak dengan cara vote dan comment ya, buat menghargai ide author cuma semudah itu kok

~Happy reading~

Hari ini tanpa sadar sudah menjadi hari ospek terakhir. Hildan tentunya akan melakukan yang terbaik juga untuk hari terakhir ini.
Karena itu, pagi ini tanpa dipaksa bangun oleh abang nya, ia sudah bangun dan bersiap-siap.

"Abangg! Ini hari terakhir loh, Hildan gak mau telat ya!" teriak Hildan dari kamar pada kedua abangnya. Tumben kedua abangnya belum menampakkan batang hidungnya.

Bukannya Hendro atau Marlo yang muncul, malah Jerry yang entah kapan sudah diambang pintu.

"Dek, itu si Hendro sama Marlo udah ke kampus duluan." katanya sambil melangkah masuk ke dalam kamar bungsunya. Tangannya sengaja membuka tas Hildan, mengecek apakah semua kebutuhannya sudah benar.

"Hah, ini apaan, lo bawa ginian?" tanya Jerry heran saat menemukan se-toples jelly berada di dalam tas Hildan.

"Hildan pengen bagi-bagi jelly nya, abang. Biar temen-temen Hildan semangat gitu." jawab Hildan polos. Karena tak tahan gemas, Jerry memeluk erat kepala Hildan.

"Aaak abangg! Ini rambut Hildan udah rapi loh!" protesnya saat Jerry mengacak-acak rambut Hildan lantaran gemas.

Bukannya meminta maaf, Jerry malah mengambil tas Hildan, ia gantungkan tas itu pada pundak kokohnya, sembari tangannya yang lain menggandeng tangan kecil Hildan.

"Ayok berangkat, dek." ucapnya sambil berjalan.

Pantas saja, Hildan merasa paginya sangat tenang dan damai, tidak ada yang mengganggu. Ternyata kedua abang nya yang lain sudah di kampus.

"Dek, kok lo udah gede aja sih. Perasaan dulu masih bocah ingusan, kalo ga dibeliin permen nangis. Manja bener kalo lagi sakit." ucap Jerry memecah keheningan dalam mobil. Membuat Hildan yang awalnya menatap jalanan dari jendela mobil, menjadi menoleh ke arahnya.

"Walaupun sekarang badan lo kayak gak bertumbuh gini." lanjut Jerry kemudian. Hildan yang awalnya sudah mulai terharu, gegara perkataan terakhir Jerry, membuat emosinya tersulut lagi. Kalau aja abangnya gak lagi nyetir, udah pasti ditampol dirinya.

"Abang nih harus menerima kenyataan, kalau Hildan udah gede.

"Gede umurnya doang."

Hildan tak tahan lagi, ia memukul kecil lengan Jerry. Membuat yang lebih tua mengaduh.

"Ahh, abang mah gitu!" ucap Hildan sebagai tanda merajuk, ia memajukan bibirnya. Sudah cukup lelah diejek 'anak kecil'

"Iya, emang gini abang mah." jawab Jerry asal, membuat bibir Hildan semakin maju.

***

"Cil, lo mau nongkrong gak, nanti pulang sekolah?" tanya Jean sembari duduk di kursi kantin, setelah memesan makanan.

"Nongkrong kemana?"

"Belum tau sih, masih rencana doang, alhamdulilah kalo jadi, kalo ga jadi, ya udah wacana doang." setelah mengatakan itu, tak ragu Jean berhasil mencomot bakso dari mangkok Hildan.

"Harus jadi, harus jadi!" ujarnya dengan semangat, sampai tersedak bakso yang ditelan nya.
Dengan sigap, Nandra memberikan segelas es teh yang langsung diteguk Hildan, sampai merasa tenggorokan nya lega.
"Santai aja kali, Dan. Jean di samping lo." tegur Jian.

"Ya maaf, nanti harus jadi pokoknya!"

"Oke, Cil."

"Nandra sama Jian ikut?" tanya Hildan sembari menatap kedua sahabatnya.

HILDAN'S STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang