3. Nongkrong

3.6K 359 23
                                    

Chapter selanjutnya akan di update kalau banyak yang baca, vote, dan comment. Jangan protes ya, ini cuma mau ngetes banyak yang tertarik atau ngga.

~Happy Reading~

"Anjir jadi beneran kalian adek-kakak?" Nandra melempar pertanyaan sekali lagi. Ia betulan kaget saat tahu pembina ospeknya itu kakak dari teman barunya.

Namun Jerry hanya mengedikan bahu tak peduli. Ia hanya duduk di sayap kiri sofa sambil netranya terus fokus pada laptopnya.

"Terpaksa sih jadi adeknya dia." celetuk Hildan dengan berani tanpa peduli dengan lirikan tajam dari kakaknya.

Nandra dan Jian sedang menahan tawanya. "Akur" nya kedua saudara kandung itu membuat mereka heran.

"Dek, lo udah makan?" Jerry menyempatkan waktu untuk peduli terhadap Hildan meskipun dirinya sedang pusing dan frustasi karena skripsi-skripsi itu.

Hildan mengangguk lucu, membuat Jerry dan temannya tersenyum menahan rasa gemas, "Udah abang, sebelum pulang tadi aku udah makan di kantin." jawab Hildan dengan suara yang terdengar lucu dan menggemaskan.

Kenapa Hildan gemes banget kalo ngobrol sama bang Jerry?
Tebak! Batin siapa yang berbicara?

"Kalian nggak laper? Kan tadi belom pada makan." Hildan menoleh ke arah temannya, mengingat tadi mereka hanya menemani dirinya untuk makan tapi tidak ikut makan.

Jian dan Nandra hanya menggeleng, tapi Jean yang bersuara setelah sejak tadi hening.
"Nanti aja." katanya.

"Kalian tinggal berdua aja, kah?" Jian penasaran karena rumah ini begitu sepi.

"Nggak, ada penghuni yang lain, tapi belum pada pulang ngampus." itu Jerry yang menjawab.

"Siapa?" tanya Nandra yang ikut penasaran.

"Hendro sama Marlo. Ada bokap kita juga."

"WHATT??!!" ucap mereka bersamaan, karena kembali terkejut. Ternyata para mentor ospek itu adalah kakak dari Hildan!

***

Saat ini jam menunjukkan pukul 18.14 WIB, keempat maba itu sudah bersiap-siap untuk nongkrong. Tadi sepulang dari kampus mereka bersantai sebentar, ada yang sebagian main game PS bersama bang Jerry, ada yang makan, kalau Hildan udah pasti bobok.

"Eh cil, ini kaos lo kecil semua anjir. Gue pake baju apa dong?" Jean bingung mau pinjem baju Hildan, tapi bajunya terlalu kecil hingga tak muat jika dipakainya.

Hildan terkekeh sambil terus melihat Jean yang berdiri di depan lemari pakaiannya dengan ekspresi bingung. "Bukan baju gue yang kecil, badan lo yang kegedean." jawabnya lalu ia bergerak keluar kamar untuk meminjamkan baju milik bang Jerry.

"Cil lo mau ke mana?! Ini gue gimana?!" karena tidak mendapat jawaban dari sang pemilik rumah, Jean pun mengekor di belakang Hildan.

Saat sudah di depan pintu kamar Jerry, Hildan hendak mengetuk pintu itu, tapi tiba-tiba pintu itu terbuka dan muncullah Jerry di ambang pintu.

Hildan terlonjak kaget, membuat dirinya semakin lucu.

"Dek lo ngapain di sini? Kaget gue."

"Bang, mau pinjem baju abang boleh?" tanya Hildan.

"Lo mau pake baju gua? Kegedean ntar."

"Hiss, bukan buat Hildan, buat Jean nih!" balasnya dengan mendorong Jean yang di belakang untuk maju ke depan.

Jerry berjalan masuk menuju ke dekat lemari pakaiannya, "Bentar deh, kalian mau ke mana?" tanya Jerry sembari berjalan.

"Mau nongkrong." jawab Hildan seraya membuka lemari itu dan memindai isinya. Memilihkan baju yang cocok untuk Jean pakai.

HILDAN'S STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang