Bhum-3

1.1K 123 41
                                    

Malam adalah waktu yang paling lazim untuk setiap orang istirahat dan tidur. Semakin larut maka suasana akan semakin sepi, suara-suara manusia akan berganti dengan berbagai bunyi yang kadang sedikit terasa menyeramkan.

Malam identik dengan gelap dan sunyi.

Tak jarang hanya suara anjing yang melolong sebagai isyarat bahwa rumah adalah tempat yang paling aman untuk berlindung saat malam hari.

Bhumi yang baru saja menempati kamarnya kini sedang berbaring di atas kasur sambil menatap langit kamar. Tangannya tersampir di atas dahinya dengan mata yang masih membuka.

Mata yang harusnya memejam masih terasa terang benderang dan tak tersentuh kentuk sedikit pun. Badannya bergerak untuk merubah posisinya menjadi berbaring miring.

Merasa takkan bisa tidur. Kakinya menghentak kecil untuk menyingkirkan selimut yang membalut tubuhnya. Bangun dari pembaringan menuju sebuah kardus yang belum dia bongkar sejak tiba di rumah itu.

Kardus itu berisi beberapa buku yang selalu dia baca. Dengan perlahan dia membuka kardus tersebut untuk menyusunnya pada rak kecil di kamarnya. Tangannya telaten untuk menyusun satu demi satu buku miliknya, memindahkan dari dalam kardus agar terlihat lebih rapi pada rak buku.

Banyak buku milik Mamanya yang dia suka baca dan turut Bhumi bawa jika sewaktu-waktu bosan dan ingin membacanya kembali.

Bibirnya tersenyum saat menemukan buku catatan milik Papa dan Mamanya. Buku yang dia temukan pada laci lemari milik Papanya dan belum pernah dia baca sampai hari ini. Dia hanya menyimpan dan menjaga buku itu dengan baik.

Bhumi tak ingin membaca hal-hal yang mungkin Papa dan Mamanya simpan tanpa ingin membaginya pada orang lain tanpa ingin oranglain tahu. Walau sebenarnya Bhumi bisa membacanya tapi tidak dia lakukan.

Di dalam buku itu pasti banyak kenangan mereka yang mereka tulis. Bhumi memilih menyimpan buku itu terpisah dari buku lain miliknya dan menaruhnya pada laci lemari miliknya. Suatu hari mungkin dia akan membacanya.

Menyelesaikan susunan bukunya tak membuat mata Bhumi mengantuk, dia masih merasa segar untuk terus membuka mata bahkan untuk menguap sekalipun dia tak pernah. Membuka pintu kamarnya dan berniat untuk keluar rumah untuk mencari angin malam. Dia akan keluar jalan-jalan sebentar untuk menikmati suasana sekitar rumah.

Rasanya menghirup udara malam bisa membuatnya mengantuk, itu pikirnya. Namun berjalan sekitar komplek yang sudah sepi tak membuatnya berniat pulang, kakinya terus berjalan keluar hingga ke gerbang depan jalan komplek.

Bhumi menyusuri dan berniat untuk duduk sebentar di pos penjagaan depan.

Mendekati pos penjagaan, seseorang terlihat duduk sendirian di sana. Langkahnya terhenti sejenak, lalu mundur untuk mengurungkan niatnya mendekat. Dia sedang tak ingin bertemu orang lain apalagi jika itu ternyata hantu.

Rasanya tak kan lucu jika mencari angin segar malah bertemu kuntilanak.

"Masss...." Langkah kakinya yang baru saja melangkah mundur tiba-tiba harus terhenti karena penggilan itu.

Matanya menyipit untuk memastikan bahwa yang memanggilnya memang manusia.

"Ninja...go!!!" Melihat seekor landak berlari ke arahnya, dia tahu bahwa yang dilihatnya bukanlah hantu melainkan gadis cerewet yang lebih menakutkan dari hantu.

"Kenapa dia selalu ada dimanapun..." Gerutunya dalam hati.

"Tunggu..untuk apa anak gadis berkeliaran dan nongkrong di pos jaga di malam hari"

Bhumi menghindar saat landak itu berlari kecil mengelilingi kakinya. Dia harus mengangkat satu kakinya ketika hewan berduri itu menggesek kakinya. Bukannya takut, hanya saja duri hewan itu bisa melukai kakinya jika dibiarkan apalagi dia hanya mengenakan celana selutut.

BHUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang