Suara adzan menggema, tanda bahwa waktu sholat subuh sudah tiba. Semua umat yang beragam Islam pasti akan bergegas bangun ketika suara yang sarat akan panggilan ibadah sholat subuh itu memanggil.
Mata Bhumi yang masih tertutup bergerak perlahan. Melawan kantuk agar bisa membuka kelopak matanya. Menguap dan berdiam sejenak untuk mengumpulkan tenaga agar bisa bangun dari tempatnya berbaring.
Sekali lagi mengusap wajahnya dan mengucek matanya yang terasa enggan membuka.
Setelah merasa lebih baik. Bhumi bangkit dari tempatnya berbaring. Duduk dengan merenggangkan seluruh otot-ototnya yang terasa begitu pegal.
Matanya mengedar.
Suasana di sekitarnya kosong. Semalam dia memang sengaja menginap di pos security depan gang perumahan neneknya, demi gadis landak yang tak tahu diri.
Flashback On...
Di tengah jalan yang cukup lengang saat larut malam seperti ini membuat motor yang melaju dengan sangat cepat.
Motor yang normalnya hanya bisa ditumpangi dua orang kini harus menampung tiga orang yang saling berhimpitan.
Tak nyaman tentu saja.
Saling mepet untuk mendapat tempat yang lebih aman dan nyaman, bahkan saking sempitnya Bhumi yang mendapat tempat paling belakang merasa bergerak sedikit saja maka akan terjungkal di jalan.
Belum lagi tas landak Libra yang harus rela dia tenteng karena kesemena-menaan gadis gila itu.
Tangan dan pahanya terasa sangat keram.
"Turun dimana?" Tanya Bhumi dengan sedikit teriak di telinga Libra.
"Turun di hati mas" Candaan gadis yang tak tepat waktu dan tempat membuat Bhumi harus berdecak kesal. Sekarang dia menyesal, menyesal karena mau repot memikirkan bagaimana gadis itu bisa pulang dengan selamat.
Bhumi menepuk bahu bapak ojek yang sedang membawa mereka.
"Pak berhenti di pos satpam depan saja..." Suara Bhumi sedikit berteriak agar pengemudi bisa mendengarnya.
Dia sengaja meminta di turunkan di pos satpam depan jalan masuk ke rumahnya karena Bhumi tak mungkin mengajak gadis landak itu ke rumahnya. Lihatlah gadis itu malah asik memainkan bibirnya dengan menepuk pelan agar bisa mengatur irama suaranya seperti musik.
Bhumi turun dari motor. Tangannya yang kerepotan harus terlebih dahulu menaruh tas berisi landak tersebut ke tanah sebelum merogoh uang di sakunya pada tukang ojek sebagai ongkos perjalanannya.
"Kembaliannya buat, bapak aja"
"Terima kasih, Mas" Bhumi tersenyum kecil dengan kepala mengangguk sopan pada tukang ojek yang tersenyum sumringah karena mendapat uang seratus ribu. Bhumi sengaja tak ingin mengambil sisa uang kembaliannya, mengingat si bapak ojek di jam yang nyaris dini hari masih keliaran mencari penumpang. Rasanya uang itu akan jadi sebuah rasa syukur disaat seperti ini.
Bhumi lalu menoleh pada Libra yang asik bercengkrama dengan landaknya di dalam pos satpam. Gadis itu tak ada rasa bersalah sama sekali.
"Pulang kamu..." Bhumi memberi perintah ketika dia ikut masuk ke dalam pos.
Libra tak menggubris...
Dia sibuk mengeluarkan landaknya dari tas dan bicara dengan hewan nokturnal tersebut.
"Heh..." Bhumi menyenggol bahu Libra dengan lututnya.
"Mas pulang aja..." Katanya dengan terus berjongkok sambil bermain dengan landaknya.