chapter 6

30 2 3
                                    

Pagi ini di sekolah seperti biasa Raline hanya melamun mendengar guru menjelaskan namun pikiran tidak sedang ke pelajaran namun pikiran nya ke kejadian semalam yang membuat nya harus kehilangan Harfan.

"Raline! Kenapa kamu tidak mendengar kan saya menjelaskan. Sudah pintar kah kamu hah?"teriak Bu dinda

"Hah? maaf mu''balas Raline apa adanya

Untuk sementara dia mencoba mengalihkan pikirannya dengan fokus mendengarkan bu Dinda menjelaskan namun sama saja di masih belum bisa melupakan kejadian kemarin malam

Dia tidak bicara namun pikirannya begitu riuh dia tak henti-hentinya merasakan gelisah dan bahasa bersalah yang cukup dalam diri bingung harus bagaimana hatinya berpikir untuk pergi ke pohon di mana di situ ada harapan harapan gelisah dan bahasa bersalah yang cukup dalam diri bingung harus bagaimana hatinya berpikir untuk pergi ke pohon di mana di situ ada harapan harapan harapan harapan gelisah dan bahasa bersalah yang cukup dalam diri bingung harus bagaimana hatinya berpikir untuk pergi ke pohon di mana di situ ada Harfan.

Tapi dia terlalu malu untuk menemui harfan bukannya kemarin dia yang mengusir Harfan sekarang malah dia yang ingin menemuinya.

Tak terasa jam istirahat pun telah tiba.

Rolling mencoba memberanikan diri untuk pergi ke pohon yang sudah dari tadi dia pikirkan..
.

Saat sudah sampai dia melihat ya harfan sedang melamun bersandar di pohon tempat mereka awal bertemu

Tapi saat ini adalah pertemuan terakhir yang buat ingin menangis tapi berusaha raline tahan

Tak tersadar Harfan melihat ke arah raline namun raline langsung memalingkan wajah.

Namun saat rolling kembali melihat ke arah harfan ijazah tak melihat keberadaan harfan sudah tidak berada disana.

Raline menghembuskan nafas kasar dia benci dengan dirinya sendiri perlahan ia pergi menuju WC sekolah saat ia melewati koridor sekolah ia kaget saat ada sekelompok orang yang menghalangi jalan nya ternyata itu Sahabat sahabat Harfan.

"Kenapa ya?"tanya raline gugup

"Masih nanya. Lo apain Harfan hah?"bentak jiun Langsung di Depan wajah Raline. Raline hanya memejamkan matanya ia  terlalu takut dengan manusia terkuat di sekolah nya.

"Ji, bisa gak sih jangan kasar sama cewek. Ra jawab kenapa Harfan jadi galau seharian ini Ra?"setelah mendorong jiun menjauh jaehan langsung bertanya dengan lembut sambil tersenyum manis.

Hal itu membuat Raline berani berbicara "gue gak sengaja jae, kata kata itu keluar gitu aja dari mulut gue. Gue menyesal jae saat itu aku begitu takut kalian paham kan apa gue rasain Lo semua harus paham gue gak mau kehilangan dia tapi rasa takut mengalah kan itu gue sudah kehilangan dia"ucap Raline ia menangis ia gak mau di salah kan saat ini ia juga korban.

"Ra jangan nangis kita kan cuman nanya"ucap Yohan berusaha menenangkan

"Tapi disini dia juga salah kalau bukan karena dia Harfan kita iya Harfan kita dia masih tersenyum dia masih bahagia dulu bahagia nya karena cewek ini cewek yang tiba-tiba datang dalam hidup nya lalu melukai nya apa itu ga salah hah?!" Ucap jeandra dengan nada yang meninggi dan terdengar menyalahkan dan di tambah tatapan matanya ke arah Raline.

"KALIAN PIKIR CUMAN DIA YANG SAKIT HATI ASAL LO TAU GUE JUGA SAKIT GUE JUGA MERASA BERSALAH GUE JUGA GELISAH GUE TIDUR TERENDAM AIR MATA KARNA DIA KARNA MULUT GUE KE ANJING INI, YA GUE MEMANG HADIR TIBA TIBA DI HIDUP DIA TAPI ITU GA DI SENGAJA. JIKA GINI AKHIRNYA LEBIH BAIK GUE GAK PERNAH KETEMU DIA. TAPI GUE UDAH TERLANJUR SAYANG GUE MAU DIA KEMBALI GUE MAU DIPELUK DIA LAGI GUE TAKUT KEHILANGAN DIA GUE TAKUT... GUE MASIH SAYANG DIA GUE GAK MAU DIA TERLALU BANYAK MENJAUH DARI GUE..."Tangisan Raline pecah mengingat kembali kenangan nya bersama Harfan di tambah kata kata jeandra begitu menusuk hatinya.

"Jean kenapa Lo malah salahin Raline! Bukanya disini kita cuman mau nanya bukan mau nyalahin dia" ucap Handika menyadarkan sahabat nya yang tersulut emosi.

"Ehh kenapa ini, kenapa Raline nangis?? Hah?! Kalian apain Raline"ucap seseorang yang berjalan mendekati Raline di susul 5 orang lain di belakang nya ternyata itu Sahabat sahabat Raline yang bicara ranala.

"Kalian berani bikin Raline nangis?! Kalian berurusan sama gue"ucap Asayra yang tampak marah.

"Sejahat jahatnya mulut gue gue nggak pernah bikin p raline nangis"ucap Rorana.

"Kalian gak tau masalahnya"bentak jiun

"Apa coba masalahnya sampe kalian bikin dia nangis kayak gini hah?"Tanya Parneta

Jiun dan yang lain terdiam jika di katakan itu akan menambah masalah baru dan mungkin gadis gadis galak di depannya ini juga mungkin gak akan percaya.

"Untuk kali ini kita ngalah"ucap Jaren mengambil jalan tengah.

"Liat aja Lo Ra"ucap Jean masih gak mau kalah

"Diam Napa sih"ucap jaehan menyenggol temannya

"Ra bilang sama kita Lo salah apa sama mereka?"tanya Chikyta

Raline diam dan memilih berjalan menuju WC sekolah dia takut terlalu takut untuk menceritakan semuanya pada mereka raline belum terlalu yakin mereka bisa menjaga rahasia

Raline mencuci wajahnya di wastafel sambil berkaca ia melihat begitu hancurnya dirinya matanya bengkak karena menangis wajahnya basah oleh air mata bibirnya pucat kepalanya pusing rasanya ia akan pingsan.

"Apa gue terlalu berharap ya, gue udah terlanjur sayang sama dia sebenarnya semua yang gue ucapin kemarin itu tidak disengaja itu keluar tiba-tiba hari mulut gue gue nggak ngerti serius percuma percuma gue ngomong panjang lebar tapi nggak ada yang percaya sekarang gue cuman bisa ngomong di depan kaca yang satu pun orang gak bisa dengar. Di sini gue berfikir di mana harga diri gue sebagai cewek gue ngejar-ngejar dia gue yang takut kehilangan dia namun dia segampang itu ninggalin gue"raline berbicara dengan kaca di depannya ya tidak tahu mau curhat ke siapa lagi dia hanya bisa curhat di depan kaca karena hanya dia yang mengerti dia.

"Aku pikir dengan kepergian aku akan membuatmu bahagia, namun kenapa kamu bisa se hancur ini. Kamu kenapa jadi kayak gini hah?" Suara berat yang begitu raline rindukan kembali menyapa telinganya ada rasa senang campur bahagia yang menyelimuti hatinya namun pikirannya bingung dia terlalu takut akan kejadian yang udah lalu tapi hati nya masih diisi oleh harfan.

Raline berbalik matanya terbelalak saat yang ia lihat adalah orang yang sedang tangisi saat ini air matanya kembali mengalir tapi kali ini air mata bahagia

Raline berlari memeluk tubuh harfan nggak terpikir ternyata harfan membalas pelukannya. Pelukan yang selama ini iya rindukan kini kembali ke genggaman nya.

"Harfan jangan tinggalin gue lagi. Gue nggak bisa hidup tanpa lo gue hancur har gue hancur jangan tinggalin gue"ucap Raline dengan air mata yang terus bercucuran.

"Gue ga bakal ninggalin Lo Ra, bahkan jika itu Lo yang minta gue ga bakal ninggalin Lo."ucap Harfan sambil mengelus punggung Raline menguatkan.

"Apa yang harus gue lakuin biar lo gak ninggalin gue"pinta Raline pada Harfan

"Stt, udah gue ga minta apa-apa dari Lo tapi panggil gue jangan Lo dong manggil aku kamu kek dulu"ucap Harfan sedikit melucu agar suasana tidak terlalu tegang.

"Kenapa gak sayang aja hehe"ucap Raline bercanda  namun di setujui oleh harfan "boleh sayang"balas Harfan menyetujui..

Raline blushing pipinya memerah "ihh sayang mah aku jadi salting nih"ucap Raline sambil memegang pipi nya yang merah.

Harfan mencubit pipi Raline gemas "apasih gemes banget pacar aku"ucap Harfan yang berhasil membuat Raline blushing lagi.

"P-pac-ar? Pacar?"tanya Raline gelagapan saking salting nya.

"Iya sayang mau jadi pacar aku?"ucap Harfan sambil memberi kecupan singkat di kening Raline.

"Aaaaaaaaaaaaaaa demi apa???! Gue mau banget"ucap Raline menerima dengan penuh bahagia.

Harfan dan Raline kembali berpelukan.

Seperti ada yang melupakan larangan dari seseorang nih.

^°^


Mulai asik atau mulai membosankan cerita ini?

Gue udah berusaha semaksimal mungkin tapi gue rasa cerita ini membosankan deh makanya ga rame hehe😔😓

HANDSOME GHOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang