Formulir

6 4 0
                                    

"Sebagai seorang hamba, kita tidak bisa memaksa apa yang bukan kuasa kita. Kita hanya perlu melakukan dan menerima dengan ikhlas dan lapang dada, selebihnya urusan sang pencipta yang tentu luar biasa untuk setiap hambanya."

-Azra Kasih Kinanti-

***

Siswa siswi Madrasah Tsanawiyah Al-Azhar tingkat akhir disibukkan dengan persiapan mereka untuk melangsungkan wisuda purna wiyata yang akan digelar besok pagi.

Azra dan teman-temannya bergotong royong untuk membersihkan area madrasah terkhusus tempat yang dibuat untuk acara besok pagi.

Dari mulai siswa laki-laki yang menata beberapa bangku yang dipandu oleh para bapak ibu guru selaku panitia purna wiyata, sementara para perempuan membantu menghias dekorasi, menata bunga-bunga dan sebagian lagi menyapu halaman madrasah.

"Ra, kamu jadi to mondok samaku?" tanya Nur yang melirik Azra sejenak.

Setelah selesai menata bunga-bunga, Azra melihat pada Nur yang masih sibuk dengan menata beberapa bunga di sebelahnya. "Ya jadi to, Nur. Lagian mau ngapain kalo gak mondok coba? Dunia luar semakin menyeramkan seperti ini," jawab Azra.

"Tapi kamu kan tunggal, terus kedua orang tua kamu gimana?" tanya Nur yang beralih duduk di sebelah Azra.

"Orang tuaku sudah kasih ridho, Nur. Kapan kita sowan ke pondoknya?" tanya Azra sembari melanjutkan menata bunga yang hampir selesai.

"Habis wisuda aja sekalian, Ra. Tanggung kalo sekarang," balas Nur yang diangguki Azra mengerti.

"Tapi kamu sudah ambil formulirnya, kan?" tanya Azra memastikan.

Nur terlihat mengangguk membenarkan, "Sudah, Ra."

Setelah melihat semuanya sudah selesai dan gladi bersih pun sudah dilaksanakan, para siswa dan siswi pun bisa pulang dan istirahat.

Sebelum pulang, Azra terlebih dulu menyempatkan diri untuk mampir ke rumah Nur untuk mengambil formulir untuk dirinya melanjutkan ke sekolah yang sudah ditujunya, Madrasah Aliyah yang berada di Pondok Pesantren Darul Qur'an.

"Beneran gak mau makan atau minum dulu?" tanya Nur sesampainya di rumah tetapi Azra memilih untuk langsung pulang saja karena badannya sudah benar-benar lengket.

"Besok-besok aja wes, Nur. Aku wes kesel banget mau istirahat aja di rumah," tolak Azra dengan memperagakan sok kecapekan agar sahabatnya ini percaya.

"Halah kamu iki mesti, yawes gapapa kamu langsung pulang sama istirahat sana. Sampai ketemu besok di madrasah," balas Nur dengan menepuk pundak Azra yang kemudian terkekeh pelan.

"Enggeh siap calon ustadzah," balas Azra terkekeh.

"Aamiin, aku ustadzah terus kamu yang jadi ning aja to adil," sahut Nur cepat.

Azra menggelengkan kepalanya, "Wes nanti malah jadi ke mana-mana pembahasannya, Nur. Aku pulang dulu yo, assalamualaikum!"

"Ya, hati-hati. Waalaikumsalam!"

***

Sepeda roda dua yang dengan setia menemani Azra dalam menuntut ilmu selama hampir tiga tahun lamanya memasuki pekarangan rumah minimalis, ya, rumah Azra yang ditempatinya bersama dengan kedua orang tuanya.

KinantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang