"Pertemuan akan selalu bersama dengan perpisahan, tapi tidak semua perpisahan akan berujung menyedihkan. Namun, bisa saja perpisahan akan berujung meraih kesuksesan dan kebahagiaan, selamat purna wiyata, sayang."
-Azra Kasih Kinanti-
***
"Azra! Sayang! Ayo turun cepat keburu siang nanti!" teriak dari sang bunda dari bawah yang tentu terdengar sangat nyaring sampai ke dalam kamar gadis cantik yang siap dengan gamis coklat muda lengkap dengan pasmina yang senada.
Azra yang sibuk dengan barang-barang yang harus dibawanya pun segera turun untuk menemui sang bunda.
Kini, Azra sengaja diantar oleh sang ayah, Ridwan untuk ke tempat MUA yang sudah dipilih Azra sebelumnya, ah ralat, Santi, bundanya yang memilihkan untuknya. Karena Ridwan sengaja setelah itu langsung ke kantor untuk mengecek pekerjaannya dan meminta sekretarisnya untuk meng-handle semua pekerjaannya untuk hari ini karena Ridwan ingin menghabiskan waktu seharian bersama dengan keluarganya, terlebih wisuda purna dari putri semata wayangnya.
Setelah sampai di tempat MUA dengan diantar sang ayah, Azra segera masuk ke dalam setelah melihat mobil sang ayah meninggalkan pelataran tempat MUA.
Hampir setengah jam lamanya, Azra akhirnya selesai dengan make up-nya yang berkesan natural, kebaya modern berwarna biru terang dengan hijab senada yang menutup dada, meski pun begitu justru semakin menambah kecantikan Azra.
"Ya Allah, Nduk. Ayu tenan koyo ibumu," kata sang perias, Mbak Dewi.
"Mbak ini bisa ae to," balas Azra tersenyum malu yang mendapat kekehan dari Mbak Dewi.
Setelah selesai dengan segala kesibukannya sejak selesai shalat subuh tadi, Azra kini sudah sampai di sekolah bersama dengan sang bunda karena ayahnya akan menyusul sehabis dari kantor. Azra segera menyusul bersama dengan teman-temannya yang duduk di bangku yang sudah disiapkan untuk para wisudawan pagi hari ini.
Pertunjukan yang dipersembahkan oleh adik kelasnya membuat Azra menatap takjub, mereka sangat berantusias dalam acara ini.
"Nur, sowan ke pesantren nggak jadi besok aja to?" tanya Azra disela-sela acara yang memang Nur duduk disebelahnya.
Nur menatap Azra penuh tanda tanya, "Harus besok banget to?" tanya Nur yang diangguki singkat oleh Azra.
"Em, gimana yo, itu sih terserah gimana kamunya aja wes, tapi aku menyarankan besok ae. Soalnya kelamaan di rumah tuh gak enak banget tau," ucap Azra menurunkan intonasinya.
"Oke, tidak masalah kalo mau sowan besok aja, tapi orang tuaku tidak bisa mengantarkan aku sowan, Ra. Gimana dong ini?" tanya Nur mengubah mimik wajahnya sok sedih membuat Azra tergidik ngeri.
"Ada ayahku," jawab Azra.
Lantas Azra dan Nur pun kembali fokus ke dalam acara, yang mana setelah ini akan masuk ke dalam acara wisuda dan pembagian penghargaan pada siswa dan siswi yang berprestasi.
Dengan dipandu oleh Bapak Wahyu dan Ibu Rahma sebagai MC acara, para siswa dan siswi berjalan bergantian untuk menaiki podium hingga selesai. Dan tibalah saatnya dimana saatnya pengumuman siswa siswi berprestasi Madrasah Tsanawiyah Al Azhar.
"Baik inilah sesi acara yang paling ditunggu-tunggu oleh semua para siswa siswi maupun para wali murid pada acara wisuda purna wiyata pada pagi hari ini. Tanpa menunggu lama lagi mari kita simak siswa siswi berprestasi Madrasah Tsanawiyah Al Azhar," ucap Bapak Wahyu
"Wisudawan berprestasi terbaik 3 dengan nilai 8,9 jatuh kepada, Ananda Muhammad Fatihun Nada. Untuk Ananda Fatih beserta wali murid harap menuju podium," ujar Ibu Rahma.
"Baiklah, wisudawan berprestasi terbaik 2 dengan nilai 9,2 jatuh kepada, Ananda Dwi Muhammad Akbar. Untuk Ananda Akbar beserta wali murid harap menuju podium," lanjut Bapak Wahyu.
Melihat dua nama siswa yang telah disebut, siswa dan siswi berteriak histeris. Siapa yang tidak mengenal Fatih dan Akbar? Siswa yang terkenal dengan parasnya yang tampan dan segudang ilmu yang sepertinya memenuhi kepalanya.
"Inilah yang sangat kita tunggu dari tadi, yaitu pengumuman nama siswa atau siswi yang berprestasi terbaik satu. Tanpa basa-basi lagi kita lihat siapakah ini," ujar Ibu Rahma yang sengaja digantungkan.
Nur menatap ke arah Azra yang tampak tenang saja, "Kamu ini gimana to, Ra? Nggak ikut kepo gitu?" tanya Nur heran.
Azra mengangkat bahunya singkat, "Yang jelas bukan aku, Nur. Orang nilainya anjlok banget," jawab Azra santai.
Sementara Nur menatap sahabatnya ini kesal, bagaimana bisa anak ini sebegitu tenangnya dengan suasana yang menegangkan seperti ini. Memang benar adanya, nilai Azra anjlok dari ujian sebelumnya dan itu pun diluar ekspektasi Azra sebelumnya.
"Ayo Bu Rahma!" teriak salah satu siswa yang duduk di bangku barisan terdepan.
"Iya Bu!" balas para siswa siswi serempak.
Bukannya segera menjawab, Ibu Rahma hanya tersenyum lebar dan menggelengkan kepalanya. "Oke baiklah sepertinya anak-anak sudah memberontak banget. Kalo begitu, wisudawan berprestasi terbaik satu dengan nilai 9,6 telah berhasil diraih oleh Ananda Azra Kasih Kinanti. Untuk Ananda Azra beserta wali diharapkan menuju podium," ujar Bu Rahma.
Sang empu hanya terdiam tanpa memberikan respon apa pun, Azra tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Bu Rahma selaku MC acara. Bagaimana mungkin Azra berhasil meraih 9,6 dengan terpampang nyata deretan angka nilai yang ada di setiap lembar kertas ujiannya.
"Ra! Kok malah bengong, aku cepet ke depan sana!" seru Nur sembari menepuk pundak Azra sedikit keras.
Korban pun kemudian mengusap bahunya karena tangan sahabatnya yang melayang di bahunya, Azra rasanya seperti mimpi dengan apa yang terjadi.
Tanpa menunggu aba-aba lagi, Nur menarik tangan Azra agar berdiri dan menyuruhnya untuk segera ke podium karena terlihat sang ayah sudah berdiri di depan sana sembari menunjukkan deretan gigi putihnya.
"Ayah bangga sama kamu," ucap Ridwan setelah melihat putri semata wayangnya berdiri di sampingnya.
"Berkat usaha dan doa bunda sama ayah," balas Azra sembari memeluk sang ayah erat.
Wali kelas Azra, Ibu Dina bergantian memberikan piagam penghargaan serta piala kepada para siswa siswi berprestasi dan tak lupa bagian dokumentasi mengambil beberapa potret foto dalam acara pemberian penghargaan.
Setelahnya, mereka kembali ke tempat mereka masing-masing dan dilanjutkan menikmati beberapa pertunjukan penutup dari adik-adik kelas Azra. Di saat acara dan sesi foto-foto bersama sudah selesai, Azra lebih memilih segera pulang bersama dengan ayah dan bundanya karena jujur saja Azra kini sangatlah lelah dan merindukan pelukan hangat kasur empuk dan selimut tebalnya di kamar.
Sebelum itu, Azra lebih dulu membersihkan dirinya di kamar mandi dan setelah itu Azra memutuskan untuk langsung tidur saja mengistirahatkan tubuhnya yang benar-benar capek.
***
Kediri, 17 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinanti
Teen FictionMenemaninya dengan penuh ketulusan bukan menjadi seseorang bisa memiliki segala hal yang diinginkan, selayaknya perempuan cantik Azra Kasih Kinanti. "Qobiltu nikahaha watazwijaha bil mahril madzkur," "Semua sudah benar-benar berhenti, selanjutnya se...