10. The Door has Opened

64 12 6
                                    

Seminggu telah berlalu sejak Jisoo mendengar kebenaran yang tak pernah ia sangka-sangka tentang takdir pertemuannya dengan Kim Taeri, Jisoo tak pernah tidur nyenyak satu malam pun. Berpikir banyak tentang kegagalannya bersama Jennie setelah bertahun-tahun, teringat bagaimana sendirian ia melewati masa berduka karena kehilangan membuatnya banyak berpikir tentang seberapa pantaskah ia untuk kembali menerima cinta. Namun kehadiran Taeri ke dalam hidupnya, bagaimana wanita membuktikan keberadaan serupa ketenangan yang Jisoo butuh dan dambakan, tak urung membuat Jisoo yakin pada sebuah keputusan.

Siang ini setelah pesan-pesan yang sengaja ia abaikan sebelumnya, Jisoo mengiyakan permintaan Jennie untuk bertemu. Gadis itu berkali-kali menyatakan ingin bertemu Jisoo, namun kenyataan menenggelamkan Jisoo pada waktu-waktunya bersama Kim Taeri akhir-akhir ini.

Jisoo berdiri memandangi ke dalam kafe itu, menatap Kim Jennie yang melambai padanya dari sisi jendela yang lain. Langkahnya ringan namun pasti untuk bertemu dengan gadis itu sekali lagi.

"Kau sudah lama sampai, Jennie ah?", tanya Jisoo begitu ia sampai dimana Jennie berada.

Jennie menggeleng. "Tidak eonni, Duduklah."

Jisoo duduk berseberangan dengan gadis itu. Jennie sibuk bertanya apakah Jisoo ingin makan sesuatu, dan Jisoo hanya membiarkan Jennie memesan apapun untuk mereka.

Percakapan dimulai kembali sesaat setelah pelayan selesai mencatat pesanan Jennie lalu pergi.

"Bagaimana harimu, eonni? Apa kau sibuk?", Jennie memulai.

"Tidak begitu. Hanya ada beberapa pekerjaan yang bisa kuselesaikan dengan cepat, lalu aku bisa mengambil waktu untuk diriku sendiri..", Jisoo menjawab tenang.

Yang pasti Jisoo rasakan saat ini adalah semua getar dan debarnya untuk Jennie benar-benar telah hilang. Sakit itupun sudah tak lagi ia rasa.

"Ah begitu, sepertinya kau punya banyak waktu luang ya.. Apa kau bepergian akhir-akhir ini?", tanya Jennie lagi.

Jisoo tersenyum kecil. Kalimat Jennie lantas membawa Kim Taeri ke dalam ingatannya.

"Ya, aku bepergian."

"Sepertinya kau baik-baik saja, Jisoo eonni." Jisoo melihat Jennie membuang pandangannya setelah mengatakan itu.

Jisoo menghela nafas panjang. Jennie masih sama di matanya, terlalu cepat dan dangkal dalam melihat segala sesuatu.

"Aku hanya mencoba untuk terus melanjutkan hidup, Jennie ah. Dengan tetap berhubungan atau tidak berhubungan denganmu. Berdamai dengan segala keadaan adalah satu-satunya yang tersisa.

Juga rasanya hidup masih baik padaku karena masih ada kesempatan untukku melanjutkan hidup.. dengan sosok yang bersedia menjagaku." Jisoo menyelesaikan kalimat panjangnya.

Seperti yang bisa Jisoo kira, Jennie memang langsung menatapnya.

"Apa.. kau.. sudah bersama seseorang sekarang?", tanya Jennie terbata.

Bersamaan dengan pelayan yang datang membawa pesanan dan meletakkannya di meja, ponsel Jisoo bergetar. Pertanyaan Jennie masih menggantung, pelayan baru saja pergi, dan Jisoo membalas pesan yang masuk ke ponselnya.

"Jisoo eonni.."

"Ah, ne?"

"Kau belum menjawabku.." suara Jennie lirih.

Jisoo meletakkan ponselnya lagi. Kini tangannya berpangku dagu, menatap Jennie yang masih menunggu jawaban darinya.

"Aku tidak selalu bersamanya, Jennie ah. Tapi sosok itu selalu ingin bersamaku, menjagaku, merawatku bahkan jika ia tidak sempat menemuiku.

Blue Forest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang