Langit malam memancarkan cahaya bintang dengan jalanan berisikan orang-orang yang terlena pada kenikmatan dunia. Memuaskan diri di atas tanah yang fana.
Anak muda menyia-nyiakan detik demi detik untuk kesenangan. Sedang orang tua menghamburkan waktu terakhirnya demi kepuasan.
"Kamu ya! udah dibilangin jam 7 harus sampai rumah. Kamu ga lihat jam?"
Suara amarah wanita paruh baya disampingnya tak berhenti sejak mobil ini ditumpangi. Malu sekali dia ditarik pulang di hadapan teman-temannya seperti anak kecil.
Mamanya ini kolot sekali, anak muda zaman sekarang mana ada yang sudah sampai rumah pukul 7 malam. Yang ada di waktu itulah anak-anak muda baru keluar dari sangkar.
"Engga," balas gadis itu setengah hati.
"Pulang ke rumah jam sembilan. Kalau mama ga jemput mau pulang jam berapa kamu?"
"Maluuu... kaya ga punya rumah aja," sungut sang mama.
"Kamu tuh anak gadis, ga baik pulang malem-malem. Mama yang ada di rumah tuh khawatir."
Nasihat, Petuah, Wejangan, berbagai macam ucapan masih keluar dari mulut sang mama. Jujur saja telinganya ingin meledak saat ini, dirinya tidak sanggup mendengarkan perkataan mamanya yang tiada henti.
Kaca mobil perlahan gadis itu turunkan, merasa jenuh dan lelah di waktu yang bersamaan. Sang mama nampaknya tidak ada keinginan untuk berhenti. Hendak menyela tidak ada santun dia rasa, lagi pun pening di kepala membuatnya tak minat menanggapi.
Pelan saja sang mama berkendara tidak terlalu mengebut sebab sekarang jalanan Kota juga penuh akan kendaraan lain. Klakson motor memenuhi pendengaran, meredam suara murka sang mama.
Tangan kiri gadis itu sedikit dikeluarkan melalui jendela, merasakan hembusan angin dingin yang perlahan menusuk hingga ke tulang. Hujan mendadak turun dari langit, tidak deras hanya rintik-rintik kecil. Kedua mata terkatup, dia menikmati setiap sentuhan air hujan pada kulit.
Sentuhan demi sentuhan terasa lebih nyata. Seperti sebuah tangan yang memegang penuh diatas jari-jarinya. Lambat laun mata gadis itu terbuka, mendapati seorang lelaki asing dengan helm yang menutupi sebagian besar wajahnya. Menyisakan kedua netra sang lelaki yang kini bertemu dengan netra milik sang gadis.
"I'm sorry miss, but it's too dangerous to hold your hand out like this," ujarnya dengan suara yang tak begitu jelas.
Hanya seperkian detik tangan mereka bersentuhan. Matanya mendelik karena baru sadar lantas dengan cepat dia tarik tangannya ke dalam. Kepala gadis itu kosong, memproses kejadian yang terjadi secepat kilat.
Motor lelaki asing itu melesat dengan lihai, menyalip motor-motor kecil hingga truk besar. Meninggalkannya bersama jantung yang saat ini berdegup kencang.
"Seharusnya dia yang bahaya, seenaknya megang tangan orang asing waktu berkendara," pikir gadis itu singkat. Sebelum akhirnya dia dibawa kembali ke realita karena panggilan mengejutkan dari sang mama.