NINETEEN - An Invitation

201 19 2
                                    

Sulit menemukan waktu untuk berbicara dengan Ben pada saat Lena sangat membutuhkannya. Lena baru menyadari bahwa komunikasi yang terjalin selama ini terjadi karena lelaki itu membuka aksesnya. Ben yang menghampirinya terlebih dahulu, Ben yang tiba-tiba datang kepadanya. Tidak pernah sebaliknya.

Pada saat sarapan, makan siang dan makan malam adalah waktu-waktu yang Lena pergunakan sebaik mungkin untuk mendapatkan kesempatan itu. Topik di meja makan hampir selalu tertuju pada pernikahan Alex dan Rosalie. Ben dan Cassie menjadi dua orang yang selalu tersingkirkan apabila yang lain tengah membahas topik ini.

Suatu hari, Lena hampir berhasil berbisik kepada Ben—yang selalu duduk di sebelah Cassie—kalau saja Alex yang sedang mendengarkan dengan cermat apa yang dikatakan Raja terkait pemberkatan pernikahan, tidak tiba-tiba melirik ke arahnya. Otomatis ia mengurungkan niatnya, karena jelas Lena tidak ingin Alex mengetahui apa yang hendak ia katakan kepada Ben. Sejak saat itu, Lena menyadari bahwa Alex selalu memperhatikan walaupun tidak sedang menatapnya. Ia bagaikan elang.

Kegiatan Cassie yang sangat padat dan kesibukan Ben dengan event kerajaan benar-benar dua hal yang tidak pernah bertemu di persimpangan. Kealpaan Ben membuat Lena kesal, terutama di saat-saat seperti ini.

Hingga pada saat makan siang pada hari Kamis yang cerah, Raja membahas jamuan makan malam yang akan dilaksanakan esok hari di Aula Besar. Lena telah menulis secarik kertas yang akan diberikan secara diam-diam kepada Ben. Yang ia perlukan hanyalah sedikit keberuntungan.

"Aku tak sabar mengadakan jamuan makan malam dan mengumumkan kedua calon pengantin ini." Suaranya menggelegar hingga Lena yakin jika ada orang yang berdiri di sudut terjauh ruangan, orang itu pasti akan mendengarnya. "Omong-omong tentang jamuan makan malam, bagaimana persiapanmu, Ben?"

Semua mata menoleh ke arah Ben, yang terlalu asik melahap steak hingga tak sadar ia sedang menjadi pusat perhatian.

"Sudah besok ya? Wah aku benar-benar belum memikirkannya." jawab Ben nampak tak peduli.

Raja nampak kebingungan, sementara Ratu berusaha mengatasi keadaan.

"Kau bisa mengajak siapapun, Sayang." Senyum Ratu merekah membentuk kerut di sekitar mata dan bibirnya.

"Aku tidak ingin mengajak sembarang orang, Mom."

"Kau bisa berdansa dengan adikku, Ben." ujar Rosalie dari seberang meja.

Bagaimana ia bisa menawarkan adiknya untuk berdansa dengan Ben? Betapa tidak berperasaannya itu, pikir Lena.

Ada jeda singkat sebelum Ben menjawab dengan intonasi tajam. "Aku tidak akan berdansa dengan adikmu, Rosalie."

Jelas ada sedikit rasa tersinggung dalam nada suaranya, tapi tak seorangpun menyadari, kecuali Lena.

Tepat saat itu Cassie menoleh mencari keberadaan Lena. Ia membutuhkan pertolongan untuk memotong salmonnya. Lena bersiap dengan secarik kertasnya saat ia melangkah maju dan mendengar Ben tiba-tiba berkata.

"Mom, kau bilang aku bisa mengajak siapapun, bukan?"

"Tentu saja. Siapapun yang kau mau, Ben." Ratu nampak puas terhadap nada bicara Ben yang terdengar lebih ceria.

"Kau tidak masalah jika aku mengajak seseorang yang tidak bisa berdansa?"

Lena sedang memotong salmon di piring Cassie saat Ratu menjawab pertanyaan Ben.

"Akan lebih baik jika dia bisa berdansa. Namun jika tidak, Mrs. Carlson tentu bersedia untuk membantunya malam ini."

Lena hendak menyerahkan kertas itu kepada Ben saat lelaki itu berkata:

the Troublemaker PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang