Slice of Destiny

22 1 0
                                    

Don't forget to vote and comment✨

***

Senandung sebenarnya sudah lelah menjadi sasaran cemoohan yang bertubi dilayangkan padanya. Demi Arkan ia rela datang, ia rela dibabat habis oleh gunjingan. Benar ia adalah seseorang yang pernah mendekam di balik dinginnya jeruji besi. Ya, benar ia yang pernah ditinggalkan, dibuang, dan tak dicintai lagi. Tapi apakah kebenaran itu memberi mereka hak mutlak untuk mengolok lukanya?

Dan kini berhadapan dengan sosok yang seolah tertawa di hadapan takdir terasa jauh lebih menyesakkan. Di hadapan Mave, hatinya terasa runtuh seketika. Kenangan berbondong datang mengingatkan pada Senandung betapa kelamnya masa lalu yang ditawarkan oleh Mave.

Luka yang belum mengering, haruskah kembali dirobek? 

Tidak! Senandung tak mau lagi patah, tak mau lagi berdarah. 

Maka sebelum sosok itu bisa mendekatinya, ia pun segera melangkah meninggalkan panggung, sementara sebutir air mata jatuh perlahan dari sudut matanya.

"Tuhan tolong, jangan lagi."

Sebuah pinta yang digaungkan oleh Senandung.

Tapi lihatlah apa yang ia dapatkan. Ketika tangannya tertarik kebelakang, sedang kemudian lehernya terasa tercekik ketika sebuah lengan mendesaknya semakin terpojok di tembok.

"Mengapa terburu-buru pergi. Bukankah ada hal yang perlu kita selesaikan?"

Sudah Senandung, akhiri rasa takutmu. Kau perlu mengupayakan untuk tidak lagi terintimidasi oleh pria bajingan dihadapanmu!

Maka detik itu, tatapan mata sarat permusuhan berpendar dari iris bambi Senandung.

"Bukankah urusan kita telah selesai sejak lama. Kita tidak punya lagi kepentingan, jadi menjauhlah dari hadapanku."

Mave yang mendengar itu tertawa lepas. Merasakan euforia saat saraf dopamine mengalirkan rangsangnya. Mengetahui bahwa boneka cantiknya mencoba unjuk 'cakarnya'.

"Berhenti tertawa bajingan. Apakah menurutmu aku sedang bercanda saat ini?" Amuk Senandung sembari terus mencoba melepaskan diri. Sialnya, kuncian tangan Mave dilehernya tak bisa dihindari.

"My pretty doll,—"

"I'm not your doll anymore!"

"Yes you're. Sampai dimana aku masih menetapkan dirimu tetap sebagai milikku kau akan selalu menjadi boneka cantikku."

"Dimulai dari kehancuran masa lalu, kau bukan lagi menjadi pemilik ku dan aku bukan milik mu. Aku adalah milik ku sendiri."

Mave diam, menatap intens rupa Senandung.

Mendekatkan wajahnya dan meniup mata nyalang Senandung hingga iris yang dilingkupi bulu mata lentik itu mengerjap.

"Aku tidak tahu bahwa kau semakin menarik dengan usahamu melawanku. Kau tahu dengan jelas bahwa aku amat sangat menyukai kepatuhan. Tapi atas sikap melawan darimu kali ini, aku lebih menyukainya."

Tanpa ampun Senandung meludahi wajah angkuh Mave. Kebencian itu nyata adanya, dan kian mengobar saat Mave bersikap makin bajingan tanpa tahu bahwa ia telah menghancurkan Senandung sedemikian rupa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE DEVIL HAUNTS METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang