Yunho

186 13 0
                                    

Rasa nyeri itu datang lagi, menggedor-gedor punggung dan perut Yunho seperti gelombang yang terus-menerus.

Dia mencoba mengatur napas, menarik dan menghembuskan udara dengan perlahan. Rasa sakit ini bukan sesuatu yang bisa diabaikan, tetapi dia tahu bahwa setiap kontraksi berarti bayinya semakin dekat untuk lahir.

Yunho memutuskan untuk mencoba mengalihkan perhatiannya. Dia bangkit dari tempat tidur rumah sakit dengan hati-hati, merasakan sedikit nyeri yang menekan. "Aku ingin berjalan-jalan sebentar," katanya kepada dokter dan perawat yang ada di sana.

Dokter mengangguk dengan pengertian. "Tentu saja, berjalan-jalan bisa membantu mempercepat proses persalinan. Jangan terlalu memaksakan diri, ya."

Yunho memulai langkah-langkah kecil di koridor rumah sakit, sesekali menoleh ke arah televisi di ruang tunggu yang sedang menayangkan acara talk show pagi. Gerakan-gerakan sederhana ini membantunya mengalihkan perhatian dari rasa sakit yang datang dan pergi dalam gelombang. Sesekali, dia berhenti untuk melakukan sedikit peregangan, melenturkan tubuhnya yang terasa kaku.

Namun, setiap kontraksi semakin kuat, semakin sulit untuk diabaikan. Setelah beberapa putaran berjalan, Yunho tahu bahwa dia sudah tidak bisa lagi bertahan dengan cara ini. "Aku perlu berbaring," katanya, suaranya terdengar serak dan lelah.

Kembali di kamar persalinan, Yunho berbaring di tempat tidur, mengatur napasnya seperti yang diajarkan oleh bidan. "Bernapas, Yunho. Tarik napas dalam, hembuskan perlahan," kata bidan dengan suara yang menenangkan.

Waktu terasa berjalan lambat ketika kontraksi semakin intens. Tiba-tiba, rasa sakit yang sangat tajam membuat Yunho meringis. Dokter memeriksanya dengan cepat, dan ekspresi wajahnya berubah menjadi serius.

"Yunho, bayi sudah berada di posisi crowning. Kita akan segera memulai proses mengejan," kata dokter dengan suara yang tegas.

Para perawat segera mempersiapkan peralatan, sementara bidan dan dokter memberikan instruksi dengan jelas. "Saat kontraksi berikutnya datang, dorong dengan sekuat tenaga, Yunho. Saat tidak ada kontraksi, tarik napas dan istirahat."

Yunho mengangguk, berkonsentrasi pada napasnya. Ketika kontraksi berikutnya datang, dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mendorong. Rasa sakitnya luar biasa, seolah-olah tubuhnya sedang terbelah, tetapi dia tahu bahwa ini adalah satu-satunya jalan menuju kelahiran bayinya.

"Bagus sekali, Yunho! Dorong lagi!" seru dokter.

Yunho menggigit bibirnya, mengejan lagi dan lagi, mengikuti irama kontraksi. Rasa sakit di bagian bawah tubuhnya semakin intens saat kepala bayi mulai keluar. Air ketuban bercampur darah mengalir keluar, menandakan bahwa proses kelahiran sedang berlangsung.

"Aku tidak bisa," gumam Yunho, air mata mengalir di pipinya.

"Kamu bisa, Yunho. Sedikit lagi," kata dokter dengan tegas. "Tarik napas, dan dorong lagi saat kontraksi berikutnya."

Dengan napas yang berat, Yunho mengikuti instruksi. Dia mengejan sekuat tenaga, dan akhirnya, dia merasakan kepala bayinya berhasil keluar. Cairan ketuban dan darah terus mengalir, tetapi dia merasakan sedikit kelegaan mengetahui bahwa kepala bayi sudah keluar.

Dokter segera membersihkan wajah bayi dan mengeluarkan cairan dari hidung dan mulutnya. "Kamu hebat, Yunho. Sedikit lagi, dan bayimu akan lahir," kata dokter dengan senyum lembut.

Seorang perawat dengan sigap menyeka keringat di kening dan leher Yunho, memberikan sedikit kenyamanan di tengah-tengah perjuangannya. "Kamu sangat kuat, Yunho," kata perawat itu sambil tersenyum.

Yunho hanya bisa mengangguk lemah, masih berusaha mengatur napasnya. Dia tahu bahwa proses persalinan belum selesai, tetapi dia merasa sedikit lebih kuat dengan dukungan dari dokter dan perawat di sekitarnya. Bagian terberat mungkin sudah lewat, tetapi dia harus terus berjuang hingga bayinya benar-benar lahir.

Dokter kembali memegangi kepala bayi yang baru saja muncul, senyum tipis terlukis di wajahnya meskipun tugasnya belum selesai. "Yunho, kamu perlu mengejan lagi. Kita perlu mengeluarkan bahu bayi sekarang."

Dengan napas yang masih berat, Yunho mengumpulkan sisa kekuatannya. Ia merasakan kontraksi berikutnya datang dan dengan dorongan kuat, ia kembali mengejan. Rasa ngilu luar biasa menyebar ketika bahu bayi perlahan-lahan keluar, membuat Yunho melenguh kesakitan.

"Bagus sekali, Yunho. Sedikit lagi," kata dokter sambil memutar tubuh bayi untuk memudahkan proses kelahiran.

Di dorongan terakhir yang terasa seperti memeras seluruh tenaga yang tersisa, seluruh tubuh bayi akhirnya berhasil keluar. Tangisan pertama bayi itu menggema di ruangan, membawa sorak sorai dari dokter, perawat, dan bidan yang ada di sana. Yunho menangis bahagia dan lega, merasakan perjuangan panjangnya akhirnya berakhir.

Dokter dengan lembut menyimpan bayi itu ke dada Yunho, dan ia segera memeluk serta mencium bayinya, air mata kebahagiaan mengalir lagi di pipinya. "Selamat, Yunho," kata dokter sambil tersenyum.

"Selamat, Yunho! Kamu luar biasa," tambah seorang perawat selagi dokter memutus tali pusat bayi dengan hati-hati.

Bayi itu kemudian dibawa oleh perawat untuk dimandikan, sementara dokter mempersiapkan Yunho untuk tahap akhir persalinan. "Yunho, kamu perlu mengejan sedikit lagi untuk mengeluarkan seluruh isi rahim," instruksi dokter dengan lembut.

Meskipun lelah, Yunho mengumpulkan kekuatannya sekali lagi. Dengan satu dorongan terakhir, seluruh isi rahimnya keluar, membuatnya merasa sedikit lega.

Setelah itu, perawat dengan hati-hati membersihkan seluruh bagian tubuh dan wajah Yunho, lalu memakaikannya baju baru yang masih bersih agar lebih nyaman. Mereka menyelimuti tubuhnya dengan selimut hangat, memberikan rasa nyaman setelah perjuangan yang luar biasa.

Tidak lama kemudian, bayi yang sudah dimandikan dan dibundle dengan rapi, diserahkan kembali ke Yunho. Ia menyusui bayinya dengan hati-hati, merasakan ikatan yang dalam dengan makhluk kecil di pelukannya. Bayinya akhirnya tertidur dengan tenang setelah menyusu, dan Yunho yang puas dan lelah, masih menggendongnya sebentar sebelum menidurkannya di tempatnya.

Yunho kembali berbaring, merasakan tubuhnya yang lelah tetapi penuh dengan kebahagiaan. Ia menunggu dengan sabar kedatangan keluarga dan teman-temannya yang akan datang menjenguk, membagikan kebahagiaan dari momen luar biasa yang baru saja dilaluinya.

Ia menarik napas dalam-dalam, menikmati momen damai setelah badai perjuangan yang panjang.

ATEEZ MPREG Oneshots [⏯]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang