Seonghwa × Mingi

2.6K 119 21
                                    

Bagaimana bisa hanya dalam beberapa menit saja, hidupmu berubah seketika? Bagaimana bisa senyuman di wajahmu berubah menjadi air mata yang mengalir di pipimu? Nah, itulah yang terjadi pada Mingi dan Seonghwa.

Kehidupan keduanya berubah dalam sekejap ketika mengetahui apa yang terjadi pada bayinya.

Ketika mengetahui bahwa Seonghwa sedang mengandung, mereka berdua terkejut dan butuh beberapa saat untuk memahaminya, tapi pada akhirnya sangat gembira karena akan membangun sebuah keluarga bersama. Ketika keduanya memberitahu yang lain tentang bayi itu, mereka ikut bahagia.

Seluruh kehamilan berjalan lancar selain masalah morning sickness.

"Hwa... waktunya bangun," ujar Mingi serak ketika memeluk kekasihnya yang sedang tidur dan menyentuh perutnya.

"Tidak mau..." jawab Seonghwa dengan mengantuk sambil terus tidur.

"Baby, kau ada janji USG hari ini... kita akan melihat bayi kita..." Mingi mencium tengkuk Seonghwa, membuat yang lebih tua tersenyum ketika membuka mata perlahan.

"Ultrasonografi?"

"Ya. Sudah tujuh bulan kan. Tinggal dua bulan lagi sampai bayi kita lahir."

Seonghwa menoleh pada Mingi.

"Aku tidak sabar menunggu ia lahir," ujar Seonghwa.

Mingi tersenyum.

"Sama. Aku masih tidak percaya kita membangun sebuah keluarga bersama." Mingi mengelus lembut perut Seonghwa.

"Sekarang, ayo... waktunya bersiap-siap." Mingi mencium pipi Seonghwa lalu bangkit dari tempat tidur.

"Bantuin dong."

Mingi terkekeh saat melihat kekasihnya kesulitan duduk karena baby bump-nya menghalangi.

Mingi membantu Seonghwa bangun lalu menghampiri lemari untuk ganti baju. Saat berganti pakaian, ia melihat Seonghwa kesusahan dengan celana jinsnya.

"Mingi, jeansnya tidak muat..." Seonghwa merengek.

"Baby, kau kan punya maternity jeans. Pakai itu lah."

"Tapi aku tidak menyukainya. Aku maunya yang ini..."

"Aku tahu sayang, tapi kau hanya perlu memakainya sampai bayi kita lahir dan kau bisa kembali memakai jeans biasa."

"Iya iya..." Seonghwa menghela napas ketika mengambil jins maternitas.

Mingi membantu Seonghwa mengenakan celananya lalu Seonghwa memakai pakaian nyaman yang menutupi perutnya.

"Siap?"

"Ya. Siap untuk melihatnya." Seonghwa tersenyum.

Mingi membalas senyum saat menautkan jemarinya dengan Seonghwa dan membantunya berjalan menuju mobil dan memasukinya.

Mingi membalas senyum saat menautkan jemarinya dengan Seonghwa dan membantunya berjalan menuju mobil dan memasukinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak sabar untuk melihatnya lagi." Seonghwa berbaring di meja pemeriksaan dengan Mingi di sisinya.

"Sama..."

Tak lama, pintu terbuka saat dokter memasuki ruangan.

"Halo boys."

"Hai."

"Siap untuk pemeriksaan?"

"Ya."

"Oke." Dokter terkekeh saat memasang mesin ultrasound.

"Bisakah kau menyingkap bajumu?"

Seonghwa mengangguk dan patuh. Dokter menyemprotkan gel ke perut Seonghwa lalu menempelkan dan menggerakkan stick-nya di sana.

Setelah beberapa menit, alis dokter itu berkerut.

"Kenapa?" Tanya Mingi ketika melihat ekspresi khawatir di wajah sang dokter.

"Ada sesuatu yang membuatku tidak bisa menemukan bayimu..."

"A-apa?" Tanya Seonghwa takut.

"Tunggu sebentar." Setelah berkata begitu dokter keluar dari ruangan.

"Mingi... aku takut... bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya?"

Mingi baru saja akan berbicara ketika pintu terbuka dan dokter itu datang bersama dokter lain.

Keduanya memperhatikan mereka saling berbicara.

"Oke..."

"K-kenapa?" Tanya Seonghwa.

Dokter menghela napas lalu mengatakan sesuatu yang mengubah hidup mereka berdua selamanya.

"Alasan bayinya tidak ketemu di USG adalah... bayi anda sudah meninggal..."

"A-apa? Kok bisa? A-aku..."

"Maafkan saya..."

Air mata membasahi pipi Seonghwa saat menyadari bahwa bayinya telah tiada.

"Kita harus bagaimana?" Tanya Mingi yang berkaca-kaca.

"Melakukan persalinan..."

Tak lama, Seonghwa mengenakan gaun rumah sakit dan berbaring di ranjang.

"Tidak mau..." Seonghwa menangis ketika menatap Mingi.

"Aku tahu sayang... tapi kita harus."

"Oke... Seonghwa... kau harus mulai mendorong," ujar dokter.

"O-oke..."

Seonghwa mencondongkan tubuh ke depan dan mulai mengejan sambil menggenggam tangan Mingi. Setelah beberapa dorongan, kepala bayi itu akhirnya terlihat.

"Sakit..."

"Aku tahu sayang, tapi ini akan segera berakhir. Hanya beberapa dorongan lagi," ujar Mingi lembut.

Seonghwa mengangguk dan terus mengejan, berhenti saat perlu mengatur napas lalu mendorong lagi.

Tak lama, bayinya lahir. Seonghwa menangis saat jatuh kembali ke tempat tidur, kelelahan dan patah hati ketika tidak mendengar suara tangisan bayi.

"Bayinya laki-laki..."

"B-bolehkah aku melihat dan memeluknya sebentar saja?"

Dokter mengangguk saat membungkus putra mereka dengan handuk lalu menyerahkannya pada Seonghwa. Seonghwa terisak melihatnya. Sangat menyakiti hatinya mengetahui putranya telah pergi dan mereka tidak memiliki kesempatan untuk melihatnya tumbuh dewasa.

"Maafkan aku sayang..." Seonghwa melihat wajah damai putranya.

Mingi berlutut di samping ranjang dan air mata mengalir di pipinya.

Mingi berlutut di samping ranjang dan air mata mengalir di pipinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KENAPA NASIB MINHWA GINI AMAT KASIAN BGT WOEY T-T

ATEEZ MPREG Oneshots [⏯]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang