Bab Satu

874 102 12
                                    

Keluar dari kamar, gegas langkahnya terseret diubin yang dingin.

"Kaia, mau kemana?" Tanya Prilly yang tiba-tiba sudah ada dibelakang Kaia. Mungkin karna mendengar pintu dan seretan kaki Kaia yang terburu.

"Mau cari tali dari sapu ijuk!"

"Buat apa?"

"Kata ibu, Supaya mahluk itu gak bisa masuk rumah, kita harus berjaga setiap malam sebab HPL Mawar makin dekat!" Ujar Kaia menyebut saudaranya yang sedang hamil sementara suaminya pergi bekerja kekota.

"Oh!"

Kaia memasuki gudang dan keluar membawa sebuah sapu dan tali. Sehari setelah ia kembali dari kota, tersiar kabar ari-ari seorang bayi menghilang saat akan dikuburkan dalam tanah. Dan seorang ibu yang baru melahirkan secara misterius kehabisan darah dan meninggal dunia. Warga kampung menduga kampung mereka sedang terancam dengan kehadiran mahluk jadi-jadian yang disebut hantu kuyang.

"Nih, untung digudang masih ada!" Kaia menunjukkan sebuah tali berwarna hitam yang masih tergulung. Konon tali tersebut jika dibentangkan di samping rumah dapat membuat mahluk yang melayang hanya kepala dan isi perutnya itu tersangkut disana.

"Aduh!"

Tiba-tiba Prilly memegang kepalanya.

"Kenapa, Pril?"

"Kepalaku sakit, Kai!"

"Istirahat saja duluan, aku akan menemani Mawar!"

Kaia memandang punggung gadis yang mengenakan pakaian putih panjang itu hingga hilang dibalik pintu. Teman yang ia bawa dari kota karna sedang patah hati ditinggal menikah oleh sang kekasih yang tidak direstui ibunya. Tadinya ia mengira Prilly takkan tahan tinggal dipedesaan karna terbiasa hidup ramai dikota. Nyatanya, ia betah-betah saja meski setiap hari melamun sambil duduk diayunan.

Sudah seminggu dia kedatangan Kaia bersamanya yang tidak direncanakan. Gadis itu teman Kaia sekantor dimana Kaia hanya sebagai karyawan kontrak bagian marketing yang setiap satu tahun sekali akan ada jeda kontrak sebulan sebelum kembali diperpanjang, sementara Prilly adalah staf yang sudah menjadi karyawan tetap.

Kaia dan Prilly sebetulnya tidak akrab sebelum ini. Hanya sebatas 'say hello' setiap hari sebelum Kaia keluar kantor karna job desc nya di lapangan sedangkan Prilly staf yang 'stay' dikantor dari pagi hingga jam kerja berakhir sebagai admin termasuk yang mengurusi karyawan kontrak.

"Jeda kontrak sebulan aku gak ambil ya, sebab aku mau pulang kampung, ngerefresh tenaga dan pikiranku yang terkuras beberapa tahun ini!" Ucapnya waktu itu sebulan sebelum kontraknya berakhir.

Kaia memang sudah 3tahun bekerja dan setiap tahun jeda kontraknya tetap ia teruskan untuk menjalankan tugas dengan kontrak jeda sebulan. Mungkin ada yang tidak paham kalau sistem seperti ini ada disuatu perusahaan. Jeda kontrak dimaksudkan agar karyawan tersebut tercatat sebagai karyawan baru kembali setelah jeda tersebut meski sebenarnya perusahaan masih membutuhkannya bekerja disaat jeda tersebut. Dan meskipun statusnya Jeda, karyawan tersebut tetap akan digaji senilai gaji yang ia terima setiap bulannya bahkan tanpa potongan.

"Tapi apa gak sayang? Kalau yang gantiin kamu selama jeda performanya lebih bagus dari kamu, dia yang akan dikontrak lho, kamu akan tersingkir jika posisi itu tidak kosong!" Prilly mengingatkan.

"Yah mau gimana, Pril, aku capek banget, pingin istirahat dulu dikampung, back to nature, dikota berisik."

"Cari pekerjaan sekarang kan gak mudah, Kai, kita harus dari awal."

"Kalau memang nanti yang mengisi posisiku lebih bagus dan perusahaan lebih memilihnya untuk dikontrak, berarti sudah bukan rezeki aku lagi, semoga Allah kasih peluang yang lain ditempat lain!"

Prilly menghela nafasnya. Kaia paham sebetulnya Prilly tidak sedang memaksa namun ia hanya mengingatkan saja agar sebelum memutuskan Kaia bisa mempertimbangkannya. Artinya memang perusahaan membutuhkannya.

"Sayang sih, apalagi siapa tahu tahun ini terakhir kontrak tahun depan karyawan tetap ditahun ke5!"

"Siapa tahu kan Pril, belum pasti juga, aku emang lagi kangen aja dengan suasana kampungku yang masih hijau, segar, kangen makan bareng keluarga, kangen tidur-tiduran di rumah-rumahan sawah sambil ngeliatin ibu, suasananya cocok juga buat healing," Terang Kaia menerawang membayangkan suasana dikampungnya yang asri.

Tak menyangka sehari sebelum Kaia jeda dan bersiap kembali ke kampung, Prilly menghampirinya. Beberapa hari saat ia kekantor sebelum ia ke lapangan, ia memang melihat Prilly suntuk, bahkan hari itu ia melihat Prilly membanting ponselnya. Tidak bertanya namun ia pikir sudah pasti ada masalah dan ia bukan type yang bertanya kalau tidak diceritakan.

"Kai, boleh aku ikut kekampungmu?"

Kaia tercengang memandangnya. Tentu wajahnya menyiratkan tanya, kenapa tiba-tiba mau ikut saja?

"Aku mau healing, dikota berisik!" Ungkap Prilly tanpa ditanya.

"Terus pekerjaanmu?"

"Kalau gak boleh cuti aku berhenti!"

"Kok?"

"Irham dijodohkan, ibunya tidak suka padaku!"

Tanpa bertanya siapa Irham, Kaia mengerti tentu saja pria tersebut siapa lagi kalau bukan kekasihnya?

"Apa gak sayang?" Kaia bertanya meski lupa Prilly juga mengatakan hal yang sama saat ia memutuskan mengambil jeda.

"Seperti katamu, kalau memang rezekiku sudah berakhir disini seperti berakhirnya hubunganku dengan Irham, aku bisa mulai dari awal lagi ditempat lain bukan?"

Akhirnya didalam bus yang membawa mereka kekampung selama 2 jam, Prilly bercerita banyak tentang patah hatinya sebab orangtua Irham tidak setuju dengannya yang hanya gadis yatim piatu, hidup sebatang kara tidak memiliki keluarga, dan asal usul tidak jelas menurut mereka. Padahal ia merasa dirinya mandiri dan yakin tidak akan menyusahkan siapapun. Ia justru yang membantu Irham hingga mencapai sarjananya, lalu mengantarnya menjadi seorang manager disebuah perusahaan asing.

Kaia menatap wajah sayunya saat tertidur dan menyender dijendela. Dia tidak menangis saat menceritakan patahnya, meskipun wajahnya terlihat suram tanpa cahaya. Mungkin airmatanya sudah kering. Sebab sembab sudah tergambar berhari-hari yang lalu. Dan jujur saja Kaia selama ini tidak tahu apa-apa tentangnya. Bukan bestie yang sering saling curhat. Hanya sebatas teman sekantor yang juga hanya pagi dan sore saat absen kehadiran berjumpa. Dia dingin, misterius dan kaku. Tidak ekspresif dan terbuka hanya seperlunya saja mereka berinteraksi.

"ARGHHHH!!!"

Terdengar jeritan dari dalam kamar yang tadi ditinggalkan Kaia. Ia tersentak melempar memory-nya tentang Prilly dan kenapa gadis itu bisa berada dirumahnya.

"MAWAR!!!" Jerit Kaia melihat Mawar terduduk dengan wajah pucat bersimbah keringat menatap kearah jendela yang terbuka dan tertutup dipermainkan angin malam.

"Ta--di, ta--di ada yang lewat, cahaya merah, membentur jendela...." Mawar tergagap.

Kaia mendekati jendela lalu menutup dan menguncinya. Jendelanya memang berteralis, tapi kalau hantu, dinding saja bisa ditembus bukan?

Kaia mengikat ujung tali berwarna hitam yang tadi ia ambil digudang. Ia bentangkan didepan jendela dengan mengikat ujung-ujungnya agar hantu kuyang tidak bisa menembus jendela itu. Besok ia akan membentangkannya seperti tali jemuran diluar rumah, agar mahluk itu semakin takut bahkan tersangkut jika mendekat.

Kenapa bukan malam ini saja? Diluar terasa senyap. Bahkan suara jangkrik tak ada. Selepas Isya sudah tiada suara manusia. Teror hantu kuyang yang merebak sejak ia datang membuat kampungnya mencekam.

***********
Banjarmasin, 2 Juli 2024

Halo, akhirnya jumpa dicerita ini ya. Biar utang janji aku gak hanya sekedar wacana namun direalisasikan. Tadinya mau one short story atau cerita pendek, tapi lebih baik aku cicil saja menjadi cerita bersambung ya. Mungkin ini tidak panjang. Aku perkirakan hanya 10 bab saja minimal per 1000kata/bab.

Happy Reading ya! ❣

Note.
Kuyang, Krasue, atau Palasik adalah folklor. Makhluk ini dikenal masyarakat di Kalimantan. Kuyang diceritakan sebagai manusia (wanita) yang menuntut ajaran ilmu hitam untuk mencapai kehidupan abadi.

KUYANG ( Aku Abadi Takkan Pernah Mati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang