Bab Sembilan

249 74 17
                                    

"Selamat pak Ali, sudah menyelesaikan  tugas dengan baik!"

"Terima Kasih, Pak Rico!"

Erat jabat pak Rico dibalas Ali dengan sama menggenggam erat. Akhirnya tugasnya untuk membebaskan wilayah di daerah tersebut dengan segala dramanya selesai. Beruntung baginya urusan pembebasan lahan dimudahkan seperti yang diharapkan perusahaan. Meskipun Ali memang lawyer andalan perusahaan, karna pandai bernegosiasi, Ali tidak pernah menjadi lupa pada prinsipnya : "Bukan saya yang jago, namun Allah yang berikan kemudahan." Ucapnya merendah jika dipuji.

"Kali ini bukan hanya menyelesaikan lahan ya, tapi juga sekaligus menyelesaikan kasak-kusuk di daerah ini, mengerikan juga ternyata hantu kuyang benar-benar masih ada!" Ujar Pak Rico lagi.

"Kebetulan saja ketika saya datang teror kuyang sedang hangat-hangatnya disini, pak Rico, dan ada yang diduga sebagai mahluk itu, dan yang namanya praduga tak bersalah membuat jiwa pembela saya sebagai pengacara meronta-ronta ingin mencari kebenaran, sebab kalau tidak benar jadi timbul fitnah, kasian dia."

"Kasian atau...??" Pak Rico menatap penuh arti membuat Ali mengerucutkan hidung, sebab keterangan panjangnya yang tentunya sejelas-jelasnya hanya berakhir dengan tatap menggoda.

"Kasian, pak, awalnya!" Sahut Ali penuh arti.

"Lalu akhirnya?"

"Lebih kasian lagi karna keberadaannya ditempat saya ujung-ujungnya kembali menjadi fitnah," tutur Ali seraya menghela nafasnya.

Teringat setelah dirawat dipuskesmas, siang harinya ia dan Prilly dijemput oleh driver perusahaan kemudian kembali ke kediamannya. Ali belum bisa datang kekantor karena semalaman ia melalui kejadian yang melelahkan dan butuh istirahat. Namun begitu, ia tetap berusaha menyelesaikan urusannya dengan aparat desa baik tentang lahan maupun tentang hantu kuyang yang menggegerkan warga.

"Kami berterima kasih karena bapak sudah membantu memecahkan teka-teki siapa kuyang yang sebenarnya, namun kami kurang setuju jika saat ini kalian berdua tinggal dibawah atap yang sama!" Ujar tetua masyarakat yang datang kepadanya dengan alasan awal ingin menjenguk.

"Saya paham maksud pak haji, tapi dia sedang sakit, beri waktu untuk pulih terlebih dahulu!" Saran Ali seperti sebuah permohonan.

"Maaf, pak Ali," julak haji ipul memandangnya dengan  wajah menyesal.

"Ada awal pasti ada akhir, temu kita hanya bermuara disini!" Pelan suara Prilly.

Ali terkejut karna setelah haji Ipul tetuha kampung itu pergi, Prilly keluar dari kamar dengan menenteng tas hitamnya lengkap dengan syal dilehernya.

"Kamu mau kemana?"

"Aku sudah dengar, jadi---" Prilly tercekat tak bisa melanjutkan kalimatnya. Ia menutup mulut meski merasa naif kenapa harus merasa begitu sedih kembali harus meninggalkan kampung itu dalam keadaan masih harus 'recovery'.

"Aku sudah minta waktu sehari lagi, sambil menyelesaikan tugasku!" Ali meraih tangannya saat Prilly beranjak.

Prilly menggeleng kemudian menarik tangannya perlahan setelah sesaat ia memandang cekalan Ali dilengannya. Ia tak mau selalu menjadi alasan Ali memiliki beban moral. Ia cukup puas karna mereka sudah membuktikan kalau bukan dia hantu Kuyang yang menggegerkan dikampung itu.

"Gila, kami gak nyangka ternyata dia orangnya---" suara seorang pria yang menjenguk Ali disiang hari saat waktunya isoma tertahan dan terdengar syok.

"Ibunya Rumi memang nampak awet muda, mirip dengan Rumi seperti kembaran saja!" Sahut yang lain.

"Katanya padahal Rumi hampir menyalin ilmu ibunya!"

Suara mereka bersahutan.

"Kata siapa?" Ali mengeryit mendengarnya. Rupanya ada yang luput dari pengetahuannya saat ia segera beranjak pergi dari tempat kejadian perkara saat itu.

KUYANG ( Aku Abadi Takkan Pernah Mati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang