Bab Delapan

544 83 19
                                    

"Shhhhhh..."

Prilly menggigit bibirnya. Dingin menyentuh punggungnya, lalu ada yang perih terasa. Ia memejamkan mata. Jemari Ali menyelip dijarinya lalu ia mengeratkannya hingga genggaman mereka memutih.

"Tahan ya, mbak!"

Bukan ucap dari tenaga medis yang sedang melakukan tindakan dipunggungnya itu yang lebih menguatkannya. Namun saat netranya tertutup ia merasakan telapak tangan yang mengusap puncak kepalanya. Saat ia membuka netranya ia menemukan wajah pemberi kekuatan itu. Pria itu tak nampak meringis meski genggaman mereka memutih akibat ia mengeratkan lagi dan lagi saat punggungnya ditindak akibat lemparan obor. Sejak awal, dia-lah yang tidak yakin kalau dirinya hantu kuyang seperti yang dituduhkan orang-orang.

Saat menarik syal dilehernya yang terlihat merah melingkar disana, Ali terlihat memicingkan mata, ia tidak terkejut, ia menyentuh dagu Prilly dan mendongakkan wajahnya, sedetik saja netra Ali sempat menatap kilatan di lensa hazel itu, ia memiringkan wajah memindai leher Prilly kemudian refleks meraba lingkaran merah itu. Bukan berniat tidak sopan meski kesannya ia sembarangan menyentuh tanpa permisi. Sementara meski tidak mampu mengabaikan jantungnya yang berdenyut karna apa yang dilakukan Ali, Prilly seketika terbayang bagaimana kalung dilehernya ditarik keras hingga tiga kali sampai benar-benar putus.

"Kalung dari anakku, duit putraku, ini tabungannya, kamu tidak pantas diberikan hadiah mahal, aku ibunya yang melahirkan, membesarkan, menyekolahkan dia yang lebih pantas menyimpan ini!"

Tidak sempat menghindar, tidak juga sempat memberikan keterangan kalau kalung itu adalah tabungan bersama dengan Irham, uangnya pun ada didalam kalung tersebut karena setelah berhasil merenggut paksa, si ibu bergegas pergi meninggalkannya yang hampir mati akibat sesak nafas sesaat karna tarikan keras yang melukai lehernya. Luka dari kalung yang hampir melingkar hingga bekas goresan kuku diceruk lehernya yang tentu tidak lebih parah dari goresan luka dihatinya. Netranya berembun seketika dan ia berusaha menyembunyikan dengan mengubah arah pandangnya.

'Kenapa?'

Pertanyaan Ali tercekat ditenggorokan. Tangannya yang spontan menyentuh pipi lalu merubah kembali arah pandang Prilly setelah melihat kaca dilensa itu meluruh. Sadar tangannya terlalu susah diajak kompromi dan berakhlak untuk tidak menyentuh sembarangan. Ia-pun merasa tak pantas terlalu ingin tahu urusan pribadi Prilly. Sebenarnya ia sudah bisa menilai, lingkaran itu bukan tanda kuyang seperti ciri-ciri yang ia pelajari. Itu bekas luka, sepertinya ada kekerasan yang terjadi terhadap gadis itu namun Prilly belum mau membaginya. Pantas saja ia selalu mengenakan syal dan mengenakan sweater yang menutup lehernya. Termenung diayunan dengan beban yang nampak diwajahnya yang sendu. Lalu atas dasar apa ia peduli? Ia meyakini Tuhanlah yang menggerakkan hatinya. Kedatangannya ke kampung itupun bukan kebetulan, yang terjadi setelahnya hanya tuntunan.

Dari situ juga Ali semakin yakin, kalau seharusnya Prilly tidak meninggalkan kampung itu dulu. Sebab kuyang aslinya tentu masih bercokol dikampung itu dan jika ia mengetahui Prilly sudah tidak ada dikampung itu, ia bisa saja lebih hati-hati atau bahkan tidak akan muncul sehingga warga semakin yakin Prilly seperti yang mereka kira bila sepeninggal Prilly teror Kuyang mengabur.

"Selesai!"

Tenaga kesehatan yang bertugas tengah malam itu menyelesaikan tindakannya pada punggung Prilly yang memar akibat benturan gagang obor yang dilemparkan padanya. Beruntung puskesmas beroperasi 24jam dibagian unit gawat darurat. Memang sejak perusahaan kelapa sawit beroperasi, mereka membantu mengusahakan fasilitas kesehatan dengan kepala desa yang aktif membangun untuk kesejahteraan kampung tersebut.

"Bengkaknya nanti akan berkurang, tinggal memarnya diolesi kembali dua jam kemudian dengan salep anti memar, nanti saya kasih obat juga untuk meredakan sakit ya!" Ucap pria yang berada di puskesmas itu saat mereka tiba disana.

KUYANG ( Aku Abadi Takkan Pernah Mati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang