[ Two Birds Want to Fly ]

24 5 0
                                    

tw // mention of self harm, two youths affected by mental disorders

; Bahkan jika aku pergi, Allen akan tetap bersinar di sana. Bahkan jika sayap Allen tak berkibar, aku akan menuntunnya, menjadi sayap Allen. Then two birds can fly together.

.

.

.

Yeon Hajun’s diary

Allen, pernahkah bertanya pada dirimu sendiri— Mengapa Tuhan selalu membuat kita merasa kesepian?

Berselimutkan luka-luka tikam yang mencekam, terasa begitu nyata — menusuk hingga menembus tulang.

Mengapa rasa trauma itu terus datang, Allen? Rasanya semakin dalam, semakin meremas diri sendiri, mereka akan menghancurkan kita perlahan.

Allen, can you sing for me? Suara-suara itu datang lagi, i get intrusive thoughts like cutting my hands off, it feels like my therapist hates me.

Tak terhitung berapa kali aku memintamu bernyanyi, aku mendatangi psikiater, perawatan medis yang kian lama seolah tak berhasil, are we the problem??

Tapi, kita bisa tersenyum jika kita bersama. Tak peduli apa yang menanti di ujung jalan tempatku melangkah seorang diri. Aku akan menggerakkan kakiku, membawanya berlari meski badai menunggu, angin ribut tak membuka jalan. Mungkin akan melelahkan dan menyakitkan mulai sekarang dan nanti. Namun tak apa-apa, Allen — sebab aku di sisimu, jika kau dan aku bersama, aku bisa tersenyum.

Bahkan jika aku ingin terbang, aku tak punya sayap, tetapi tanganmu yang menjadi sayapku. Kau akan setia di sini ‘kan, Allen? Akankah kau melupakan kegelapan dan kesunyian, Allen? Sayap cantik ini hidup bersama denganmu, sayap ini tumbuh dalam rasa sakit. Namun sayap ini akan terbang mengarungi cahaya. Mungkin akan melelahkan dan menyakitkan.

I’ll do it if i can, jadi — aku tidak akan ketakutan lagi jika kau menggenggam tanganku, jika kau dan aku bersama, aku bisa tersenyum.

Melodi indah terlontar dari suaramu, tolong jangan menghilang, tetap seperti ini, nyanyian indah itu menghapus sebagian suara berisik di benakku. Tak sembuh total, tapi — im pretty sure totally fine with that, Allen. Lantas pernahkah kau bertanya mengapa aku masih setia di sini?

Cause, we have the same fate and destiny. I need you, and you need me. Just two of us.

Bagaimana jika aku juga mulai menaruh rasa cinta itu padamu, Allen? Akankah kau tetap tinggal? Atau pergi bersama dengan rasaku yang tak terbalas? Cinta itu rumit ya, Allen. Fuck off!! Aku yang masih bergelut dengan trauma sendiri.

Rasa putus asa itu menggerogoti batin, pikiran, mental, dan fisikku — berbagai macam obat tertelan paksa dalam rongga, it hurts me too much, Allen. Badanku lelah, jiwaku tak mampu berdiri tegap di sampingmu dengan sinar panggung mewah, serasa aku tak sanggup dampingi. Who’s 48?? Aku lemah, orang tak akan melirikku, tatapan tak suka dan tak sudi itu tergambar jelas untukku, dan aku akan lenyap dalam ketakutanku sendiri.

Betapa kerasnya aku mencoba menyakiti diri sendiri, seberapa seringnya aku berteriak sakit, sering kali tiap malam aku terbangun dalam mimpi hingga berkeringat dingin dengan jantung berdetak tak nentu, bahkan — benda tajam itu beberapa kali menyentuh lengan mulusku, ku gambar segaris, darahnya keluar segar, lalu — ketika hendak melanjutkan garis kedua, kau menghempaskannya.

Menghempas benda berdosa itu dari genggamanku, peluk eratku — pelukanmu seolah memeluk rasa pelikku, Allen.

Please, live for me, Hajun. Kalau kamu tidak bisa hidup untuk dirimu sendiri, tolong hidup buat aku.”

Thats why i lived for you, Allen.

Hanya itu yang terlontar dari bibir mungil yang ingin sekali rasanya aku cium. Memberi kecupan tiap harinya di bawah atap yang sama. Hidup bersama Allen, aku bisa tersenyum, Allen memberi warna di antara gelap dan sunyi hidupku.

Allen, cahaya yang bersinar terang, sayap yang indah, dan netra yang berapi — antusias dalam musiknya, obati laraku dengan lantunan suaranya. He saved me, ketika dirasa tungkaiku melemas, ketika dirasa efek trauma melenyapkan dan tenggelamkan diriku, tangan Allen terulur pada barisan terdepan — menarikku terbebas dari neraka dunia.

And — i did the same thing. Aku berada di sana untuk membebaskan Allen dari keegoisan orang tuanya, dia tak selemah diriku, Allen tak menunjukkan sisi lemahnya secara terus terang, tapi — aku bisa merasakannya, Allen ingin hidup.

Yeon Hajun, Sugasano Allen — hanya ingin bebas dan terbang dengan sayap mereka.

Find our own way.

Pemuda bermasalah jiwa, siapa pula kiranya yang akan menyukai? Jiwa yang rapuh tergores trauma, raga yang tak dirindukan, lisan yang tak diharapkan. 48, Suzaku akan tetap berdiri menghadap takdir mereka.

Allen benar, aku hidup untuknya. Tapi, sisi lain mengatakan aku harus ikhlas pada hidup, mencoba hidup untuk diriku sendiri, Allen, futhermore, and also our fans.

Maka, jika dirasa efek samping trauma itu terus menyerangku dan Allen, terus menghujam kami berdua, berbisik kata-kata tak senonoh pada pikiran, membuat batin dan pikiran bergejolak memberontak — Allen memelukku sambil bernyanyi lembut di telingaku, dan aku ikut memeluknya, terkadang Allen menjatuhkan air matanya, punggungnya bergetar, suaranya terisak. Aku benci Allen menangis, hanya bisa aku usap lembut pipi itu, saling meyakinkan hidup memang banyak cobaannya.

Terkadang memang perlu tersakiti untuk mengenal perih, dan tersakiti untuk menjadi manusia.

|
|
|
|

[ END ]

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 02 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KARUṇā || hajun X allen [paradox live] ㅡ 夏アレWhere stories live. Discover now