chapter 2

1.2K 58 5
                                    

Happy reading all ^_^

* * * * * * * * * * * * * * * *

" Dennis kemarilah." Kata ayah Dennis saat putra semata wayangnya itu hendak berangkat sekolah.

" Iya, ada apa ayah?" Tanya Dennis.

" Ini naskah drama yang akan kita pentaskan setelah Romeo dan Juliet. Serahkan pada Nilna, suruh dia mempelajari karakter peri jingga di naskah ini." Kata Bram, ayah Dennis dengan nada berwibawa.

" Ayah? Ini kan?" Tanya Dennis tak selesai, ia mencoba mencari jawaban di mata ayahnya.

" Sampaikan saja padanya. minta juga dia menyerahkan biodata singkat sebagai kelengkapan arsip. Tak perlu detail, ini hanya formalitas." Kata Bram mengacuhkan pertanyaan Dennis.

" Ayah? Kenapa ayah tiba tiba mementaskan drama ini? Bukankah selama ini ayah menolak pementasan peri jingga? Kenapa tiba tiba...?" Tanya Dennis terputus.

" Tidak ada alasan khusus, ayah hanya merasa ini sudah saatnya mementaskan drama ini lagi." Ucap ayahnya tanpa melihat ke arah Dennis, seperti menyembunyikan sesuatu.

Merasa percuma saja menanyai ayahnya, Dennis kemudian pamit untuk berangkat ke sekolah. Dia mencium tangan ayahnya kemudian memacu mobilnya menuju sekolah.

" Kenapa ayah tiba tiba ingin mementaskan peri jingga? Dia bilang ini naskah yang tak ingin di pentaskannya lagi. Kata orang orang ini naskah di buat khusus untuk seseorang yang spesial bagi ayah. Entahlah, tak ada seorangpun yang mau menceritakannya padaku." Dennis terus memikirkan hal itu sepanjang perjalanannya ke sekolah.

- - - - - - - - - - -

" Nilna." Panggil Dennis kepada Nilna yang sedang berjalan menuju kantin bersama Rika.

" Iya kak? Ni Nilna mau ke kantin, ikut ga?" Tawar Nilna.

" Boleh." Jawab Dennis singkat sambil mengikuti langkah dua orang gadis itu.

 " Kak Dennis ada apa nyari Nilna?" Tanya Nilna ketika mereka sudah duduk di salah satu bangku di sudut kantin.

" Kangen paling." Celetuk Rika yang sukses membuatnya di pelototi dua orang yang sedang duduk bersamanya itu.

" Ini." Kata Dennis "pura pura"tak mempedulikan candaan Rika meski sebenarnya hatinya berdesir mendengar kata kata itu.

" Apa ini kak?" Tanya Nilna sambil membuka buka kertas yang di berikan Dennis.

" Itu naskah drama untuk pementasan bulan depan. Kamu akan mulai ikut pentas." Jawab Dennis.

Mata Nilna langsung berbinar bahagia. Senyum termanisnya langsung tersemat di bibir mungilnya itu.

" Nilna bisa langsung ikut main kak? Ga belajar dulu?" Tanya Nilna tanpa mengalihkan matanya dari naskah yang baru di terimanya.

" Iya, peran utama lagi. Ayah memintamu mempelajari peran peri jingga.Oh, iya dan juga buat biodata singkat tentang dirimu." Jawab Dennis sambil memandang kagum wajah cantik Nilna.

" Wahhh, lo emang bener bener berbakat na. Bokap kak Dennis aja langsung mengakuinya." Kata Rika sambil nimbrung melihat naskah yang di pegang Nilna.

Nilna hanya tersenyum malu. Bagi Nilna, bisa ikut main di teater saja sudah cukup menyenangkan baginya. Apalagi jadi pemeran utama, itu seperti bonus besar baginya.

" Ehmm kak, kapan kita mulai latihan?" Tanya Nilna kelihatan tak sabar.

" Sabar adik manis, Romeo and Juliet saja belum pentas, ya yang ini nunggu giliran ya." Jawab Dennis sambil mengacak acak rambut Nilna gemas.

A pink snow (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang