IV - Kasar Tapi Nikmat

7.5K 73 8
                                    

Episode sebelumnya :

Ia mengusap dan mengoles kedua pahaku, tak luput dengan bagian dalamnya, kemudian kembali ke hutan rimba milikku ini. Segala gerakannya membuat kedutan senjataku kian kuat bahkan menjadi lebih besar dari sebelumnya! Aku kalap!

•••

Bibirku bergerak dengan sendirinya, diluar kendaliku tanpa sadar, "Pegang aja pak." Aku mengatakannya tanpa tertahan apapun! Semuanya benar benar reflek karena reaksi setiap sentuhan jari jemarinya di permukaan kulitku ini.

Tanganku meraih pergelangan tangannya, memandunya menuju batangku yang sudah tegak sempurna itu. Goresan tangan dan sidik jari bapak mertuaku kini sudah menempel lekat dengan kulit batangku yang berurat. Rasanya kasar, aku dapat merasakan batangku berdenyut keras didalamnya.

Ia mengenggam batang milikku dengan penuh keraguan, namun tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Seraya aku menuntun tangannya dengan melakukan gerakan naik turun di batangku ini. "Mmghhh...." Erangku merasakan sensasi telapak tangan yang kasar milik bapak mertuaku yang naik turun di dinding batangku!

Dilihat dari telapak tangannya, sudah jelas bahwa Pak Hasan merupakan pekerja aktif yang giat. Namun meskipun begitu, tetap saja aku takjub dengan dirinya yang sangat menjaga tubuhnya sampai semulus ini di tengah aktivitasnya yang padat dan keras.

Aku masih menuntun pergelangan tangan kanan Bapak Mertuaku ini naik turun menggenggam batangku yang semakin lama kian berkedut kedut bagai ulat raksasa ini. Cairan jantan yang berwarna bening sudah keluar tumpah ruah kemana mana, Precumku membanjiri telapak tangan Bapak mertuaku sendiri!

Aku membuka mulut, mataku merem melek dibuatnya! Meskipun aku menyukai laki laki sedari lampau, tapi ini pertama kalinya aku mencoba secara langsung, terlebih, dengan Bapak Mertuaku sendiri! "Mhhh...aahh..." Deruh desah nafasku kian melangit, namun masih berbisik. Sementara tangan Bapak mertuaku masih penuh dengan keraguan, seakan ia tak tahu apa yang sedang ia lakukan dan apa yang sebaiknya dia lakukan saat ini.

Aku tak perduli, aku terus menuntun tangannya untuk melakukan gerakan naik turun berulang kali. Sensasi geli nikmat bergidik menjulur bahkan sampai ke puncak ubun ubun kepalaku ini! Meskipun tangannya begitu kaku, dan faktanya aku masih menuntun tangannya untuk melakukan gerakan seperti ini, sudah dipastikan ini juga pertama kalinya untuk Bapak mertuaku!

Minyak urut sudah tercampur dengan legitnya cairan precum milikku, memudahkan telapak tangan kasar itu untuk bergerak naik turun! Baik tangan bapak maupun tanganku sendiri sudah terkena cairan kejantanan milikku!

"Hahh... Ahhh.... Hahh..." Aku mencoba mengatur ritme nafasku, membuat dadaku kembang kempis dengan tempo yang cepat. Rasanya aku ingin sekali menggunakan tanganku yang satu lagi untuk mengenggam kepala Bapak mertuaku ini, mendorongnya mendekat ke kepala batangku, kemudian masuk ke dalam kerongkongnya!

Rasanya aku ingin sekali mengoles batang beruratku ini ke kasarnya kumis bapak! Menampar-namparnya di kedua pipinya yang kemerahan itu... Membayangkannya saja sudah membuat liurku tumpah ruah membasahi sedikit bagian pipiku.

Kulit wajah yang keriput dan kumis khas miliknya, pasti akan menimbulkan sensasi yang luar biasa jika saja dinding batangku menyentuhnya. Dengan membayangkan hal tersebut, tanpa sadar aku mengenggam pergelangan tangan bapak lebih keras dan menuntunnya memainkan batangku lebih cepat lagi.

Denyutannya semakin keras, aku sudah berada di ujung tanduk. Kedua paha bagian dalamku menjepit, "Hmmghh... Hahhh... Ohhhhggh....Saya mau keluar pak..." Tubuhku menggelinjang, rangsangan hebat berlari dari ujung jemari kakiku, melesat cepat ke puncak ubun ubun kepalaku!

Semburan air jantan berwarna putih kental tak terelakkan lagi! Aku menembakkannya ke langit langit, kemudian jatuh seperti hujan yang kental, membasahi perut terkhususnya di sekitar bagian pusarku. Untung bagus cairan pejantan milikku ini tidak menembak langsung ke muka pak Hasan! Yah, mungkin itu akan membuka fetish baru untukku lagi. Dia pasti akan cocok saat bermandikan air jantan putih kental milikku itu di wajahnya.

Aku mengendurkan genggaman tanganku di pergelangannya, dengan sigap ia langsung melepaskan tangannya dari pusakaku. Untuk takaran seorang laki laki tua berusia 50 tahun keatas, ternyata sifatnya sangat polos bahkan saat aku mencengkram tangannya erat supaya bisa mengenggam dan memainkan alat pejantanku ini!

Tanpa sepatah kata apapun, Bapak mertuaku langsung beranjak dan berlari kecil keluar kamar. Sementara aku memakai pakaianku kembali seraya membersihkan kekacauan yang sudah dibuat di ranjang ini.

Tidak kusangka, aku berhasil membuat bapak mertuaku sendiri memainkan kontol menantunya yang tak bukan adalah aku. Ide jahat nan bejat mengalir dengan sangat derasnya di kepalaku, aku tidak puas hanya sebatas melakukan onani seperti ini. Aku ingin lebih! Aku ingin menguasai dan menaklukan tubuh bapak mertuaku dengan seutuh-utuhnya. Sampai dia tak bisa luput dariku bahkan untuk sesaat!

Muncul ambisi baru yang lebih besar dari dalam benakku, aku akan melakukannya! Semuanya untuk menaklukkan Bapak Hasan, Bapak mertuaku sendiri!

°°°

Malam harinya, seperti biasa istriku sudah pulang sesuai jam kerja hariannya. Sekarang kami semua sudah berada di meja makan, menunggu santapan makan malam yang sedikit lagi sudah dibuat. Tentu saja, istriku dibantu dengan bapaknya yang membuat makan malam kali ini.

Cumi goreng tepung dan tongkol sambal merah, perpaduan yang sempurna untuk pulennya nasi hangat yang baru saja matang dan siap untuk dimakan. Malam itu, aku tidak bertegur sapa dengan bapak, tapi disisi lain juga, kami bersikap seperti tidak terjadi apa apa diantara kami.

"Jadi, gimana pak, rumah yang dikampung sudah selesai direnovasi?" Tanya istriku membuka percakapan. Bapak melirih semut ke wajahnya, "Belum, nak. Kayanya butuh waktu lama untuk perbaikan." Aku hanya menyimak percakapan mereka berdua, ya, dipikir pikir, bapak memang sudah cukup lama tinggal disini, dan salah satu alasannya untuk menetap adalah karena rumah dia yang ada dikampung sedang direnovasi.

"Tina bisa kok pak bantu nyari teknisi buat ngebenerin rumah bapak, biar cepet selesainya juga." Ujar istriku lagi, bapak hanya memangut, "Gak usah, Tina. Bapak gamau ngerepotin kamu lagi. Gapapa bapak sekalian bantu bantu disini." Jawabnya.

Aku memotong percakapan, "Kalau misal perlu bahan bahan bangunan, gak usah beli lagi pak. Ambil di toko saya aja." Akhirnya keheningan antara kami berdua terpecah. Namun, tetap saja dia menolak secara halus. Yah... Lagipula semakin lama dia disini akan semakin mudah aku untuk menaklukannya, jadi justru akan jadi masalah jika dia pulang ke kampung halamannya dengan cepat.

Memikirkan itu, tak sadar aku menyeringai tipis, aku akan menjadikan Bapak mertuaku tempat pelampiasan nafsuku!

BERSAMBUNG.

•••

Halo, Readers.

Waduh... Si Abi udah ngerasain tangan Pak Hasan mainin pusaka raksasa miliknya! Mungkin, bagi readers yang punya imajinasi yang sama, hal ini udah kayak mimpi di tengah hari bolong! Kapan lagi bisa nyicip tangan Bapak mertua sendiri?

Cerita akan dilanjutkan ketika sudah mencapai 110 Vote. Terimakasih untuk votenya, Readers! Dan jangan lupa ramaikan komennya yaa, supaya Author FV juga ada interaksi dengan kalian! Salam semuanya!

Selanjutnya : Rahasia Yang Terungkap?

MENAKLUKAN BAPAK MERTUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang