Tepat seminggu berlalu setelah kejadian besar yang menimpa Dara membuat Dara menjadi anak pendiam, entah itu di rumah atau bahkan di sekolah. Hubungannya dengan Vanya pun tidak berangsur baik. Beberapa kali Vanya mencoba mendekati Dara, namun Dara tidak menunjukkan sedikitpun kemauan untuk kembali berteman dengan Vanya. Hal itu jelas membuat Vanya sedih, Alif pun menetap duduk di tempat Dara.
"Dar, IPA nanti bikin sistem pernapasan sekelompok sama siapa aja?" tanya Tari.
"Ga tau, gua belum cek. Kenapa?" tanya Dara.
Tari menarik kursi mendekati Dara. "Lu sekelompok sama gua! Mau ngerjain kapan? Deadline nya Rabu," ucapnya dengan bersemangat.
"Gua kapan aja juga free sih, mau dikerjain dimana emang?" tanya Dara.
"Di rumah Gilang paling, gapapa?"
"Gua ga tau rumahnya Gilang, nanti share–"
"Ga usah, nanti biar gua jemput aja," potong Gilang.
Dara menoleh kearah Gilang yang menatapnya dengan tengil membuat Dara bergidik geli. "Ga deh, nanti lu shareloc aja ya, Tar." pinta Dara yang langsung direspon dengan anggukan.
Pembelajaran berlanjut seperti biasa. Walaupun kejadian itu jelas membuat Dara hancur, namun sebisa mungkin ia mengimbangi fokus dengan belajar. Ia siswa akhir di SMP ini, yang mana berarti hanya tinggal beberapa bulan lagi ia sekolah disini dan pindah ke sekolah menengah atas.
Hari itu bel berbunyi terasa sangat cepat, sebenarnya Dara merasa sangat malas jika harus pulang ke rumah, namun ia sudah cukup lama menginap di rumah sepupunya itu. Ibu nya pun sudah terus menghubungi Dara menyuruhnya untuk segera pulang. Entahlah, pulang ke rumah hanya akan membuatnya semakin gila. Namun dengan berat hati mungkin hari ini ia akan pulang ke rumah.
Dara berjalan menuju gerbang sekolah, disana sudah ada Gabriel yang menunggunya. Menjadi siswa akhir di SMA membuat Gabriel sedikit bebas, sekolahnya terus membubarkan siswa kelas 12 berbarengan dengan para murid SMP. Jelas saja itu membuat Gabriel terus bersemangat datang ke sekolah Dara untuk mengantar kekasihnya pulang. Berbicara tentang masalah Dara di rumah, Gabriel masih belum mengetahuinya. Dara seperti enggan sekali memberitahu Gabriel tentang apa yang terjadi kepadanya, namun Gabriel tidak memaksa Dara untuk segera bercerita. Ia hanya akan memberi Dara ruang untuk setidaknya beberapa hari hingga waktunya tiba Dara menceritakan tentang apa yang terjadi kepadanya.
"Halo cantik," goda Gabriel saat melihat kekasihnya itu. Penampilan Dara sudah lebih baik, tidak seperti seminggu yang lalu. Walaupun mata Dara tidak begitu berbinar seperti biasanya, namun itu tetap membuat Gabriel sedikit lega.
Yang disapa hanya tersenyum manis lalu menghampiri Gabriel. "Kamu bawa motor hari ini?" tanya Dara.
Gabriel mengangguk manis, "aku mau ajak kamu jajan dulu ke alun-alun, mau ga?" tanya nya.
Dara mengangguk dengan semangat meng-iyakan tawaran Gabriel. Dengan senang Gabriel memakaikan Dara helm dan jaket supaya tetap aman. Dara tersenyum merasa bahagia saat Gabriel dengan senang hati merawatnya, juga memperlakukannya dengan baik. Hubungannya dengan Gabriel bukan yang hangat karena baru dimulai, tepat bulan depan hubungannya menginjak 1 tahun. Walaupun begitu, sifat Gabriel tidak pernah berubah sejak pertama mereka bertemu.
Kisah cinta Dara dan Gabriel sama saja seperti remaja lain, mereka bertemu sebagai dua orang asing yang saling berpapasan di event konser. Saat itu Dara masih berusia 13 tahun, dan Gabriel berusia 16 tahun. Siapa sangka kalau ternyata Gabriel jatuh cinta pada pandangan pertama, sejak hari itu Gabriel mencari tahu mulai dari nama hingga alamat rumahnya. Lagi-lagi kebetulan berpihak pada Dara dan Gabriel, setahun kemudian mereka kembali dipertemukan di taman saat Dara menangis karena terjatuh. Saat hari itu, Dara ikut merasakan perasaan nyaman karena kepedulian Gabriel padanya, hingga akhirnya 14 Oktober tahun 2019 mereka resmi menjalin hubungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untungnya, Hidup Terus Berjalan
Teen FictionBertahan hidup dengan kondisi terus tertusuk memang tidak semudah itu. Tanpa semangat, dalam keadaan hampa, tanpa didengar, sungguh perih dan arogan. Tuhan, tolong berikan ia kesempatan setidaknya untuk menikmati hidup walau hanya beberapa menit saj...