1.

8 1 0
                                    

"Terkadang, kepedihan bukanlah tentang fisik yang terluka, melainkan hati yang terabaikan."
~Nayra Andini~


***

"Nayra bangun, adik-adikmu kelaparan "teriak clara--ibu nayra, dari dalam kamar miliknya, ia sangatlah pemalas setiap pekerjaan rumah selalu dilimpahkan ke pundak kecil milik nayra.

Nayra terbangun kaget mendengar teriakkan ibunya, "hm.. iya ma aku udah bangun kok"

Setelah mengatakan itu nayra beranjak dari ranjang menuju dapur untuk membuatkan keluarga nya sarapan.

Dengan bahan makanan yang tersisa di rumah, nayra hanya mampu untuk membuat nasi goreng simpel saja.

Bima--adek laki-laki nayra, mengerutkan keningnya, "Dih makanan apaan nih" keluhnya.

"Makan aja dek, dirumah ngga ada apa-apa jadi Kaka cuman bisa masak itu aja" ucap Nayra sambil mengangkat beberapa piring untuk keluarga nya.

Bima memutar bola mata malas, "mamak mana?" Tanya nya

"Mungkin di kamar"

Bima berjalan ke arah kamar ibunya, ibunya terlihat sedang memainkan ponsel sambil sesekali tertawa.

"Ma, gimana sih, masa kak nayra cuman masak itu doang" ujar bima sambil memasang wajah cemberut.

Ibu nayra hanya melirik sekilas ke arah bima lalu kembali memainkan ponselnya "emangnya apa yang nayra masak?"

"Kak nayra cuman masak nasi goreng doang ma, dia ngak masak lauk" jawab bima

Ibu Nayra mengerutkan keningnya, lalu berjalan ke arah dapur, "nayra kenapa cuman nasi goreng yang kamu masak, kenapa ngak masak lauknya?"

Nayra yang sedang mencuci piring, menoleh. "Di kulkas ngak ada apa-apa ma, yang masih ada cuman beras doang, ya udah aku masak nasi goreng aja" ucapnya.

"Yasudah, pergi ambil telur 4 butir di warung Mpok Susi, bilang nanti bapakmu bayar" perintah clara--ibu nayra

"Aku udah sempet ke sana tadi ma, tapi Mpok Susi bilang kita udah ngak bisa ngutang lagi, soalnya utang bulan lalu yang 263 ribu belum di bayar " ucap Nayra hati-hati, ia takut ibunya akan marah lagi.

Setelah mendengar itu, ibu Nayra menjadi sangat marah. "Apa? Mpok Susi itu memang keterlaluan! Masa cuma utang segitu aja ribut? Memang dasar wanita pelit!" teriak ibu dengan suara tinggi, wajahnya memerah karena marah.

Nayra hanya bisa menunduk, merasa tidak enak melihat ibunya marah seperti itu. "Tapi, ma, kita memang belum bayar utangnya," ujar Nayra pelan, berharap bisa meredakan kemarahan ibunya.

Ibu Nayra tidak mendengarkan. "Sudah, biar mamak yang urus. Kamu pergi ke kamar saja," katanya sambil mengibaskan tangan, menyuruh Nayra pergi.

Dengan langkah berat, Nayra berjalan menuju kamarnya. Ia merasa sedih dan bingung. Di kamarnya, Nayra berbaring di tempat tidurnya dan memikirkan kondisi keluarganya yang semakin sulit. Utang yang terus menumpuk dan marahnya ibu membuat suasana di rumah terasa berat.

Sambil menatap langit-langit, Nayra bergumam pelan, "Kenapa semuanya jadi begini? Semoga semuanya bisa segera membaik." Tanpa disadari, air matanya mulai mengalir, mencerminkan perasaannya yang kacau.

Tiba-tiba hendra--ayah Nayra, masuk ke dalam rumah dengan langkah yang berat dan aroma alkohol yang kuat.

Ia melihat istrinya yang masih marah-marah dan mendekatinya dengan wajah merah padam."Apa lagi ini, Clara?" bentaknya dengan suara keras yang membuat Nayra tersentak di kamarnya.

Senandung NayraaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang