Chapter 3

2.1K 11 0
                                    

Dua hari setelah sesi terapi dengan mas Regi, aku dihubungi mas Regi melalui aplikasi pesan singkat. Dia meminta izin kepadaku untuk memperlihatkan rekaman sesi terapi kemarin kepada temannya sesama psikolog. Mas Regi memang pernah bercerita kalau dia pernah mendiskusikan kasusku dengan salah seorang temannya.

Sejujurnya aku agak keberatan kalau ada orang lain yang melihat rekamanku sedang ejakulasi, tapi di sisi lain ada sedikit rasa menggairahkan ketika aku bisa menunjukkan momen intimku pada orang lain. Mungkin memang aku memiliki sedikit jiwa eksibisonis. Karena mas Regi terus berusaha meyakinkanku, akhirnya aku menyetujui permintaan mas Regi. Rasanya memang sulit untuk menolak permintaan dari orang yang kita suka.

Akibat permintaan dari mas Regi, tanpa peringatan kontolku tegak dengan sendirinya, pikiranku kembali berfantasi liar. Aku membayangkan aku sedang telanjang sendirian di depan mas Regi dan temannya, lalu mereka mulai menjamah tubuhku. Baru berfantasi sedikit saja kontolku sudah mengeluarkan precum. Tanpa berlama-lama lagi aku segera membebaskan kontolku dan mulai memainkannya.

Tapi belum sempat aku mengeluarkan cairan kenikmatan, ponselku berbunyi, aku harus segera ke kantor untuk mempersiapkan laporan sebelum meeting dengan klien nanti siang. Mau gak mau aku harus mengakhiri sesi memainkan kontolku.

Sepanjang hari di kantor, aku benar-benar kesulitan untuk memfokuskan pikiranku. Pasti ini efek gara-gara aku gagal memuntahkan pejuku tadi pagi sebelum pergi ke kantor. Berkali-kali kontolku bangun di waktu yang tidak tepat. Selama meeting tadi pun aku sama sekali tidak memperhatikan apa yang sedang dibahas, hanya satu hal saja yang ada di pikiranku, aku ingin mengocok kontolku secepatnya.

Ketika meeting tadi karena sudah kepalang sange, aku nekat mencoba memainkan kontolku dari luar celana. Kebetulan saja aku duduk di ujung dan tubuh bagian bawahku terhalangi oleh meja yang cukup lebar, sehingga kurasa tidak akan ada yang bisa melihat apa yang kulakukan di bawah meja.

Awalnya aku hanya menggesek kontolku dengan satu jari, baru saja tersentuh sedikit rasanya sudah begitu nikmat. Selanjutnya aku menjadi semakin nekat dan mulai menggesek-gesekkan tanganku tepat di bagian kulupku. Aku bisa merasakan kontolku semakin menegang, celanaku mulai terasa lebih sesak dari sebelumnya. Aku yakin sekali kalau kulupku sudah basah oleh precum sekarang, kontolku terasa semakin sensitif di setiap sentuhan tanganku. Sebisa mungkin aku menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara saat memainkan kontolku.

Akibat aku terlalu asik memainkan kontolku, aku tidak menyadari bahwa meeting sudah hampir selesai. Aku jadi tidak punya cukup waktu untuk membiarkan kontolku kembali mengecil. Aku betul-betul panik saat satu per satu mulai berdiri untuk meninggalkan ruang meeting, ketika aku berdiri benar saja kontolku masih ngaceng dengan tonjolan yang sangat jelas tercetak di celanaku karena aku memakai celana yang cukup ketat hari ini. Semoga saja tidak ada yang menyadari kalau kontolku lagi ngaceng.

--------

Saat aku membuka mataku aku menyadari kalau aku sudah tidak berada di sofa karena sekarang aku bisa merasakan material yang cukup keras di punggungku. Aku mencoba melihat sekeliling dan benar saja aku sudah dipindahkan dari sofa ke ranjang pasien. Aku juga bisa melihat mas Regi dan mas Irfan yang berdiri di ujung ranjang.

Aku benar-benar bingung dengan apa yang terjadi, aku masih dalam kondisi telanjang tapi aku tidak melihat tanda sedikitpun kalau aku sudah ejakulasi. Aku mencoba untuk bangun dan ingin bertanya apa yang terjadi ke mas Regi, namun disaat aku mencoba untuk bangun badanku terasa lumpuh. Tidak ada satupun anggota tubuhku yang mau bergerak meskipun tubuhku tidak terikat, aku hanya bisa menggerakan leher dan kepalaku.

Akhirnya aku mencoba untuk membuka mulutku dan bertanya ke mas Regi, tapi semuanya sia-sia, karena tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Aku langsung panik dengan semua keanehan ini, jantungku berdetak sangat kencang dan aku bisa merasakan keringat dingin keluar dari pori-pori dahiku. Di tengah kepanikanku mas Regi berjalan mendekatiku.

--------

Setelah itu mas Regi langsung memegang kontolku dan memainkannya, dengan jenius mas Regi memberikan kenikmatan di kontolku melalui permainan tangannya. Mas Regi sangat asik memainkan kontolku, kocokan lembut tangannya memberikan sensasi baru bagiku. Rasa panikku mulai mereda seiring dengan kenikmatan yang diberikan mas Regi.

Mas Regi kini berfokus mempermainkan kulupku, dia menarik-narik kulupku dan menjepitnya di sela-sela jarinya. Precum yang keluar membuat kontolku menjadi sangat sensitif ketika mas Regi menggesek-gesekkan kulupku di tangannya.


"Nikmati kulup kamu ya Dex, karena ini terakhir kalinya kamu bisa merasakan kulup kamu." Ucap mas Regi sambil tersenyum licik.

--------

Cerita lengkap dapat dibaca di Lynk.id

3 Chapter - 7744 Words - 52 Pages   

Silahkan klik link di bawah (Copy paste di browser)

https://lynk.id/mainanlelaki/obDeDgD (Online)

https://lynk.id/mainanlelaki/Wl1x5wQ (PDF)

Dijebak di KlinikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang