Saat itu semua menggelap, hanya ada suara bising dari makian yang ia terima, juga pukulan yang tanpa henti. Heeseung meringkuk di bawah dinginnya lantai basah, berusaha sekaras mungkin untuk melindungi kepalanya. Meskipun nyatanya, tak bisa dihindari bila wajahnya sudah babak belur, belumuran darah, dan tubuhnya sudah kehabisan daya.
Telinga Heeseung rasanya berdengung sakit. Bersamaan dengan pintu yang akhirnya terbuka, rasa sakitnya perlahan memudar. Dalam sisa sisa kesadaran yang dia punya matanya menangkap siluet buram yang berjalan mendekat. Suara khas yang dia kenal, sangat akrab hingga Heeseung bisa menebaknya dalam sekali dengar.
Seketika rasanya semua menjadi hening. Heeseung memaksa dirinya untuk tetap sadar, mengais sisa sisa tenaga untuk menangkap sosok yang kini membagi tatap iba dengannya.
" gw liat liat seru banget, lo pada pesta gk ajak gw nih?" Tatapan matanya melirik begitu menusuk, sebelum akhirnya senyum itu tersungging pongah.
Miris, wajah berengsek Shim Jaeyung menjadi pemandangan terakhir yang Heeseung lihat sebelum gelap mendekapnya hingga sesek.
Please gw belum mau mati
....
.
.
.
Return (Antagonis)
.
Heeseung terbangun dengan kepala yang berdenyut sakit. Entah apa yang terjadi hingga dia berakhir disini. Jika dilihat dari suasananya, gorden bilik yang khas, serta bau obat obatan menyengat, Heeseung yakin bila kini dia sedang berada di UKS sekolahnya.
Sebuah plester kecil menempel pada keningnya. Seorang guru mungkin telah memergoki kejadian itu sehingga menolongnya dan membawanya kesini- pikir Heeseung dengan skenerio di kepalanya.
"Sialan- aduh!"
Heeseung batal melanjutakan uampatamnya, dia mendesis ketika merasakan sakit pada bibirnya. Buru buru tangannya bergerak mencari kaca matanya meski terseok seok, sebelum akhirnya beranjak dari ranjangnya untuk menghampiri cermin yang terpasang di dinding uks.
Heeseung bahkan tidak terkejut saat melihat bibirnya robek dengan kondisi wajah yang dihiasi beberapa memar. Hampir persis sama, Ini bahkan lebih baik dari pada yang ia ingat seharusnya. sialnya kacamanya retak cukup parah.
Mendadak Heeseung berjongkok gusar, lalu mengacak rambutnya frustasi. bersandar nelangsa pada diding didekatnya, Heeseung mengetuk ngetuk kepalanya pada dinding seakan hilang harapan.
"Apa gw mati sekarang aja ya?" Ujarnya lesu.
"Boleh juga tuh" Sebuah suara tiba tiba muncul membuat Heeseung seketika menghentikan tindakannya. Seperti terkejut, hingga dengan cepat memutar kepalanya mencari sosok dari suara barusan. Sebelum akhirnya tekukan di kedua alisnya kembali tercetak jelas ketika maniknya menangkap sosok yang sudah menjadi dugaannya.
Seorang pria yang tengah terbaring santai di atas ranjang salah satu bilik yang lain. Dia melipat kedua tangannya kebelakang kepala sebagai bantalan dengan kaki yang bersila. Dengan raut dan senyum berengseknya, jelas Heeseung bisa mengingat dengan pasti kejadian yang baru saja dia alami, buah tahan si biang kerok. Si tukang bully.
Shim Jaeyun
" otak lo kena ya?" Cercanya tiba-tiba, Handphone yang sebelumnya digengam kini disingkirkannya.
" maksud lo?" Heeseung hampir tidak bisa mengatakannya dengan benar. Kenngnya berkerut penuh tanda tanya.
" lo " sebatang rokok di keluarkan dari saku bajunya. Pria Shim itu menjepitnya diantara bibir lalu membiarkannya berakhir diantar kedua jarinya "tiba-tiba mau mati, kenapa?" Lagaknya membuat Heeseung mendengus jengah.
Sebuah basa basi yang tidak pernah Heeseung harapkan keluar dari mulut musuhnya itu.
" Bukan urusan lo" jawab Heeseung dingin. Tak ayal mengundang kernyitan bingung dari pria pirang didepannya itu.
" bener sih" Jaeyun mengangguk, dia terdiam sesaat sebelum akhirnya terkekeh lalu tertunduk mengacak rambutnya lalu menyisirnya kebelakang. Heeseung dapat melihat jelas ada luka yang tidak diobati dengan benar pada pelipisnya.
" pengecut emang cuma tau mati. Dan emang pantes mati. Mereka cuma sampah" Jaeyun sembarangan berkata, dia tergelak lantas kembali menatap Heeseung dengan raut meremeh.
" gw bukan pengecut. " Jelas Heeseung tidak terima. Tanganya mengepal kuat seakan tengah bersiap memukul wajah berengsek si pria Shim yang kini malah menyalakan korek dan mebakar rokonya.
" gw gk lagi ngomongin lo kok" jawabnya santai. Sudut bibirnya tersungging sedikit, Jaeyun menghisap dalam rokoknya sebelum mengembuskan kepulan asap keluar dari mulutnya" cupu, dengerin gw.."
" gw bukan cupu, gw punya nama " potong Heeseung tidak terima. lagi-lagi mendapat respon kekehan dari Jaeyun.
" gk ada yang peduli soal nama lo. lo cuma si cupu sialan yang hidup kayak orang bodoh karna lo pengecut"
Begitu tajam dan kejam, Heeseung tertampar begitu keras. Dia tidak bisa mengelak bahwa rentetan kata yang pria Shim ucapkan itu persis menggambarkan dirinya yang dulu. Pengecut lemah yang tidak bisa melawan dan berakhir menyedihkan dengan cacat dan kemalangan seumur hidupnya.
"Shim Jaeyun bangsat, gw bunuh lo" Heeseung berdesis penuh dendam.
Mendengar namanya di panggil seperti itu, Jaeyun tersenyum senang. Seperti mendapat signal yang dia nanti sejak tadi, Jaeyun beranjak lalu mengisap sekali lagi rokoknya sebelum menghembuskan kembali asap sari m ulutnya.
Rintik rintik air mendadak jatuh bersamaan dengan sirine kebakaran yang berbunyi keras. Kepalan tangan Heeseung teremat kuat dan matanya berkilat penuh dendam.
Jaeyun berdiri lantas mematikan rokoknya.
" kesini lo anjing,..".
....
.
.
.
Return (Antagonis)
27/10/24
KAMU SEDANG MEMBACA
Return (Antagonis)
FanfictionHeeseung muak dengan peran protagonis yang dia jalani. Ketika kematiannya membawanya kembali ke masa lalu, Heeseung memutuskan untuk mengambil peran antagonis dan bersiap untuk membalaskan dendamnya pada Shim Jaeyun, pelaku utama dari kekerasan yang...