4

192 18 3
                                    

.
.
.
Happy Reading
.
.
.

Pagi-pagi sekali Hinata bersiap mengenakan seragam sekolahnya dan menuruni anak tangga rumah nya dengan santai sambil memainkan handphone nya tanpa memedulikan sekitarnya, karena dia tahu hanya dirinya sendiri di rumah ini, tidak ada yang istimewa atau menarik dirumah besar dan mewah ini, yang ada hanya kehampaan dan kekosongan bagi Hinata.

Dia sudah biasa sendirian dan kesepian di rumah besarnya, orang tuanya sudah lama berdiam di luar negeri, mereka lebih mementingkan bisnisnya dari pada anaknya itulah yang dipikirkan Hinata sejak orang tuanya lebih memilih tinggal keluar negeri dan meninggalkan dirinya.

Sangat jarang orang tuanya kembali ke tokyo bahkan untuk menjenguk anaknya sendiri, tapi Hinata sudah tidak peduli, orang tuanya hanya mengandalkan orang kepercayaannya untuk memantau atau menjaga Hinata dari jauh walaupun itu tidak cukup membuat Hinata senang, dia bahkan merasa tersiksa.

Dulunya dia tinggal bersama kakaknya Hyuga Neji, namun ketika dia sudah lulus kuliah dirinya dipercayakan untuk mengurus perusahaan yang ada di tokyo sehingga membuat dirinya sangat sibuk dan jarang pulang kerumah besar dan mewah ini. Dirinya lebih memilih tinggal sendiri di apartemen dekat dengan perusahaan itu dari pada pulang kerumah, namun itu sedikit membuat Hinata lega dia bisa lepas dari orang yang disebut kakaknya itu.

Ayahnya mempercayakan anak tertua itu untuk melanjutkan bisnis yang ada di tokyo, sedangkan orang tua mereka sibuk mengurus bisnis yang ada di luar negeri tersebut. Sama-sama sibuk pikirnya, bahkan Hinata berpikir mungkinkan orang tuanya lupa bahwa mereka punya anak perempuan yang bahkan untuk menjenguk anaknya pun tidak bisa. Kakaknya mungkin bisa di hitung berapa kali dalam setahun ini pulang kerumahnya. Dan paling-paling pulang kerumah hanya untuk bertengkar, mengancam, memarahi dan bahkan memukul Hinata.

Hinata sudah biasa dengan suasana seperti ini di rumahnya sunyi, dipikir-pikir keempat sahabatnya itu yang malah lebih banyak mengunjungi dirinya di rumah, menghibur dirinya walaupun cara sahabatnya itu menyebalkan bagi Hinata, namun dia sangat bersyukur memiliki ke empat sahabatnya itu disisinya, walaupun dia enggan untuk mengakuinya.

Masih menuruni tangga dengan tidak lepas dari ponselnya. Tiba-tiba suara seseorang menginterupsi.

"Kau akan jatuh dari tangga jika terlalu fokus pada hp mu"

Hinata tertegun mendengar suara yang sudah sangat jarang atau bahkan tidak pernah lagi di dengarnya itu. Hinata melirik memerhatikan sekitar asal suara itu, dia melihat seorang laki-laki yang di balut kemeja biru muda dengan mata yang mirip dirinya sedang duduk di sofa rumah.

Hinata mengurungkan niatnya untuk mengunjungi dapur. Kini dia mengabaikan lelaki yang sedang menatap tajam ke arahnya itu, ia tidak peduli dan berjalan menuju pintu untuk bersiap-siap menuju sekolah walaupun saat ini masih terlalu pagi sekali untuk berangkat, ya ini semua karena kakaknya itu, dia tidak tahan melihat lelaki itu ada disini.

"Kau mengabaikan kakakmu?" Neji memperhatikan Hinata yang berlalu seolah dirinya tidak ada. "Begini kah caranya kau menyambut kakakmu? Tahukan kau bahwa aku sangat sibuk namun memilih untuk melihat keadaanmu"

Hinata berdecak lalu membalikkan tubuhnya ketika dia sedikit lagi sampai di depan pintu. "Oh, maafkan aku, terlalu lama sendiri dirumah ini aku menjadi tidak sadar ada seseorang dirumah" jawab Hinata seolah-olah dia terkejut menatap kehadiran seseorang lalu memutar bola matanya malas melanjutkan berjalan menuju rak sepatunya dekat pintu dan mulai memasang kaus serta sepatunya itu.

"Hinata" suara dingin neji mulai keluar

"Tidak perlu mengunjungi aku lagi jika kau hanya ingin memarahiku" ujar Hinata dengan ketus.

Crazy in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang