7

187 18 2
                                    

.
.
.
Happy Reading
.
.
.

"Kalau begitu aku punya penawaran bagus, bagaimana jika kau mencium bibirku dulu agar aku tutup mulut?" Naruto terdiam sejenak memperhatikan reaksi gadis itu "aku berjanji tidak akan melaporkanmu, bagaimana huh" Naruto menyeringai menarik dagu Hinata memperhatikan mata amethyst itu, perlahan jari jempolnya merambah ke bibir merah jambu Hinata, mengusap-usap nya dengan lembut "apa kau berani?"

Naruto terus memandangi gadis dengan mata amethyst itu, cukup dalam, namun tidak ada gemetar seperti sebelum yang pernah-pernah, mungkin dirinya sudah berlatih untuk tidak merasa gentar jika di gertak lagi.

Hinata terdiam, ia juga tengah menyelami mata biru safir itu, Sesungguhnya jantungnya berdetak begitu cepat ketika jari pemuda itu menyentuh bagian bibirnya. Entah mengapa membuat Hinata kelu, tidak bisa bergerak ketika memandang mata itu.

Namun, sekali lagi ia tidak boleh menunjukkan hal tersebut kepada pemuda itu, maka dia harus mencoba setenang mungkin.

Hinata tersenyum dengan tenang. Tenang sekali, lalu mendengus "kau seperti bernafsu sekali padaku, apa aku membuat mu jatuh cinta? seperti pemuda-pemuda lainnya?" Tanya Hinata dengan senyum mengejeknya.

"..."

Hinata terkekeh pelan "Jika iya, hati-hati, karena aku tidak bisa membalas mu."

"..."

"Atau bahkan tidak akan pernah sudi sama sekali menerima cintamu, jadi berhati-hatilah, bersiap-siap lah patah hati" Hinata menyeringai.

Naruto mendengus geli, mendengar semua penuturan gadis itu, sungguh percaya diri sekali pikir Naruto. Naruto bahkan tidak tertarik sama sekali, apalagi sampai jatuh cinta, tidak pernah terlintas sama sekali, apalagi kepada gadis seperti Hinata.

"Kau percaya diri sekali" ujar Naruto tenang.

"..."

Naruto mendekatkan bibirnya ke telinga kiri Hinata lalu berbisik "Aku hanya ingin mengatakan kau bukanlah standar ku, kau juga sangat jauh sekali dari type ku, bahkan tidak mendekati sama sekali" lalu Naruto seolah memasang wajah kasihan. Tentu saja itu semakin membuat Hinata dongkol.

"..."

"Aku juga masih waras jika menyukai gadis sepertimu" Naruto mendengus melepaskan jemarinya dari wajah gadis itu, lalu meninggalkan Hinata sendiri.

Hinata sekali lagi mematung, entah kenapa perkataan pemuda itu sangat menyakitkan baginya, biasanya dialah yang selalu berkata kasar kepada pemuda-pemuda yang pernah menyatakan cinta kepadanya, namun sekarang dia merasakannya, merasakan bagaimana rasa sakitnya.

.
.
.

Kakashi menyeruput kopinya dengan tenang di tengah ruangan sepi itu, sambil sesekali ia memandang ke arah luar jendela memperhatikan keadaan lingkungan sekolah, siswa-siswi yang sedang berolahraga di lapangan sana.

"Naruto!" Kakashi memanggil, ketika melihat Naruto yang sudah masuk ke ruangannya.

Kakashi adalah salah satu guru sekaligus orang yang menjaga Naruto ketika di sekolah, atau bisa dibilang kepercayaan orang tua Naruto untuk menjaganya.

Naruto menutup pintu ruangan tersebut, sebenarnya dia enggan untuk kemari namun kakashi bilang ada sesuatu hal yang penting.

"Hm"

Crazy in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang