10. Father

571 76 2
                                    

Haein menyuruh Ahjumma Hana memanggil keempat anaknya turun untuk makan malam bersama, setelah anak-anaknya duduk di kursi makan Haein menatap mereka satu persatu.

"Yuk baca doa" kata Haein kepada keempat putrinya. Setelah membaca doa mereka pun mengambil lauk yang diinginkan, hal biasa saat makan mereka akan rebutan padahal lauknya banyak

"Aku dulu" Ahyeon menepis sendok Ruka. "Itu kan banyak, kenapa pada rebutan sih" Pharita jengkel melihat kedua saudaranya, Haein yang melihat anak-anaknya hanya bisa menggelengkam kepala

Beda dengan ketiga saudaranya Asa malah diam menatap piring didepannya, tak lama terlihat tangan seseorang menyimpan lauk di piringnya

"Makan lah" ucap Haein menatap sendu anak ketiganya itu, dia tau Asa masih marah padanya. Karna dia tidak ingin mengecewakan Eommanya akhirnya Asa memakan makanannya walaupun hanya tiga sendok

"Aku selesai" Asa berdiri dan bergegas pergi ke dapur untuk membawa piring kotornya. Sesampainya di dapur ia berpapasan dengan Ahjumma Hana

"Nona" panggil Ahjumma saat melihat Asa hanya berdiri diam di depan wastafel. Ahjumma Hana menghampiri Asa yang tak kunjung membalikan badannya.

Asa tidak mampu lagi menahan air matanya itu, iya benar-benar melepas rasa sedihnya, Ahjumma yang melihatnya langsung memeluk dan menengkan Asa

"Menangis lah Nona, lepas segala kesedihan mu, Ahjumma selalu ada di samping Nona Asa" Asa membalas pelukan Ahjumma Hana iya memeluk erat wanita paruh baya itu

"Ahjumma aku Rindu Appa dan Adik-adikku, apakah mereka baik-baik saja?, Pasti mereka sudah besar, aku bahkan tidak mengenal seperti apa wajah mereka" Asa terus saja menangis dan mengeluarkan semua pertanyaan-pertanyaan yang ia ingin tanyakan ke Eommanya, tapi Eommanya selalu saja menghindar

"Ahjumma, Asa" Ahjumma yang mendengar itu langsung melepas pelukannya. "Nyonya, maaf" ucap Ahjumma Hana sambil menundukan kepalanya. Asa bergegas pergi meninggalkan Eommanya.

Haein memasuki studio musik mansionnya, saat ini dia hanya ingin merasakan kenyamanan Asa saat memainkan alat musik

Saat Haein ingin memainkan biola ia tidak sengaja melihat buku tulis kecil yang ada di atas meja, ia membukanya dan melihat lirik lagu

And I wear all your old clothes; your polo sweater
(Dan aku memakai semua pakaian lamamu seperti sweter polomu)

I dream of another you the one who would never, never Leave me alone to pick up the pieces
A daddy to hold me, that's what I needed
(Aku memimpikan kamu yang lain, orang yang tidak akan pernah, tidak akan pernah tinggalkan aku sendiri untuk mengambil bagian-bagian seorang ayah yang memelukku, itulah yang aku butuhkan)

So why'd you have to go
Why'd you have to go
Why'd you have to go
(Jadi kenapa kamu harus pergi, kenapa kamu harus pergi, Kenapa kamu harus pergi)

Tak terasa Air mata Haein jatuh membaca lirik lagu yang dibuat anak ketiganya itu, dia dapat merasakan kesedihan yang dirasaka Asa, begitu dalan rasa sayang Asa kepada Ayahnya

"Eomma, kenapa Eomma ada di sini" Haein yang kaget dengan kedatangan Ahyeon itu langsung menghapus Air matanya dan memutar badannya "hmm Eomma lagi bosan jadi Eomma ingin bermain musik" jawab Haein bohong

"Kami ada kelas musik malam ini Eomma" ucap Ahyeon kepada Eommanya. "Kenapa malam, selalunya kan siang" Tanya Haein

"seonsaengnim tadi ada urusan Eomma jadi dia memindahkan kelasnya malam" Haein mengerti ia pun beranjak ingin meninggalkan studio musik itu tapi langsung dihalangi oleh Ahyeon

"Gwenchana Eomma, duduklah dan liat kami berlatih" Haein pun mengangguki permintaan anak keempatnya

Tidak lama akhirnya Ruka, Pharita dan Asa ikut masuk ke dalam studio musik itu karna Ahyeon dan guru musik mereka sudah lama menunggu

Asa terdiam saat melihat Eommanya duduk di pojok studio musik itu, suasananya jadi canggung. "Unnie, palli" teriak Ahyeon saat melihat Asa mematung.

Setelah mereka latihan vocal dan berlatih musik dan guru musiknya juga sudah siap-siap untuk pulang namun sebelum itu dia bertanya ke Asa

"Asa bagaimana kelanjutan lagu Father yang kamu bikin?, coba aku liat" Bukannya menjawab pertanyaan guru musiknya, asa malah menatap Eommanya.

"Mianhe seonsaengnim, tapi aku sudah merobeknya" Jawab Asa dengan Ragu. "Kenapa di robek, liriknya bagus loh" Asa hanya diam sambil memainkan jarinya

"Lagu apa sih, kok aku ga tau" Tanya Ruka namun Asa tidak menjawab sedikit pun pertanyaan dari saudara-saudaranya yang penasaran sama lagu yang di maksud guru musiknya

"Apa dia menyembunyikannya dariku sehingga dia harus berbohong, padahal aku sudah membacanya" Batin Haein lalu pergi meninggalkan studio musik itu

"Eomma, kenapa pergi" Tanya Pharita yang melihat Eommanya bejalan kearah pintu. "Eomma mau ke kamar dulu sayang" kata Haein yang di angguki pharita

📍Jerman

Sebuah mobil mewah masuk ke perkarangan mansion Hyunwoo, Hyunwoo yang asik bermain bersama anaknya di ruang tengah kaget melihat siapa yang berkunjung ke mansionnya

"Haraboji, Halmoni" Teriak Rora saat melihat kake dan neneknya datang, Rami dan Chiquita ikut lari menghampiri sang nenek

Mereka berpelukan melepas rasa rindunya "sayang cucu halmoni" sambil mencium ketiga cucunya. "Kami rindu Halmoni. "Haraboji tidak nih" kata Du-gwan dengan ekspresi merajuknya

"Rindu juga dong" kata Rami sambil memeluk kakenya yang diikuti dengan kedua adiknya.

"Appa tumben Appa berkunjung malam seperti ini" Tanya Hyunwoo melihat kedatangan kedua orang tuanya yang tiba-tiba itu

"Ada yang ingin Appa beritahu ke kamu, apakah kita bisa bicara di ruang kerjamu" bisik Du-gwan ke Hyunwoo. "Anak-anak Appa pergi sama Haraboji dulu ya" namun tidak ada balasan karna ketiga putrinya sibuk bermain dengan neneknya

Sesampainya di Ruang kerja Hyunwoo, Du-gwan pun mengeluarkan beberapa kertas. "Apa ini Appa" Tanya Hyunwoo heran "ini adalah perusahaan kita di seoul" jawab Du-gwan yang membuat Hyunwoo makin bingung

"Ini adalah cabang utama monarch group, kita akan pindah ke seoul, lagian Appa dan Eomma mu sudah tua Hyunwoo, kami merindukan kampung halaman" jelas Du-gwan

"Baiklah Appa kalau itu keputusan mu, jadi kapan kita akan ke seoul" tanya Hyunwoo "minggu depan, Appa sudah mengurus semuanya jadi kamu tidak usah memikirkan apa-apa" jawab Du-gwan meyakinkan anaknya

"Sekarang kamu cuma perlu bicara ke anak-anak mu, jelaskan ke mereka" kata Du-gwan. "Ne Appa, Aku akan menjelaskannya kepada putriku" ucap Hyunwoo

Saat Kedua orang tua Hyunwoo pulang, Rami, Rora dan Chiquita masuk ke kamar masing-masing, namun Hyunwoo mengajak mereka tidur bersama di kamar Appanya

"Yeyy tidur bareng" Sorak ketiga putri Hyunwoo.

"Anak-anak Appa mau bilang sesuatu" ucap Hyunwoo. "Bilang apa Appa" Tanya Rami.

"Apa kalian setuju kalo kita pindah ke seoul" Tanya Hyunwoo lagi. "Emang kita mau pindah" Rora yang bingung dengan pertanyaan appanya. "Hmmm setuju-setuju aja sih Appa" jawab Rami. "Aku juga setuju" kata Rora.

"Yah aku tidak bisa ketemu lagi sama teman-teman di sekolah" ucap Chiquita dengan muka sedihnya. "Kan nanti di seoul dapat teman baru lagi" Rami mencoba membujuk adiknya yang tampak cemberut itu.

"Kenapa pindah sih Appa?, Appa bangkrut ya?" Hyunwoo yang mendengar itu kaget dengan ucapan spontan anak keenamnya itu.

"Tidak sayang, Haraboji memindahkan monarch Group ke seoul jadi kita harus ikut pindah" kata Hyunwoo menjelaskan kepada anak-anaknya. "Ouhh gitu" jawab rora sambil senyum-senyum

"Aku sudah tidak sabar melihat seoul, kita tidak pernah menginjakkan kaki di negara sendiri" ucap Rami yang diangguki Appa dan adik-adiknya. Hyunwoo sangat bahagia melihat anak-anaknya yang ikut gembira mendengar rencana pindahan mereka ke seoul

Wilted FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang