Motor milik Keenan telah terparkir tepat pukul tujuh lewat dua puluh. Sandra turun begitu motor berhenti. Melepaskan helm, dan mengembalikan pada pemiliknya.
"Gue duluan, Nan." Keenan mengangguk.
Tidak lama setelah itu, Keenan juga bergegas ke kelas. Suasana di koridor cukup ramai, tentu saja karena sebentar lagi bel akan berbunyi. Lelaki itu tampak santai, dengan sesekali menanggapi orang yang menyapa.
"Keenan!" Langkah Keenan berhenti, membalikkan badan dan menemukan Bagas berlari mendekatinya.
"Gue kira lo udah di kelas. Tumben jam segini baru datang?" Mereka berjalan kembali begitu Bagas tepat di samping Keenan.
"Kesiangan, mana gue harus nganterin adek gue ke sekolahnya." Keenan mengangguk paham. Sudah tahu rutinitas sahabatnya itu saat pagi hari.
Bagas anak sulung yang dititipin motor butut milik ayahnya untuk berangkat ke sekolah karena jarak rumah mereka cukup jauh. Walaupun begitu, tugas sebagai abang tetap terpenuhi.
"Eh gue dengar dari tadi mereka bicarain lo sama Sandra berangkat bareng. Beneran?" Keenan hanya mengangguk.
"Wah wah! Lampu ijo ini mah. Gue harus bilang ke Arka jangan mau kalah." Tangan kanan Keenan mengetuk pelan kepala Bagas.
"Gue yang menang, lo kalah pasti."
"Nggak, gue yakin Arka sih yang menang."
"Lo temen siapa sih? Arka atau gue?"
"Ya kalian berdualah. Gimana sih?"
Keenan tampak menggaruk dagunya. "Bener juga, ya?"
"Goblok." Sekarang giliran Bagas yang menoyor kepala Keenan.
Sampai di depan kelas dan duduk di bangku pun, masih saja kedua lelaki itu adu mulut. Rezvan yang melihat itu, berusaha menghentikan mereka.
"Pagi-pagi udah ribut aja lo berdua." Bagas menoleh ke arah Rezvan. Lelaki itu sampai memajukan badannya.
"Lo harus tahu kalau tadi Keenan pergi bareng Sandra." Bagas menoleh ke arah Arka. "Lo jangan mau kalah dong. Harga diri gue taruhannya," sambungnya.
Arka menatap Bagas sebentar, lalu kembali membaca buku tanpa menjawab. Rezvan dan Keenan langsung tertawa terbahak melihat Bagas yang kecewa melihat respon Arka tidak sesuai harapan.
"Udah gerak cepat ya, Ken." Keenan menggeleng menatap Rezvan.
"Belum seberapa itu sih. Sandra masih cuek banget sama gue. Entahlah, kadang baik kadang cuek. Gue juga heran."
"Tapi lumayan 'kan? Lo jadi bisa nggak perlu canggung lagi kalau bicara sama dia atau mau deketin." Lelaki itu mengangguk setuju.
Rezvan membalikkan badan, menatap kedua sahabatnya. "Kalian gimana perkembangannya? Sisi gimana, Din?"
"Ck, Din-Din-Din. Nama gue Bagas! Gue udah dapat nomornya sih dari temen. Mau gue chat masih ragu." Giliran Arka yang belum menjawab pertanyaan dari Rezvan.
Arka yang merasa diperhatikan, menurunkan bukunya. Menatap bingung ketiga temannya. "Apa? Kenapa pada natap gue gitu banget?"
"Lo belum jawab pertanyaan kita," jelas Keenan.
"Ck, belum ada apa-apa. Lagi kepo banget. Kalau gue deket juga murid-murid di sini pada gosip," jawab Arka.
"Bener juga sih. Kaya tadi Keenan berangkat bareng Sandra," celetuk Bagas. Diangguki oleh Rezvan.
"Tapi masa lo belum ada pergerakan. Nanti gue yang menang loh, Ka." Arka menatap malas ke arah Keenan.
"Masih panjang waktunya. Lagian deketin cewek modelan Sandra mah gampang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adorasi Cinta | Na Jaemin ft 00L
FanfictionPada kenyataannya, kita tidak bisa terlalu percaya pada orang terdekat sekalipun. Karena bagaimana pun, manusia tidak ada yang benar-benar tulus. Keenan, remaja yang sudah ditimpah badai atas perceraian orangtuanya. Kembali merasakan sakit saat tah...