Bab 2

4.1K 288 20
                                    

Selamat Membaca.





Richie tak akan menjelaskan detail tentang bagaimana percintaan antara keduanya. Tetapi, satu fakta yang tak akan pernah Richie sangka, bahwa dia, raga yang dia tempati, Geovan Reynolds.. Memiliki mata biru langit gen Dominic, serta wajah manis imut dan cantik gen Levin.

Richie masih tak percaya jika tubuh yang ia tempati merupakan sosok yang keluar dari rahim Levin. Emangnya ada ya laki-laki yang bisa melahirkan.

Hal mustahil yang tak akan pernah dia percayai bahwa lelaki memiliki rahim dan mengandung. Karena baginya semua ini cuma terjadi di novel, dan kini ia masuk ke dalam tuh novel.

Dan kini Richie akan mencari tau, jika benar mungkin ia akan mencoba sesuatu nantinya. Tersenyum smirk memikirkan apa yang ada di otak kecilnya sambil membayangkan nya.

Kini Richie melihat jam weker menunjuk angka 6:42 sore yang berarti dia akan melaksanakan makan malam. Richie  memasuki raga Geovan atau bisa dipanggil Rey.

Jika di bilang bingung, Richie masih bingung sebenarnya. Namun dia tipe pengamat sebelum bertindak.  Karena itu Richie yang anaknya petakilan dan banyak tingkah kini ia harus bisa cepat beradaptasi dalam bersikap maupun bertindak.

Tetapi Richie ingat bagaimana semalam ia cuma tidur namun saat membuka mata dia malah berada diraga Rey, namun satu hal pasti jika dia menjadi orang lain dalam sehari atau sekali do'a saja yang ingin meminta jadi anaknya sejenis? Dan jika memang benar coba kita cek sebentar lagi.

"Rey." Richie menoleh, di pintu sana terdapat sosok pria, bersandar pada pintu menyilangkan kaki dengan kedua tangan masuk saku. Berbadan tegap dan tinggi, wajah tegas, hidung mancung serta bibir merah keunguan. Inikah karakter fiksi, dibuat begitu sempurna bak pahatan Yunani.

Richie yakin jika pria itu Dominic, mata sebiru langit nan tajam memandangnya.

"Anyink Bapak gay gue ternyata ganteng banget, apa mak gue juga bakal cantik ya? Sungguh gue gak sabar ingin liat mak gue, eh itukan mak nya nih bocah, tapi sekarang jadi mak gue kan" batin Richie dengan senyum walaupun di luar tampak biasa saja.

"Ya, daddy?" Richie beranjak, dia mendekati Dom lalu mendongak. Tinggi Richie sebatas bawah dagu diatas dada. Richie tak segan memandang wajah tajam Dominic yang kalau di liat dari dekat sungguh ketampanan yang hakiki.

"Di liat langsung ternyata makin ganteng bapak gue" batin Richie menahan senyum.

Sekelebat pemikiran Richie terlintas, pria se tampan orang di hadapannya mengapa harus menyukai sesama pria? Tidakkah banyak gadis yang mengantri untuk menjadi milik Dominic, akan tetapi pria itu memilih Levin, orang yang memiliki kelamin sama.

"Turun kebawah dan makan malam. Ayahmu sudah memasak makanan favoritmu." Dominic mengusak rambutnya, kemudian pergi setelah mengatakan urusannya. Walau sebentar, Richie tau.. Bahwa Dominic begitu mencintai Levin dan bocah yang ia tempati saat ini.

Dijelaskan dalam Novel bahwa Dominic merupakan pria setia. Tak gampang jatuh cinta dan sulit menerima orang asing. Namun Dominic malah jatuh cinta pandangan pertama pada Levin ketika pria itu sedang berbelanja di suatu supermarket.

Richie memegang kepalanya, ada gelanyar aneh dihatinya. Richie merasa senang sekali namun ia tak boleh over excited. Richie memegang dadanya yang berderak cepat.

"Sebentar lagi gue bakal bisa liat mak gue, aduh jantung gue kek mau mati anyink, gak sabar liat mak gue kek mana ya wajah nya? " batin Richie menahan diri untuk tetap stay Cool.

Sesuatu hal yang tak pernah Richie sangka bahwa dia menjadi buah hati pasangan tabu. Dan ia bakal melihat pasangan sejenis secara live, ini bakal seru kayaknya. Sesuatu yang memang pernah ia impikan saat masih di tubuh lamanya.

Richie melangkah ke luar, menutup pintu kamar lalu pergi ke bawah. Setiap langkah yang dia bawa, Richie memperhatikan sekitar, rumah luas di hias dengan aksesoris bertema alam. Sangat kontras dipadukan cat putih di seluruh ruangan.

Melewati tangga, Richie melangkah secara perlahan. Dikehidupannya dulu rumahnya juga bertingkat, hanya tingkat dua. Rumah minimalis namun damai, hidup damai dan tentram seorang diri tanpa adanya orang tua.

Dan saat ini, Richie merasa hidupnya akan semakin seru dari kehidupan nya yang lama. Ia ingat jika konflik di novel hanya pada saat dimana kedua orang tua Dominic datang dan membawa wanita untuk dinikahkan dengan Dominic.

Mereka masih tidak terima dan tak merestui hubungan Dominic dan Levin. Walau pun mereka terpaksa menikahkan keduanya ketika Dominic berkata jika Levin tengah mengandung. Kedua orang tua Dominic bisa tahan karena Levin bisa menghasilkan keturunan bagi keluarganya.

"Jika mak gue gak cakep boleh kali tuker ama calon mak baru gue. Tapi jika mak gue ini super duper cantik maka pelakor harus di hempaskan dari sisi bapak gue yang ganteng nya ngalahin artis²" batin Richie.

Kini Richie sudah sampai di ruang makan, menarik kursi, Richie duduk di sebelah kiri. Ada Dominic di kursi single, membaca koran ditemani secangkir kopi. Richie menatap pria lain  disana. Pria yang memiliki rambut cokelat menggunakan kaos polos putih, celana panjang berwarna hitam sibuk menyiapkan makan malam. Disamping pria tersebut ada wanita berumur membantunya.

Richie bisa menebak jika dia adalah Levin. Sementara wanita tua tersebut adalah Rini. Pembantu yang membantu Levin mengurusi rumah. Dari belakang, Levin tampak seperti pria pada umumnya, hanya saja tubuhnya lebih kecil dibanding Dominic. Mungkin jika diukur sama seperti tubuhnya. Hanya saja Levin sedikit lebih berisi.

"Anyink mak gue kah itu? " batin Richie.

"Ada apa?" Suara berat masuk ke telinga Richie.

Rey mengalihkan tatapannya pada Dominic. Pria itu menaruh korannya dan memandang anak semata wayangnya. "Kau menatap ayahmu lama." Rey tidak menjawab, karena ia mau bilang apa? Masa iya dia harus bilang kalau ia seneng banget liat mak dia yang cantik sekali.

Namun Richie hanya menggeleng saja karena Richie saat ini sedang menahan gemas dan ingin teriak melihat keluarga aneh ini jadi keluarga nya. Sepasang suami istri yang hanya ada di cerita yang selalu ia baca kini bisa ia liat secara live.

"Gak gue sangka jika mak gue cakep anjirr, ihh gemes pengen peluk tapi ntar gue di kira aneh lagi" batin Richie gemas sambil memilin ujung bajunya.

Dominic menaikkan alis, anaknya memang pendiam, tetapi dia yakin jika Rey putranya tak se pendiam sekarang.

"Makanan siap!" Levin menyeru membawa satu masakan yang masih mengeluarkan asap dengan senyuman manis. Dia menaruhnya ditengah. Membuka celemek dan ikut duduk. "Bi Rini, siapkan susu untuk Rey."

"Baik tuan." jawab Bi Rini.

"Rey, ayah membuat pasta kesukaan kamu." Dia menyodorkan Rey daging Wagyu sertas sop daging ayam. Levin tersenyum hingga matanya menyipit. Dia sangat menyayangi putranya, apapun keinginan serta kesukaan Rey, Levin pasti akan berikan pada buah hatinya.

Richie tidak merespon, karena otaknya masih traveling, ia juga masih memikirkan apa benar ia anak mereka berdua.

"Kenapa Rey? Ada yang salah?" Tanya Dom. Pasalnya sejak tadi putera semata wayangnya berperilaku aneh. Terlihat bingung dan gemas dengan mata yang berbinar. Dia mengalihkan pandangan pada Levin dan melihat tatapan khawatir disana.

Mendengar penuturan Dominic, Levin segera mendekat. Dia berniat memeluk putranya. Khawatir melanda ketika dia mengetahui maksud dari ucapan sang suami. "Nak, apa ada yang salah?" Tanyanya.

Secepat kilat pula Rey berdiri dari duduk ketika Levin ingin memeluknya. Hal itu sontak menjadi tanda tanya bagi kedua orang tua Rey. Bahkan Dominic sampai berdiri, dia juga mendekati putranya yang terlihat kecil dimatanya. "Ada apa denganmu?"

Richie segera berlalu pergi. Dia tidak bisa jika terus di meja makan. Ia belum siap mendapatkan serangkaian kejadian ini. Ia ingin teriak sekarang.





Tbc.
5 Juli 2024

Transmigrasi Seorang FudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang