"Hai, Fa, bagaimana ... kamu nanti lanjutkan ke Universitas, tidak?" Rindu menanyakan perihal persiapan sang sahabat menyambutkelulusan sekolah, apakah Shofa akan lanjut atau tidak. Namun, Shofa belum mengetahuinya, karena ketidakmampuan biaya jika harus kuliah.Shofa hanya tersenyum ketika Rindu marah kepadanya, saat ia mengatakan tidak akan melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Terlebih ketika Rindu mengatakan, dirinya akan meminta bantuan kepada sang orang tua untuk memenuhi kebutuhan Shofa. Sahabatnya itu.
"I don’t care! Elu udah gua anggap seperti saudara, kita udah sahabatan sejak dua tahun lalu, pokoknya elu harus kuliah."
Shofa hanya tersenyum melihat ekspresi Rindu. Ia hanya membalas dengan kalimat. "InsyaaAllah."
***
Yusuf masuk ke kelas, dirinya melihat kedua sahabat itu sedang mengobrol, ingin rasanya pemuda itu ikut bergabung, menghampiri sang kekasih--Rindu. Namun, diurungkan niat itu karena Shofa pasti akan menghindar atau pergi jika ia ikut mengobrol bersama Rindu.
Seutas senyuman diukir Rindu ketika melihat Yusuf masuk dan pria itu pun membalasnya.
"Kantin, yuk!" ajak Yusuf pada Rindu.
“Aku ajak Shofa juga, ya ...."
Yusuf mengangguk. "Ajak aja kalau dia mau. Paling juga nolak."
Rindu menatap Shofa yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri, ia lalu menarik lengan sahabatnya itu. "Ayo!"
"Kamu berdua dengan Yusuf aja, aku puasa."
"Beneran puasa? Elu ... gak bohong, 'kan?"
Shofa menggeleng.
"Ya udah, gua tinggal dulu, ya ... gua mau sarapan bentar bareng Yusuf."
***
Yusuf merasa heran kenapa Shofa sangat tidak menyukai dirinya, terkadang ingin menanyakan hal itu pada Rindu, tetapi takut akan terjadi salah paham antara kedua gadis itu.
Dirinya kenal dengan Shofa terlebih dahulu daripada Rindu, ia mengenal sahabat dari kekasihnya itu sejak duduk di bangku SD, bahkan dulu sikap Shofa tidak seperti saat sekarang. Dulu gadis itu sangat ramah dan mau berteman dengan dirinya.
"Kamu mikir apa, Suf?"
"Gak, aku hanya heran sama sikap Shofa padaku."
"Jangan curiga gitu, dia baik, kok ...."
"Bukan curiga, tapi dia emang gak pernah suka sama aku, bahkan kalau kuajak mengobrol, dia tidak pernah mau, selalu menghindar. Kamu pernah tanya, kenapa dia bersikap begitu padaku?"
"Pernah ... tetapi dia tak pernah mau cerita, tapi kalau aku curhat tentang kita, dia kasih tanggapan, kok, misalnya ... kalau kita lagi ribut, dia juga pernah ngebelain kamu. Ehm... atau ... mungkin karena kamu saingannya, Suf ...."
Yusuf tertawa saat mendengar Rindu mengatakan mungkin sahabatnya bersikap seperti itu karena Shofa ingin fokus kepada pelajarannya, dan dirinya adalah saingannya.
Sejak mengenal Shofa dan bersekolah di tempat yang sama, Yusuf tahu jika gadis itu tak pernah menganggap dirinya adalah saingan, mereka juga pernah akrab, dan Shofa mulai berubah sejak kelas XI, terlebih ketika Yusuf resmi berpacaran dengan Rindu.
Selesai sarapan Yusuf dan Rindu kembali ke kelas. Saat melewati meja Shofa, pemuda itu mencoba tersenyum, secepat mungkin gadis berkucir itu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
'Kamu kenapa sih, Fa ...,' gumam Yusuf.
***
Usai sudah jam pelajaran di sekolah, murid-murid berhamburan keluar kelas, tinggal Shofa, Yusuf dan Rindu yang masih berada di dalam.
"Fa, lu pulang bareng gua, ya?" ajak Rindu.
Shofa menolak karena alasannya disuruh oleh ibunya ke pasar terlebih dahulu.
Rindu mengangguk. "Ya sudah ... elu hati-hati ya, Fa. Gua duluan."
"Aku dan Rindu duluan ya, Fa." Yusuf mencoba menyapa gadis itu.
Shofa hanya mengangguk dan sedikit menyunggingkan senyumannya, kini dua kekasih berjalan ke luar kelas.
"Suf ... aku dijemput mama, kok, kamu duluan aja," ucap Rindu.
"Loh, kok ... gak bilang dari tadi sih, kamu."
"Maaf, ya ... tuh, mama aku udah datang, duluan ya, Sayang ...."
Rindu pun pamit pada Yusuf, dirinya berjalan ke parkiran motor di sekolah.
Saat dia hendak menjalankan motornya ke luar sekolah, Yusuf melihat Shofa sedang berjalan menuju gerbang sekolah. Dirinya menghentikan laju motornya.
'Shofa,' gumamnya.
Yusuf ingin menyapa sang gadis dan menawarkan tumpangan untuk mengantarkannya ke pasar, terlebih Yusuf melihat langit yang mulai mendung pertanda akan hujan.
Yusuf mengalahkan egonya dan memberanikan diri menyapa gadis berseragam putih abu-abu yang sedang menunggu angkutan umum. Meskipun nantinya bakal dicuekin sama sahabat kekasihnya itu.
"Fa, kamu nunggu angkot yang mau ke pasar, ya?"
"Iya," jawab Shofa dengan ketus.
"Jam segini susah angkot di sini, Fa. Kamu aku antar, yuk, sampai depan," ajak Yusuf.
Shofa menolak tawaran Yusuf dan mengatakan dia ingin naik angkot saja. Tak menyerah remaja muda itu mematikan mesin motornya, dan berdiri di sebelah Shofa.
Shofa masih tak menghiraukan Yusuf sama sekali. Ia pun mulai kesal angkot tak kunjung datang, sedangkan lelaki itu masih setia menemaninya.
"Ngapain masih di sini?" tanya Shofa dengan nada jutek.
Yusuf tersenyum saat mendengar Shofa akhirnya mau bertanya pada dirinya meski tidak dengan sikap yang ramah.
"Nungguin kamu," jawab Yusuf."Pulang sana, ngapain nungguin aku."
"Hak aku, dong! Boleh, kan? Kamu itu sahabatnya pacar aku, baik sama Rindu, ya ... aku harus baik juga, dong, sama kamu."
***
Suasana kembali hening, tiga puluh menit kedua remaja itu berdiri menunggu angkot, langit sudah semakin menunjukkan ke tidak akrabnya pada matahari, hujan akan segera turun.
Belum sempat angkot datang menghampiri, hujan pun turun dengan deras. Shofa berlari menuju halte, disusul Yusuf yang mendorong motornya ke tepi dan berlindung di halte bersama gadis itu.Shofa merapikan rambutnya yang basah terkena hujan saat dia berlari menuju halte. Dirinya duduk di bangku yang ada di sana. Yusuf pun duduk di sebelahnya. Shofa bergeser agar jarak duduknya tak terlalu dekat dengan lelaki yang kurang disukainya.
Hanya terdengar rinai hujan yang turun menghunjam aspal di jalanan saat itu. Suasana kembali hening, tak ada yang berbicara antara Shofa dan Yusuf.
"Salah aku apa sih, Fa?" tanya Yusuf yang memecah keheningan.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dia (Antara Cinta dan Persahabatan)
RomanceShofa berlari ke atas gedung rumah sakit, niatnya untuk mengakhiri hidup dengan melompat dari gedung berlantai lima itu. Arif lari mengejar dan dapat menemukan gadis yang tengah berputus asa itu. Dengan langkah hati-hati Arif mencoba mendekati Shof...