Kejujuran Yusuf

5 2 0
                                    


Yusuf yang terlebih dahulu bangun dari Shofa, dia duduk sambil memerhatikan wajah gadis yang masih tertidur di sampingnya.

Rasa khawatir kian bergelayut di hati Yusuf, saat melihat keadaan wajah gadis berlesung pipi itu sangat pucat dan suhu badan yang masih panas, saat dia memberanikan diri menyentuh kening Shofa.

Yusuf terus memperhatikan Shofa, dan enggan membangunkannya. 'Kamu manis, Fa!' gumamnya.

Tidak berapa lama kemudian, Shofa terbangun. Ia terperanjat dan langsung mengganti posisi tidur menjadi duduk.

"Udah pagi! Kenapa kamu gak ngebangunin aku? Ayo, Suf, kita balik ke tenda," ucap Shofa.

Yusuf menanyakan kepada Shofa apakah dirinya sanggup berjalan dengan keadaan seperti itu. Dirinya menawarkan untuk menggendong gadis itu sampai tenda.

"Aku sanggup, aku bisa jalan sendiri, ayoo!"

Shofa berdiri, baru melangkahkan kaki selangkah pandangannya menjadi gelap dan buyar, tubuhnya ambruk kembali, dengan cepat Yusuf menahan tubuh gadis itu agar tak terjatuh menghempas tanah.

"Sudah aku bilang, kamu gak bisa sendiri, Fa! Sekarang, aku gendong kamu!"

"Aku bisa!" Shofa membandel.

Kesal dengan sikap Shofa yang keras kepala, Yusuf berpura-pura untuk acuh dan meninggalkan gadis itu sendiri.

Shofa mencoba berdiri lagi, tetapi percuma kakinya tidak cukup kuat untuk menopang tubuhnya sendiri, dan kembali ia terjatuh. Shofa pun menggurutui dirinya sendiri. "Sial!"

Tak tega melihat hal itu, Yusuf kembali mendekati Shofa. "Biasakan, yang keluar dari mulut itu bukan kata-kata umpatan, kamu ... kok, seperti ini sekarang sih, Fa!"

Shofa hanya menunduk, dan tak menjawab perkataan Yusuf.

"Gak usah keras kepala, cepat naik ke punggung aku!" titah Yusuf sambil berjongkok membelakangi Shofa. Namun, gadis itu masih bergeming.

"Please ... singkirkan ego kamu!"

Menyadari Yusuf mulai kesal terhadap dirinya, Shofa pun menuruti apa yang diperintahkan Yusuf. Ia menaiki punggung Yusuf.

"Suf, kalau kamu capek Berhenti dulu," pinta Shofa.

'Aku gak pernah bilang capek, Fa! Bahkan aku tak lelah mengejar kamu.' Yusuf berkata dalam hati.

Yusuf khawatir akan gadis yang sedang digendongnya, suhu tubuhnya kian panas. Sesampainya perkemahan, Pak Ilham yang baru saja akan berangkat mencari mereka menghentikan langkah karena melihat kedua siswanya kembali.

Rindu yang melihat Yusuf menggendong sahabatnya menahan sesak di dada, cemburu saat Yusuf langsung membawa Shofa ke dalam tenda, tanpa menyapanya.

"Pak, maaf baru sekarang kami kembali, saya menemukan Shofa pingsan di pinggiran sungai, sekarang dia sakit, suhu badannya panas banget, kakinya terluka, juga banyak memar akibat dia terjatuh saat mau kembali ke sini," terang Yusuf, menceritakan kronologi kejadiannya pada Pak Ilham.

"Fa, lu ke mana aja semalaman?" tanya Rindu.
Shofa menceritakan kepada Rindu kejadian yang dialaminya, sampai ia ditemukan Yusuf.

Tak berapa lama Yusuf kembali masuk ke tenda setelah keluar sesaat bersama Pak Ilham, ia membawakan segelas teh hangat untuk Shofa. Dirinya masih mengabaikan Rindu yang juga ada di dalam tenda bersama.

"Minum obatnya."

Melihat hal itu Rindu keluar dari tenda, karena tak kuat menyaksikan sikap Yusuf terhadap sahabatnya. Ia pun menangis sejadi-jadinya.

Arif menghampiri Rindu yang sedang menangis, gadis itu cepat- cepat menghapus air matanya saat melihat Arif mendekat.

"Gua udah lihat! Kalau mau nangis, sok ... lanjutin," ucap Arif.

"Siapa yang nangis?"

Arif diam, tetapi dirinya enggan beranjak dari Rindu. Akhirnya tangis Rindu pun pecah kembali, ia membiarkan temannya meluapkan emosinya sampai Rindu merasakan tenang.

"Kamu cemburu ya, Rin ... sama sikap Yusuf kepada Shofa?"

Rindu mengangguk pelan, dia mengakui, dirinya cemburu, atas sikap Yusuf. Gadis itu cemburu saat melihat baju kekasihnya yang dipakai Shofa, melihat Yusuf menggendong sahabatnya, sampai memberikan air, sedangkan dirinya terabaikan.

Gadis itu beranggapan bahwa kekasihnya tak menanggap dirinya ada. "Jangankan bertanya kabar aku, menyapa pun tidak, Rif," ucap Rindu masih dalam tangisnya.

Ingin sekali Arif mengatakan yang sebenarnya, terlebih melihat Rindu yang salah paham terhadap Shofa. Dia tak ingin hubungan kedua sahabatnya renggang hanya karena urusan cinta-cintaan.

Tak lama Yusuf menghampiri kedua sahabatnya, Ia mendengar semua apa yang dikatakan Rindu.

"Shofa itu sahabat kamu, Rin, dan dia anak orang yang bekerja di rumahku, aku mengenal dirinya jauh sebelum mengenal kamu," ucap Yusuf.

Yusuf menjelaskan, jika kejadian itu menimpa Rindu, dia akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan kepada Shofa.

"Apa kamu tega ... melihat keadaan Shofa seperti itu?"
Rindu bungkam dan menunduk.

"Coba tanyakan pada Arif, jika dia yang berada di posisi aku, bagaimana?"

Rindu masih bungkam, air matanya pun masih tak dapat dibendungnya, pipi putih mulus itu masih basah oleh tangisannya.

"Jangan cemburu lagi, maafin aku, Rin," ucap Yusuf.

Setelah keadaan mendingin dan Rindu pun berhenti menangis, Yusuf mengatakan pada gadis yang masih menjadi kekasihnya itu jika sahabatnya mencari dirinya.
Rindu pun pergi meninggalkan kedua sahabatnya itu.

***
Fa ...." Rindu memeluk Shofa, dirinya merasakan suhu badan sahabatnya yang tidak biasa. Menanyakan apa yang dirasakan.

Shofa meminta bantuan Rindu untuk duduk, ia menceritakan kronologis kejadian kemarin tanpa diminta, karena tak ingin membuat sahabatnya salah paham.

"Aku minta maaf, Rin ...."

"Maaf? Untuk apa?"

"Aku tahu kamu cemburu, kamu boleh marah padaku, Rin?"

Rindu mengakui kepada Shofa, jujur dirinya cemburu, tetapi yang dilakukan Yusuf tidak salah, jika kejadian itu menimpa yang lain, pasti dia juga akan melakukan hal yang sama.

Pengakuan Rindu membuat Shofa semakin bersalah, karena sahabatnya tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Yusuf begitu lebih memperhatikan dirinya dari pada Rindu.

"Gua mau bikin makan buat lu, jangan ke mana-mana, jika butuh bantuan, panggil gua ya."

Shofa mengangguk. "Makasih, Rindu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang Dia (Antara Cinta dan Persahabatan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang