Pengakuan Rindu

4 2 0
                                    


Hujan belum menampakan tanda-tanda akan berhenti menangis, Yusuf dan Shofa masih berteduh di halte.

"Kamu tahu, Fa,  sampai kapan pun aku tidak akan pernah melupakan kejadian itu dan aku benci dengan kamu,  karena melanggar janji sendiri kepadaku," ucap Yusuf matanya terfokus melihat air yang tumpah dari langit.

"Janji? Janji apa?"

Shofa berpura-pura tidak ingat akan janjinya pada Yusuf, yang mengatakan  tidak akan pernah meninggalkan lelaki itu dan selalu ada untuk Yusuf.

"Kamu masih mau berpura- pura, Fa?"

Hening ....

Yusuf mengatakan akan mengakhiri permainannya, dia akan mengatakan pada Rindu yang sebenarnya, dirinya tidak ingin menyakiti gadis itu lebih lama lagi.

"Jangan, Suf!"

"Fa, kamu pikir selama ini aku tidak sakit hati? Aku larut ke dalam permainanmu."

Yusuf merasa dirinya adalah orang yang jahat sudah mempermainkan perasaan Rindu. Dia membohongi Rindu dengan rasa yang tidak pernah ada untuk gadis itu, satu tahun ia berbohong,  hanya untuk membuktikan cintanya pada Shofa.

Namun, Shofa melanggar janjinya sendiri, dia selalu saja menghindar dari Yusuf.

"Aku mohon sama kamu, Suf,  jangan sakiti Rindu,  aku mohon kalian tetaplah terus bersama."

"Aku hanya ingin tau alasan kamu, jawab, Fa!"

"Aku tak bisa cerita, Suf. Maaf ...."

Yusuf mengatakan akan tetap bersama Rindu, asal gadis itu memberikan alasan yang masuk akal. Serta merubah sikap kepadanya.

Shofa menyanggupi untuk merubah sikap pada Yusuf. Namun, belum bisa mengatakan hal yang sebenarnya. Pemuda itu mengalah, percuma memaksa.

Sekitar lima belas menit kemudian hujan pun reda. Yusuf meminta pada Shofa agar tidak menolak untuk diantar pulang.

"Jangan ...."

"Bisa tidak, satu kali saja kamu dengerin aku ... jangan keras kepala, Fa,  pakai ini aku bilang!" ucap Yusuf sambil menyodorkan jaketnya, gadis itu mengambilnya dan Yusuf pun mengantar Shofa pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, Shofa langsung turun dari motor, dia mengembalikan helm kepada Yusuf. Pemuda itu tersenyum merasa bahagia atas perubahan sikap Shofa.

"Fa!"

Shofa memutar tubuhnya berbalik ke arah Yusuf. "Apa?"

"Makasih ya, kamu udah mau ngobrol sama aku lagi, sumpah! Aku senang Fa."

Shofa hanya menyunggingkan senyumannya, lalu meninggalkan Yusuf yang masih memperhatikan ia hingga menghilang di balik pintu.

🥀

Ibu Shofa yang melihat anaknya diantar pakai motor, bertanya siapa yang mengantarkan pulang.

Setelah sang ibu tahu yang mengantar adalah Yusuf, beliau kembali bertanya pada putrinya. "Yusuf, anak dokter Musa majikan tempat ibu bekerja?"

Shofa kembali mengangguk dan jawabannya membuat wanita paruh baya itu sedikit marah, sang ibu tidak mengingatkan putrinya untuk dekat dengan Yusuf karena takut akan terluka saat saling mencintai, tidak dapat restu dari orang tua lelaki yang dicintai anaknya.

"Kamu masih ingat janji sama ibu dulu, Fa? Sekarang kenapa kamu dekat dengan Yusuf lagi?"

Shofa menjelaskan  kejadian tadi pada ibunya, kenapa ia sampai bisa diantar Yusuf pulang. Wanita paruh baya itu pun percaya, dan menyuruh anaknya untuk mandi.

Shofa duduk di kursinya memegang lembaran hasil ulangan yang menurun. Merasa sahabatnya murung Rindu menghampirinya dan bertanya.

Gadis itu menunjukan hasil ulangan yang diperoleh kepada Rindu, Shofa mengatakan jika ia takut akan gagal mendapatkan beasiswa prestasinya kembali tahun ini.

Mendengar itu, Rindu menyemangati sahabatnya, dan meyakinkan Shofa, jika dia pasti akan mendapatkan apa yang diinginkan. Jika pun tidak, Rindu sudah mengatakan kepada sang papa mengenai masalah sahabatnya itu. Papa Rindu akan membantu membiayai Shofa kuliah sampai selesai.

Namun, keinginan Rindu ditolak Shofa karena tak ingin membebankan serta merepotkan orang lain. Selama ini orang tua sahabatnya itu sudah banyak membantunya.

Yusuf yang tak sengaja mendengar percakapan Rindu dan Shofa, ia berjalan mendekati gadis yang tengah bersedih itu, lalu berkata padanya.

"Seorang juara sejati itu tak akan pernah menyerah walau apa pun yang terjadi, jangan berhenti sampai kamu menemukan apa yang belum didapati, bangkitlah demi menggapai indahnya mimpi, meskipun kamu terjatuh berulang kali."

"Nah! Lu denger tuh apa kata my prince, Fa," ucap Rindu girang.

🥀

Bel sekolah berbunyi, satu persatu murid-murid  memasuki kelas dan duduk pada bangkunya masing-masing. Tidak berapa lama disusul oleh guru kelas yang datang bersama  murid baru. Sang guru menyuruh siswa baru itu memperkenalkan dirinya.

"Pagi, saya Arif, pindahan dari Bandung."

Setelah Siswa baru itu mengenalkan dirinya, guru pun menyuruh Arif untuk duduk tepat di bangku kosong sebelah Shofa.

Setelah mengucapkan terima kasih kepada guru kelas tersebut Arif berjalan menuju meja yang ditunjuk, Arif tersenyum pada Shofa.

"Gua Arif, boleh duduk di sini?" ucap Arif lalu mengulurkan tangannya pada Shofa.

"Silakan ... aku Shofa."

🥀

Bel istirahat berbunyi, anak-anak berhamburan keluar kelas. Saat istirahat Arif meminta ijin kepada Shofa untuk meminjam catatannya, agar tidak ketinggalan pelajaran.

"Fa, kantin, yuk?" ajak Rindu dan Yusuf.

Shofa menyarankan agar Rindu dan Yusuf terlebih dahulu ke kantin serta mengajak teman baru mereka.

Arif, Rindu dan Yusuf pergi menuju kantin,  tinggal dirinya sendiri di kelas. Selesai mengurus sesuatu, ia langsung menyusul ketiga temannya.

Saat Shofa hendak menghampiri ketiga temannya, dia terjatuh, kakinya tak dapat digerakan tiba-tiba, sehingga membuatnya menubruk Yusuf yang sedang berjalan membawa makanan.

Makanan yang dibawa Yusuf mengenai seragamnya. Melihat itu lelaki itu mencoba membantu gadis itu bangun.

"Kamu kenapa, Fa?"

Rindu menyalahkan Yusuf atas terjatuhnya Shofa, dan memberitahu jika seragam sahabatnya kotor. Namun, gadis itu mengatakan bukan Yusuf yang salah, ini karena keteledorannya sendiri.

"Ya sudah, duduk dulu, Fa ... ada yang sakit, gak?" tanya Arif.

Shofa menggeleng, Arif dan Rindu berinisiatif memesan makanan yang tumpah tadi. Saat mereka pergi memesan makanan, tinggal Shofa dan Yusuf di meja yang sama. Lelaki itu menatap dalam sahabat pacarnya yang sedang sibuk membersihkan sisa tumpahan di seragamnya.

"Ceroboh!" ucap Yusuf.

Saat Shofa mendengar ucapan itu ia langsung menoleh ke arah Yusuf dan kembali melanjutkan aktivitasnya tanpa menghiraukan lelaki yang di hadapannya sedang marah.

'Aku sakit, Fa ... melihat sikapmu yang belum berubah padaku' Yusuf bergumam.

Tidak berapa lama kemudian Arif dan Rindu kembali,  sahabatnya itu menanyakan pada Shofa apakah sisa makanan yang terkena di baju dapat hilang atau tidak.

"Nggak kaya'nya, Rin."

"Kamu ... sih." Rindu kembali menyalahkan Yusuf atas kejadian tadi.

"Sudahlah ... jangan pada main salah-salahan, makan aja dulu, bentar lagi bel," potong Arif.

"Yasudah maaf, Suf.  Kamu juga Fa, lain kali hati-hati," ucap Rindu.

Tentang Dia (Antara Cinta dan Persahabatan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang