Cemburu

6 1 0
                                    


Langit Jakarta pagi itu tampak mendung, pertanda hujan akan turun, Shofa memandang cemas ke arah langit. 'Semoga hujan tidak segera turun.' Ia bermonolog dalam hati.

Shofa berlari kecil menuju sebuah halte bis, tetesan air hujan mulai turun membasahi kepalanya. Dia terus berlari melawan hujan yang semakin deras.

Shofa sampai di halte bis, belum sempat dia mengatur napasnya, tiba-tiba sebuah mobil sedan hitam melaju dengan kencang sehingga mencipratkan air dan mengotori bajunya.

"Sial!" ucapnya dengan nada kesal.

Tidak berapa lama kemudian berhenti sebuah sepeda motor di hadapannya, seketika wajah Shofa berubah, saat dia tahu orang itu ternyata adalah Yusuf.

"Kamu di sini, Fa? Kok, belum berangkat?" tanya Yusuf.

Shofa hanya membalas dengan senyumannya yang datar. "Ya ...  sudah lumayanlah, udah mau senyum,  baju kamu, kok, kotor?"

"Tadi kena percikan dari mobil yang lewat."

Yusuf melepas jaketnya. "Pakai ini! Jangan nolak, baju kamu menerawang."

Awalnya Shofa menolak, tetapi sedikit paksaan dari Yusuf dan mengatakan jika pakaiannya tembus pandang karena basah Shofa terpaksa memakai jaket yang diberikan Yusuf.

"Makasih."

Sambil menatap langit Yusuf mengatakan pada Shofa kemungkinan mereka akan telat ke sekolah karena hujan sepertinya akan lama berhenti.

Shofa tidak menanggapi perkataan Yusuf, dia hanya memandang pada satu arah, dan berpikiran kapan bis akan datang.

"Ehm ... aku seperti ngomong sama patung, ya," ucap Yusuf.

"Fa, aku mau menerobos hujan, mau ikut, gak? Atau tetap di sini? Ingat ... hari ini ada ulangan Kimia."

Yusuf memakai jas hujan dan berlari ke arah motornya,  dia kembali bertanya pada Shofa yang masih terduduk dalam halte. Yusuf mengatakan jika dirinya masih mempunyai satu mantel lagi, dan kembali menawarkan tumpangan kepada teman sekolahnya itu.

"Iya, aku ikut," jawab Shofa, gadis itu terpaksa menurut karena dirinya takut telat ke sekolah.

'Yes!' gumam Yusuf.

Yusuf memberikan mantel yang satunya kepada Shofa dan gadis itu memakainya. Mereka pun berangkat menuju ke sekolah.

***

Bel sekolah berbunyi tepat saat motor Yusuf memasuki halaman parkiran, hujan deras masih terus mengguyur bumi pagi itu.

"Cepat ... Fa, kita udah terlambat," ucap Yusuf sambil melepas mantelnya.

Shofa dan Yusuf berlari menuju kelas, tanpa sadar lelaki itu menarik lengan Shofa. "Cepat, Fa ... nanti keburu Pak Akmal masuk."

Tiba mereka berdua di kelas dan bersyukur guru Kimia belum datang. Shofa mengatur napasnya yang tidak beraturan karena habis berlari.

"Ehm ... tumben kompak, pake jaket siapa lu, Fa?" tanya Arif.

"Berisik!"

"Jutek!"

Shofa melirik Arif, lelaki itu pun tertawa lepas lalu berbisik pada teman sebangkunya.

"Bilang aja, iya ... Arif, aku pakai jaketnya Yusuf."

"Rindu mana? Belum datang, ya?" Gadis itu mengalihkan candaan teman sebangkunya. Shofa hendak melepas jaket Yusuf yang dipakainya, tetapi dia mengurungkan niatnya  dan memakai baju tebal itu kembali.

"Kenapa mau dibuka?"

"Kalau Rindu tahu aku pakai jaket Yusuf, bagaimana ya, Rif?"

"Paling cemburu."

Tentang Dia (Antara Cinta dan Persahabatan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang