Setelah selesai bernyanyi, kedua sosok tersebut berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh manusia biasa seperti Dean. Dan setelahnya, kejadian ini begitu tiba - tiba yang membuat Dean semakin terkejut dengan mata yang membelalak.
Di arah berlawanan, muncul sebuah panah bukan hanya satu tapi belasan panah mengenai dada sosok indah tersebut. Sosok tersebut terjatuh dalam air, dan muncul lah pria paruh baya membawa busur di tangan kirinya.
''Apakah dia pemburu?'' pria paruh baya terebut berbicara dengan bahasa yang sama dengan sosok indah lalu tertawa setelahnya pergi menghilang dengan cepat, entah kemana dia pergi.
Dean segera keluar dari persembunyiannya untuk menolong perempuan tersebut sebelum tubuhnya jatuh terlalu dalam ke air. Ia langsung melompat terjun ke dalam air sungai dan menggendong sosok yang bersinar di bawah sinar rembulan tadi.
"Vai ar viņu viss kārtībā?"
[ apakah dia baik - baik saja? ]Makhluk kecil bersayap indah yang masih memegang alat musik harpa bertanya dengan bahasa yang sama sekali tidak dimengerti oleh Dean sebagai manusia biasa. Tapi, ia tahu di raut wajah peri terlukis kekhawatiran kepada temannya, entah dia mati atau masih hidup.
Dean mulai mengecek pada permukaan wajah makhluk yang sedari tadi ia peluk, menyingkirkan sehelai rambut perak halus saat menutupi wajahnya. Tercetak sebuah kecantikkan luar biasa, hal ini sangat langka untuk dimiliki manusia biasa.
Peri melihat Dean hanya menatap temannya merasa sangat kesal, bukannya menolong malah hanya ditatap. Siapa yang tak kesal, ada niatan menolong agar sembuh tapi kenapa hanya di tatap saja!!
"Ei, ko jūs darāt? Pasteidzieties un palīdziet mūsu meitai!!"
[ hei, apa yang kau lakukan? cepat tolong putri kami!! ]Dean tersadar dengan apa yang dilakukannya, bukan saatnya untuk berdiam diri. Berkat peri tadi yang terbang kesana - kemari dengan teriakan dan pastinya dengan bahasa mereka.
Dean berdiri dengan tubuh makhluk indah dalam gendongannya, ia berlari tergesa - gesa menuruni gunung penglihatan jalan yang gelap hanya sinar bulan sebagai penuntun. Setelah sampai dibelakang villanya, segera membuka pintu bagian belakang dan memanggil pelayan kakeknya.
Wanita paruh baya menghampiri Dean, terkejut dengan apa yang dibawa oleh tuan mudanya. Sebenarnya, ia tidak tahu bahwa tuannya tidak ada dirumah. Tidak yang menyadari kemana perginya dia saat itu.
"Tuan, apa yang terjadi?" Wanita paruh baya melihat sosok wanita dalam dekapan Dean, pertama kali selama hidupnya baru melihat manusia dengan kecantikkannya yang luar biasa atau tak manusiawi sama sekali.
"Siapkan kamar untuknya, cepat!'' Pelayan kakeknya tersadar dan langsung pergi untuk menyiapkan kamar, setelahnya Dean membawa tubuh tersebut ke kamar yang sudah disiapkan oleh ibu asuhnya.
Saat ini Dean berada di luar kamar bersama makhluk kecil tadi, ia begitu khawatir dengan temannya. Faktanya, keduanya bukanlah teman tapi hubungannya seperti majikan dan pelayan, tetapi atasannya tidak mau menganggapnya sebagai pelayan melainkan sahabat atau teman seperti manusia dibumi.
Dean melirik peri yang selalu terbang, jelas sekali tergambar bahwa dia khawatir. Tapi berbeda dengannya perasaannya tidak nentu, kejadian apa yang sudah terjadi dalam hidupnya kali ini benar - benar tidak masuk diakal manusia.
Pintu terbuka dan keluarlah nenek pengasuhnya, peri tersebut langsung masuk ke dalam kamar untuk mengecek apakah tuannya sudah disembuhkan atau belum. Dan bersyukurnya, panah yang menancap didada sudah dilepas kini hanya tinggal menunggunya sadar.
Peri menolehkan kepalanya melirik nenek yang tinggal dirumah ini bersama pria penolong tuannya, ia merasa wanita paruh baya itu memiliki darah tak biasa. Dia yakin bahwa perempuan tersebut bukanlah manusia.
Bisa dibilang, pengasuh pria penolong layaknya pahlawan tadi bukanlah manusia. Hal demikian diketahui dari aliran darah dan lingkaran DNA yang acak - acakan, bukan monster ataupun iblis neraka. Tapi apa? ini harus segera di selidiki, sejak kapan manusia hidup berdampingan dengan makhluk lain.
"Ehm..." Peri kembali menolehkan kepalanya, menatap tuannya yang sudah bangun dan membuka matanya perlahan. Terlihat bola mata biru cerah layaknya langit di siang hari dengan cahaya bunga lotus meredup.
"Apakah dia sudah bangun?'' Tanya Dean yang kini sudah masuk ke dalam kamar, sosok tersebut menatap sekitar dengan kebingungan. Dimana dia sekarang dan siapa orang didepannya ini, dalam ingatannya bahwa ia sedang melakukan ritual pemujaan bersama LYRE peri yang dibawanya dari surga.
Lyre sedang memproses perkataan dari Dean, sebenarnya ia adalah peri dengan status penguasa tumbuhan bintang dengan memiliki kekuatan merubah bahasa yang tidak dimengerti menjadi tahu apa yang diucapkan dan tentunya kecepatan mengingat juga mengganti bahasa.
''Apa kau tak melihatnya?'' Ucap Lyre dengan sinis, Dean terkejut bukankah tadi peri kecil ini menggunakan bahasa yang tidak dimengerti manusia kenapa sekarang jadi bisa mengucapkan kalimat makhluk bumi begitu lancar.
Dean tidak memdulikan Lyre dan berjalan ke samping ranjang melihat kondisi wanita yang ditemukannya tadi malam. Sekarang sudah jam 3 pagi, dimana 2 jam lagi matahari akan terbit dari arah timur. Memulai pagi bagi para petani untuk pergi ke ladang.
''Siapa namamu?'' Lyre terbang tepat di depan wajah Dean dan tersenyum dengan ceria, ia paling suka saat memperkenallkan tuannya kepada orang - orang bahwa dirinya memiliki seorang atasan yang baik padanya.
''Biar ku kenalkan, malaikat terhebat bernama Victoria de Luminos. Luminos itu bukan gelar melainkan jabatan paling tinggi di istana kami. Dan, beliau ini adalah atasan yang baik untukku tentunya, tidak untuk yang lain.'' Lyre bergerak kesana kemari untuk membanggakan Victoria.
Victoria menatap peri pelayannya hanya tersenyum kecil, dia sudah hafal akan pergerakan terbang dari Lyre. Di istana surgapun Lyre juga bertingkah sama seperti saat ini.
''Namaku Dean.'' Victoria mengulurkan tangannya berniat untuk bersalaman dengan senyuman yang tipis nan lembut.
Senyuman itu masih bisa dilihat oleh Dean, ia pun membalas salaman dari Victoria. Tetiba tangannya menyentuh dahi malaikat cantik didepannya, perlakuannya megundang kekesalan dari Lyre.
Lyrepun mencubit punggung tangan Dean agar tidak menyentuh tuannya dengan sembarangan. Victoria yang diperlakukan seperti itu terkejut, ini pertama kalinya ia diperlakukan lembut oleh orang lain kecuali Dewa.
''Apakah kau seorang wanita?'' Tanya Dean, ia tahu dari ucapan Lyre yang selalu meyebutkn bahwa Victoria adalah Tuan. Di dunia manusia kata 'Tuan' berarti mengacu pada majikan atau atasan laki - laki bukan seorang wanita.
''Apa kau bodoh? didunia kami, surga. Tuan berarti atasan, kami tidak mengenal bahasa lain selain bahasa istana langit. Dan faktanya, bahwa nama 'Victoria' itu mengacu kalau tuanku itu PEREMPUAN! ku kira manusia akalnya pintar ternyata bodoh.'' Jelas Lyre kepada Dean rasa kesal yang memuncak.
Dari awal sebenarnya Lyre sudah tidak suka sama pria bodoh ini, sekaya apapun dia. Jika akalnya ada dibawah ia akan tetap benci dengan makhluk bodoh. Walaupun Dean sudah menolong tuannya, kalau tidak suka ya tidak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fallen Angel
FanfictionEmas, waktu, sayap, bidak, kehidupan, dan kematian. Tidak ada kenyamanan baginya untuk hidup dalam lingkup manusia, dewa menciptakkannya layaknya sebuah permata bintang yang telah punah beberapa ahun silam. Hal penting untuknya bangkit sebab dunia t...