Pagi hari di daerah Biei - Cho, Hokkaido terasa sangat dingin yang membuat para petani harus menggunakan jaket tebal ke ladang mereka. Musim panas menjelang musim dingin, mengharuskan panen dengan jumlah banyak sebagai cadangan makanan dan penjualan.
Dean sedang berada di depan villanya, menatap langit yang mulai berwarna biru disertai angin dingin menusuk kulit pada pagi hari. Lyre melihat punggung tegap di luar tuan rumah, entah apa yang dia lakukan pagi dingin ini.
''Hei, apa kau tidak kedinginan?'' Tanya Lyre yang sudah berada di samping Dean. Ia menoleh ke arah peri kecil berisik ini.
''Aku menyukai dingin.'' Ucapnya singkat, peri kecil tersebut mengangkat alis kanannya bingung.
''Kenapa kau menyukainya?'' Dean kembali menatap ke depan, dalam penglihatan Lyre sang tuan rumah seperti memandang sesuatu yang berarti buat dirinya jauh didalam matanya.
Dean terdiam beberapa detik, bibirnya membuka lalu menghembuskan nafas dan keluar asap halus dari tarikan nafasnya. Ia menundukkan kepala menatap orang - orang yang akan berjalan ke ladang mereka masing - masing.
''Karena, hati yang sudah mati tidak akan hidup lagi.'' Kata Dean lalu meninggalkan tempat berdirinya, Lyre terdiam mencerna kalimat yang di lontarkan oleh pria penolong victoria.
Lyre mengangkat bahunya tak mengerti, setelahnya ia menyusul tuan rumah masuk ke dalam villanya. Peri kecil ini pergi ke kamar victoria, seperti dugaannya bahwa tuannya sedang tertidur nyenyak di atas kasur yang lembut dengan sayap membentang sampai menjuntai di atas lantai.
Pintu terbuka, terlihat seorang wanita paruh baya yang di ketahui dia seorang pelayan pribadi dari pemilik rumah tempatnya beristirahat. Lagi dan lagi, Lyre merasakan sebuah aliran darah aneh menguar dari tubuh wanita tersebut.
Aroma darah yang sangat wangi seperti harumnya bunga lotus dalam muara sungai dan juga tercium kayu manis pada aliran darahya, 'Apakah dia seorang elf?' batin Lyre masih menatap apa yang dilakukan oleh nenek tersebut.
'Itu tidak mungkin, bahkan telinganya tidaklah runcing.' Lyre menatap telinga dari nenek yang sedang merawat tuannya pagi ini. tak lama kemudian, Victoria membuka matanya dan bangun secara perlahan dibantu oleh wanita paruh baya tersebut.
''Bagaimana keadaanmu? sudah merasa lebih baik?'' Ucap nenek pembantu, Victoria yang mendengarnya hanya terdiam. Ia merasakan dadanya sudah tidak sakit lagi dan tubuhnya lumayan baikan.
''Kalau begitu, apa kau bisa menyembunyikan sayapmu?'' Lyre menyadari bahwa tuannya bingung dengan segera ia mentranslate kan apa yang diucapkan nenek pembantu. Setelahnya, Victoria mengangguk sebagai jawaban.
Dengan kedua tangan saling bertautan, Victoria mengucapkan sebuah mantra suci persembunyian sayap agung yang diberikan oleh sang Dewa. Cahaya keluar dari tangan lentiknya yang di barengi oleh kupu - kupu berputar pada sayapnya.
Butuh 3 detik untuk sayapnya hilang secara sempurna dan kini Victoria sudah seperti manusia pada umumnya, ia keluar dari selimut lalu turun dari ranjangnya. Berjalan ke arah cermin melihat dirinya dengan rambut peraknya yang panjang sampai lantai layaknya seorang rapunzel seperti di film disney.
''AAAAAA!!!'' Teriak Victoria sambil menunjuk ke arah cermin, lalu ia memegang lehernya sebab sakit karena berteriak. Dirinya terduduk di depan cermin, melihat wajahnya ada di cermin tersebut membuatnya sangat terkejut.
Pada umumnya seorang malaikat tidak akan terlihat didalam cermin, tetapi Victoria telah menggunakan mantra suci yang dimana sebenarnya itu salah satu mantra terlarang bagi para malaikat untuk menampakkan diri saat bertugas di bumi.
Tapi kasus Victoria berbeda, ia mengalami kecelakaan pada saat malam MOONVEST. Dimana para malaikat bernyanyi bersama pelayan mereka di tempat yang sudah di pilihkan oleh wakil agung sang Dewa, menunjukkan rasa syukur. Sialnya, para bandit atau pemburu malaikat mengetahui hal ini akhirnya terjadi hal yang tak terduga dalam hidupnya.
''Mari berpakaian, Nona Victoria.'' Ucap wanita paruh baya tersebut yang sudah menyiapkan kimono cantik berwarna biru dengan lapisan emas pada pinggaran corak gambar bunganya.
Lyre menghampiri Victoria dan membisikkan sesuatu, setelah tuannya berdiri lalu menghampiri sang pelayan tua tersebut. Dengan segera pelayan tersebut memakaikan kimono cantik dan menggelung rambut panjangnya dengan menggunakan tusuk rambut.
Dean sedang berada di kamarnya dengan secarik kertas di tangannya, menatap dan memahami isi dari kertas yang dipegang. Ia mengambil sebuah kuas kecil, sudah di celupkan ke dalam mangkuk tinta lalu menandatangi kertas tersebut.
Terdengar suara langkah kaki mendekatinya, terdiri dari dua orang dan suara kepakan sayap seperti serangga. Dean menolehkan kepalanya melihat siapa yang menghampirinya disaat waktu sibuk ini, dengan mata terbelalak ia menjatuhkan kuas yang berada di tangannya.
''Tuan? Nona Victoria sudah membaik, apakah saatnya anda akan mengajari bahasa manusia?'' Ucap pelayan pribadi dari kakeknya tersebut.
Dean menghela nafas panjang dan menganggukkan kepala, ia sudah berpesan kepada wanita paruh baya tersebut. Jika si malaikat sudah membaik, maka dirinya akan mengajari bahasa bumi atau manusia untuk beradaptasi di bumi untuk waktu yang lama sebagai penyembuhan.
''Baiklah kalau begitu, saya akan menyiapkan buku dan cemilan untuk anda.'' Pelayan pribadi kakekya atau pengasuhnya ergi meninggalkan kamar pribadi Dean untuk menyiapkan sebuah cemilan juga buku untuk Victoria belajar.
Lyre masih tak mengerti apa yang di pikirkan oleh Dean, sebab itulah kenapa dirinya begitu tenang sepanjang pagi ini. Ia terus berfikir ada apa dengan manusia didepannya ini, bukankah seharusnya para manusia itu memburu malaikat di saat mereka tahu?
Tak selang lama, pengasuh Dean datang dengan membawa teh ocha, kue kering dan beberapa buku yang dibantu membawa oleh supirnya. Setelah menaruh apa yang dobutuhkan keduanya segera pergi agar tidak menganggu proses belajar mengajar.
Victoria menunjuk ke arah kue kering dan menatap Dean seperti anak keciil yang ingin tahu, ''Itu kue kering.'' Setelah berkata seperti itu, sang malaikat mengarahan tangannya menunjuk ke dirinya sendiri, ia seperti berkata 'Apakah aku boleh memakannya?'
''Iya boleh.'' Dimata Dean gadis yang sebenarnya seorang makhluk yang tidak boleh di ketahui manusia, sangatlah lucu di matanya.
Victoria mengambil satu kue kering lalu memakannya dengan gigitan kecil, lidahnya merasakan rasa manis dari kue tersebut. Matanya tidak bisa berbohong, binar - binar bintang ada di dalam bola matanya. Ia sangat menyukai kue kering buatan pengasuh Dean.
''AAAA!!!'' Tubuh Victoria tiba - tiba merosot menjadi anak kecil berumur 6 tahun yang belum pandai menulis dan membaca dengan benar, bahkan kimononya menjadi kecil mengikuti bentuk tubuhnya.
Victoria berlari - larian dengan di dalam kamar Dean dengan satu kue kering di kedua tangannya, Lyre yang kesal dengan tingkah laku tuannya segera berteriak memarahi bisakah malaikat childish ini diam?
''Vai tu klusēsi!''
[ Bisakah kau diam! ]''Šī lira ir garšīga!''
[ Lyre ini enak! ]Keduanya berbicara dengan menggunakan bahasa surga, Dean hanya melihat tingkah laku dari Victoria yang sangat lucu bahkan ia tidak memedulikan bahasa apa yang mereka pakai ia hanya terfokus pada suara gadis malaikat tersebut begitu lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fallen Angel
FanfictionEmas, waktu, sayap, bidak, kehidupan, dan kematian. Tidak ada kenyamanan baginya untuk hidup dalam lingkup manusia, dewa menciptakkannya layaknya sebuah permata bintang yang telah punah beberapa ahun silam. Hal penting untuknya bangkit sebab dunia t...