Learning Human Languange : II

6 2 1
                                    

Dean menatap kedua manusia yang tak bisa di sebut sebagai makhlk hidup bumi, ia tersenyum tipis. Lyre menyadari hal tersebut dan akhirnya menghampiri sang tuan rumah.

''Ada apa denganmu?'' Tanya Lyre. Ia terheran, penolong Victoria ini tiba - tiba tersenyum, kalau dilhat dua hari ini tak ada sebuah senyuman pada wajah dingin itu.

Dean tak menghiraukan pertanyaan dari peri berisik ini, mendekati malaikat yang awalnya seperti gadis dewasa berubah seperti anak kecil. Tangan Victoria ia pegang dan mengambil kue kering di tangan kecil tersebut lalu menggantinya dengan buku tebal berisi kosa kata dasar bahasa Jepang.

Victoria memasang ekspresi sedih sebab kue manis itu di ambil oleh pria dingin tadi, Lyre melihatnya tertawa terbahak - bahak. Puas sekali dia menertawakan tuannya yang lumayan manja sebenarnya.

Tubuh kecil tersebut terduduk sedikit menunduk dengan tangan kecil membuka buku besar, Victoria sedikit membaca halaman pertama, lama kelamaan dirinya merasakan lantainya bergoyang. Kepalanya pusing melihat huruf - huruf kanji yang tak di mengertinya.

''Ada apa?'' Dean bertanya saat melhat Victoria membaringkan tubuhnya terlentang.

Victoria mengangkat tangan kanannya dengan jari telunjuk menggambar di langit - langit berputar, Dean paham dengan apa yang di maksud mengambil teh ocha yang gemar di minum orang - orang Jepang saat bersantai atau disaat rapat dan perayaan festival.

Lyre saat ini sedang duduk bersantai dekat hiasan bunga yang telah disusun indah oleh pelayan rumah ini, dan di tangannya terdapat sebuah buku komik. Memang tak mengerti alur ceritanya, tetapi gambarnya sangat unik di covernya terdapat sepasang laki - laki dan perempuan yang tengah berciuman.

''Minumlah.'' Dean membantu tubuh kecil Victoria bangun, lalu meminumkan teh ocha di tangannya secara perlahan. Mata gadis di pelukannya berbinar merasakan manis dan sedikit hambar namun hangat untuk tubuh.

''Coba kau katakan 'enak'.'' Suruh Dean setelah menaruh gelas di atas meja dekatnya.

''E.. enyaakk.'' Wajah Victoria memerah, lidahnya tergigit alhasil ia berbicara seperti anak kecil berumur lima tahun. Ia menundukkan kepalanya, Dean melihat telinga gadis kecil memerah tersenyum tips.

''Baiklah, kalau kau merasa tak suka membaca. Akan ku ajarkan secara lisan saja.'' Ucap Dean dengan melepaskan tangan kanannya yang sejak tadi berada di pinggang Victoria.

Dean mengambil kuas yang untuk meulis kaligrafi tadi dan juga kertas, ia menuliskan kata - kata seperti makan, minum, tidur, waktu, duduk, enak, dan masih banyak kata dasar yang ia ajarkan ke Victoria.

Dengan bantuan Dean, Victoria sedikit demi sedikit mulai bisa bahasa manusia. Di sisi Lyre ia masih membaca komik entah didapatnya darimana sejak tadi, bahkan ini sudah buku ke empat yang dia baca.

''Coba katakan 'aku tidur'.'' Ucap Dean menatap Victoria yang balik menatapnya, bibir kecil itu terangkat perlahan dengan pipi gembul yang lucu.

''a k u... aku. t i d u r... tidur. Aku tidur!'' Ucapnya dengan gembira dan ekspresi senang. Dean mengambil kue kering yang di suka Victoria lal memberikannya.

Dengan senang hati Victoria mengambil kue kering tersebut lalu memakannya sedikit demi sedikit. Dean menatap cara makan gadis kecil di depannya dengan mengangkt alis kirinya.

''Kenapa makanmu begitu?'' Tanya Dean.

Victoria menatap sang penolongnya dengan tersenyum lucu, pipi gembul yang terangkat dan mata berbinar ceria akan enaknya sebuah kue kering buatan tangan ajaib pelayan pribadi kakek sekaligus pengasuh Dean.

''Ini enak.'' Suara yang lucu itu terus terdengar indah di telinga Dean.

Dean menghela nafas, pelajaran hari ini selesai pada siang hari dengan Lyre yang membaca komik sampai 8 buku. Komik series yang memiliki 10 buku series lainnya, sebenarnya ceritanya sangat membosankan tapi entah kenapa dirinya begitu sangat menyukai buku bergenre romansa.

Pengasuh Dean kembali datang dengan membawa makanan, apakah sudah waktunya makan siang? tapi sepertinya itu bukanlah menu makan siang dan benar saja dugaannya. Pelayannya membawakan cemilan buah - buah yang pasti baru di petik tadi. Atau, buah yang di kasih oleh para petani sebagai rasa syukur bahwa panen musim ini sangat bagus.

Wanita paruh baya mengambil buah apel lalu ia potong dengan ujung terbelah dengan runcing, mengambil garpu kecil dengan senyuman diberikan ke Victoria. Tangan kecil itu mengambil dan memakannya, lagi - lagi mata berbinar pipi gembul yang memerah.

''Apakah enak?'' Tanya sang pelayan yang dibalas dengan anggukan kepala dari Victoria. Wanita paruh baya hanya tersenyum senang.

''Sebenarnya apa yang kau tak suka.'' Kata Lyre yang tengah duduk di atas nampan dekat piring kecil yang berisi potongan apel.

''Membaca.'' Lyre mendengus, pelayan pribadi kakek dan juga Dean saling menatap. Pantas saja, melihat sebuah huruf abjad pun langsung pusing.

Lalu bagaimana dia bisa menjadi seorang bawahan Dewa jika tak bisa membaca? Lyre yang mengerti dengan ekspresi Dean tersenyum miring.

''Kau memang bodoh, di dunia kami. Bawahan Dewa tidak di pilih secara kepintaran, disana sudah ada bidangnya masing - masing bukan seperti dunia manusia apapun harus memakai otak.'' Jelas Lyre sambil memakan apel yang besar melebihi tubuhnya.

''Mana aku tahu jika ku tak menjelaskannya kepadaku.'' Kata Dean dengan ekspresi dinginnya kembali.

''Makanya belajar, kau tak akan tahu bahwa arsip sejarah malaikat turun ke bumi telah di hapus oleh petinggi dunia. Sebab itu tak ada yang tahu tentang kami, keberadaan makhluk mitos. Faktanya kami ada, kalian percaya ada malaikat tapi kalian tak percaya dengan makhluk seperti kami, peri, manusia setengah ikan, manusia setengah kuda, manusia setengah kelelawar atau vampir juga drakula, manusia hybird seperti serigala dan sebaganya.'' Jelas Lyre.

Dean dan pelayan pribadi kakek hanya terdiam, benar apa yang dikatakan oleh peri kecil sedang makan apel di depannya. Victoria tak memedulikan pembicaraan sedikit serius ini.

''Arsip itu ada di salah satu museum kuno, tapi sayangnya arsip itu telah hiang.'' Ucap Lyre dengan ekspresi sedih.

''Bagaimana kau tahu?'' Tanya Dean yang penasaran dengan kelanjutan penjelasan Lyre. Arsip? arsip apa yang telah hilang di dunia ini?

''Aku hidup lebih tua 1 juta tahun dari Victoria, sebab itulah para peri disebut abadi. Mereka akan membusuk dengan sendirinya, aku mengetahuinya sebelum dinosaurus itu ada. Jadi aku hanya mendengar sebuah berita langit, bahwa Arsip yang mencatat terlahirnya malaikat dan makhluk tak nyata seperti kami hilang.''

Setelah penjelasan itu selesai, Dean makin terdiam. Banyak rahasia yang tak ia ketahui selain rahasia sebuah perusahaan bertindak dengan kecurangan atau penggelapan sebuah dana unntuk hasil yang memuaskan para konsumen.

Entah keua dari perusahaan itu melakukan perdagangan gelap atau yang lain, tetapi tidak dengan makhluk khayalan manusia yang sebenarnya benar - benar ada di dunia ini. Penjelajahan lautpun belum 5% terjelajah seluruhnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Fallen AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang