Tidak Ada Yang Asli

5 2 0
                                    

𝙎𝙚𝙗𝙡𝙪𝙢 𝙡𝙖𝙣𝙟𝙪𝙩 𝙠𝙚 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖𝙣𝙮𝙖, 𝙜𝙬𝙚 𝙝𝙖𝙧𝙖𝙥 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙖𝙣 𝙢𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙞𝙣𝙜𝙚𝙩 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙗𝙖𝙗-𝙗𝙖𝙗 𝙨𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢𝙣𝙮𝙖 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 𝙥𝙤𝙞𝙣𝙩 𝙥𝙚𝙣𝙩𝙞𝙣𝙜 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙙𝙖 𝙙𝙞 𝙗𝙖𝙗 1-3. 𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜 🙌

Mereka semua menuju ke rumah Vivi. Luna, Balqis dan Clara bersama Yesa menggunakan mobil. Sedangkan Dyren, Kio dan Matthew menggunakan motor masing-masing.

"Aslinya gwe ngga mau ikut sih, cuman penasaran aja" Ucap Yesa sambil mengendarai mobil.

"Takut ya lu?" Ejek Balqis.

"Yahh, cemen banget Yesa!!" Sambung Luna cengengesan.

"Enggak ya, gwe bukan penakut!!" Cetus Yesa.

"Lurus, ntar ada patung sepatu belok lurus" Ucap Balqis.

"Hah?? Belok lurus??" Ucap Luna terheran.

"Wah udah ngga bener nih anak!!" Ejek Yesa

"Maksud gwe tuh belok kanan abis itu lurus!! Cuman typo aja tadi" Jelas Balqis.

"Gwe kira typo cuman di wa doang" Yesa tertawa setelah mengucapkan kata tadi.

Sekitar 32 menit akhirnya mereka sampai di rumah Vivi. Rumah yang besar dengan warna cat biru yang sudah pudar, di kelilingi bunga-bunga yang sudah kayu dan pohon-pohon besar yang tampak berbuah lebat.

"Ini rumahnya? Tanya Dyren.

" Iya ini, gwe masih inget jelas" Jawab Balqis.

Kio mengetuk pintu berulang kali, berharap ada seseorang yang keluar untuk menemui mereka. Namun tidak ada respon dari dalam, yang akhirnya mereka hanya duduk terdiam di teras rumah dan akhirnya ada seseorang yang membuka pintu.

"Maaf, tadi lagi di belakang. Kalian siapa ya?" Tanya seorang wanita muda yang memakai daster agak lusuh.

"Ini kak, kita temannya Vivi. Mau nanya-nanya soal Vivi!!" Ucap Luna.

"Owh temannya Vivi, ayo silahkan masuk ke dalam!!"

Mereka pun masuk ke dalam rumah Vivi. Ruangan yang luas, lampu yang agak redup dan banyak benda-benda antik menjadi ciri khas dari rumahnya Vivi.

"Perasaan gwe ngga enak banget ya?" Ucap Luna.

"Aelah, perasaan lu doang kan?? Jadi tenang aja!!" Saut Yesa.

"Eh liat deh, ini foto Vivi sama orang tuanya" Ucap Matthew menunjuk ke arah dinding.

"Owh Vivi anak tunggal? Pantes di manja terus" Ucap Yesa.

"Cantik juga ya mamanya Vivi" Saut Matthew tersenyum.

"Iya cantik banget!" Sambung Balqis.

"Mau cantik atau ganteng tuh bukan segalanya!! yang penting tuh ini, hati yang tulus! kaya gwe contohnya. Ya ngga?" Ucap Yesa menunjuk dadanya sendiri.

"Yeee gombal!!" Saut Luna.

"Kak, kita boleh ketemu ngga sama ibunya Vivi?" Tanya Dyren.

"Boleh-boleh, kalian duduk dulu ya. Mau minum teh anget?" Tanya wanita itu

"Ngga usah repot-repot kak" Jawab Kio.

"Udah gapapa, sebentar saya ambilkan" Ucap wanita tadi.

Mereka duduk di sofa seraya melihat di sekeliling ruangan yang begitu besar dan mewah. Namun beberapa sudut ruangan terlihat banyak sarang laba-laba, mungkin karena rumah yang luas jadi susah menjangkau beberapa tempat yang mau di bersihkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bloody riddles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang