04. Sorry

27 2 4
                                    

          Vera kembali melamun di taman sekolahnya, hari ini tidak ada guru yang masuk ke kelasnya, ia memutuskan untuk mencari udara segar, sementara Jane dia sibuk di perpustakaan membaca buku.

Vera menghela nafas beratnya sambil memakan permen gagang, melihat taman disekitarnya. Tiba tiba dia menyipitkan matanya, melihat seseorang yang dia kenal di lorong sekolahnya. Benar, itu Leon, sedang berbincang dengan kepala sekolah?

"Vera, kemari, nak,"

Vera terkejut ketika Pak Surya, Kepala sekolahnya memanggilnya, Vera perlahan berdiri dan menghampiri mereka, merasa sedikit canggung melihat Leon berdiri di samping Pak Surya.

"Bapak memanggil saya?" tanyanya.

"Yo Iyo toh, siapa lagi kalau bukan kamu? Wong di situ cuma ada kamu, Vera," jawab Pak Surya dengan logat khasnya, membuat Vera hanya bisa tersenyum masam sambil melihat sekeliling, menyadari memang hanya dia yang ada di sana.

"Nak Leon dengan Vera ini pacaran, bukan? Kenapa pada diam begini toh?"

"Saya tidak pernah pacaran dengan Vera, Pak."

Sebelum Vera sempat merespons, Leon sudah menjawab. Vera merasa jantungnya berhenti sesaat mendengar jawaban Leon. "tidak pernah?" kata-kata itu bergaung di kepalanya, membuatnya sulit untuk mencerna kenyataan yang ada di depan matanya.

Pak Surya, mengangkat alis dan menatap Leon dengan bingung. "Tidak pernah pacaran? Loh, Pak Surya kira kalian dekat, kelihatannya selalu bersama di sekolah dulu."

Leon hanya mengangguk, "Kami memang dekat, Pak. Tapi kami tidak pernah pacaran."

Vera hanya bisa berdiri di sana, tidak tahu harus berkata apa. Bagaimana bisa Leon menghapus semua yang pernah terjadi antara mereka dengan begitu mudah?

Pak Surya tampak sedikit canggung, seolah menyadari kesalahan dalam pernyataannya. "Oh, begitu ya. Maaf kalau salah paham. Pak Surya pikir, ya... begitulah. Tapi, nggak apa-apa."

Leon hanya mengangguk singkat, sementara Vera masih terdiam. Pak Surya kemudian berpamitan dan kembali ke ruangannya, meninggalkan Vera dan Leon berdiri berdua di lorong yang sepi.

Vera mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara. "Kak... beneran, aku gak pernah menyangka Kaka bakalan ngomong begitu?"

Leon menatapnya dengan dingin, seolah-olah kata-kata itu tidak penting baginya. "Itu hanya cinta monyet bukan? Lagipula, itu sudah lama. Buat apa diungkit lagi?"

Vera merasakan hatinya seperti dihancurkan berkeping-keping. Dia ingat betul semua momen-momen bersama Leon, momen yang dia pikir berarti bagi mereka berdua. Tetapi, melihat sikap Leon sekarang, semuanya terasa seperti ilusi belaka.

"kak, aku..." Vera mencoba berbicara, tetapi suaranya tersendat.

"Kita sudah selesai, Vera," kata Leon tanpa basa-basi. "Jangan bikin ini lebih sulit dari yang seharusnya."

Vera ingin mengatakan sesuatu, tapi kata-kata itu terjebak di tenggorokannya. Dia hanya bisa menatap Leon yang kemudian berbalik dan berjalan pergi meninggalkannya, lagi.

Setelah Leon menghilang dari pandangannya, Vera akhirnya menghembuskan napas yang dia tahan. Tangannya gemetar, dan dia merasa perlu segera meninggalkan tempat itu. Dia berbalik dan berjalan cepat ke arah taman, tempat di mana dia bisa menyendiri, jauh dari semua ini.

ANGGARA [ Joy & Jaehyun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang