G

1.3K 81 3
                                    

Akhirnya setelah sekian lama ini cerita lanjut lagi wkwk, berhubung yang sebelah udah end mari lanjut cerita dedek Raga dan babang Abranya..



________


Setelah kejadian kemaren, Raga sedikit menjadi pendiam dan tidak secrewet biasanya.

Ayah dan Mamahnya sebenarnya cukup kaget dengan perubahan Raga, Tapi ketika anak itu ditanya selalu bilang gapapa dan gapapa.

Sedangkan Abra juga santai saja seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Ah lupakan itu.

Sekarang ini Raga tengah belajar di kamarnya, Mengerjakan PR nya.

Tiba-tiba pintu dibuka dan menampilkan Abra yang tengah menatapnya dengan datar.

"Kenapa?" Tanya Raga dengan malas.

"Lu marah sama gua?" Tanya Abra.

"Pikir sendiri" Jawab Raga dengan sinis, Ia lalu kembali mengerjakan PR nya dan berusaha mengabaikan Abra.

Abra yang kesal karena merasa tidak dianggap pun akhirnya masuk ke dalam kamar Raga, Tanpa mengunci pintunya. Hal itu membuat Raga berdecak.

"Ngapain masuk sih?!" Tanya Raga dengan kesal.

Abra hanya diam dan merebahkan badannya di kasur.

Raga menatap Abra dengan kesal, "Keluar gak!?"

"Gak" Balas Abra santai.

"Ngapain sih tiduran di situ, sana ih! Pergi sana!! Gua muak liat muka lu" Ucap Raga membuat hati Abra seakan dicubit.

Sejak kapan Raga menggunakan Gua untuk memanggil dirinya sendiri?

"Bacot! Udah sono lanjutin ngerjain PR lu" Ucap Abra membuat Raga berdecih.

Bocah itu kembali duduk di kursi belajarnya dan mengerjakan PR nya. Walaupun selama mengerjakan PR nya ia sama sekali tidak fokus.

"Masih sakit?" Tanya Abra membuat Raga menghentikan aktivitas menulisnya.

Mengingat kejadian itu membuat Raga sakit hati.

"Gua tanya sama lu, masih sakit?" Tanya Abra lagi dengan tajam dari arah kasur.

"Udah sembuh" Balas Raga cuek. Padahal aslinya lubangnya masih perih, apalagi jika dirinya sedang buang air besar.

Suasana menjadi hening dan canggung.

Raga memilih bodoamat dan kembali ke aktivitasnya.
















Hingga tidak terasa jam sudah menunjukkan tengah malam, Raga sudah menyelesaikan PR nya dan berniat ingin tidur karena sudah mengantuk.

Tapi saat melihat ke arah kasur rasa kantuknya tiba-tiba hilang.

Ia melihat ke arah Abra yang tertidur dengan pulas.

Sangat Tampan!

Raga mengakui itu.

Ah sudahlah, dari pada terus-terusan menganggumi Abda sebaiknya sekarang dirinya segera pergi ke kamar tamu untuk tidur disana.

Raga ingin mengambil boneka angry bird berwarna merah miliknya, Tapi tiba-tiba tangannya di cekal oleh Abra.

Abra membuka matanya, "Mau kemana lu?" Tanya Abra dengan suara seraknya.

"Mau tidur di kamar tamu" Balas Raga enggan menatap Abra.

Tanpa aba-aba Abra langsung menarik tangan Raga membuat Raga terjatuh di atas kasur.

Abra memeluknya dengan erat, Raga mencoba melepaskan pelukan Abra. Tapi Abra memeluknya begitu erat.

Kini wajah Raga tepat berada di jakun milik Abra, Ia bisa merasakan detak jantungnya kini berdetak begitu kencang.

"Lu marah kan sama gua?" Tanya Abra.

"Gak"

"Jangan bohong Ga, tatapan mata lu udah ngejelasin semua"

"Udah tau ngapain nanya" Balas Raga cuek.

"Ngapain lu marah sama gua? Kita kan ngelakuin itu mau sama mau" Ucap Abra membuat Raga terdiam.

Apa yang diucapkan Abangnya itu benar juga, Mereka melakukan itu atas dasar mau sama mau. Tapi kan itu juga karena obat yang diberikan oleh Abra!

"Gua kan kemaren udah bilang kalau gua salah ngasih lu obat, makanya kalo gua belum selesai ngejelasin jangan nangis mulu yang lu gedein" Ucap Abra membuat Raga berdecak.

Abra mengencangkan pelukannya, Mencium pucuk kepala Raga yang sangat candu itu.

"Tidur Ga, udah malem"

"Hmm"

"Good night"

Cup!

"Good night juga abang" Gumam Raga membalas pelukan Abra.

"Have a nice dream"





_________

TBC

ABRAGA✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang