-Ⴆαɠιαɳ ƙҽʂҽႦҽʅαʂ

509 71 44
                                    

˚₊·͟͟͟͟͟͟͞͞͞͞͞͞➳❥ ꒰ ⌨ ✰ v e e ⁱˢ ᵗʸᵖⁱⁿᵍ··· ꒱ | ೃ࿔₊•
.
.

Keheningan mendalam merayapi. Baik Duri maupun Fang masih sama-sama enggan untuk membuka suara.

Mata Duri menatap kearah pepohon disebrang taman. Sebisa mungkin Duri mengabaikan Fang, sebab Duri tak tau apa yang harus ia ucapkan pada Fang. Semuanya terasa begitu rumit bagi Duri.

“Kemana aja Ri??. ” pertanyaan itu mampu membuat lamunan Duri terbuyarkan. Sebelum berucap Duri berdehem pelan “Duri ada dirumah, nggak kemana-mana. ”

Jawaban dari Duri tentu membuat Fang mengerutkan dahinya heran “Terus selama beberapa hari ini lo ngapain?? nggak masuk sekolah? boloss sekolah?. ”

Duri diam, tak berniat menjawab jujur Duri merasa sedikit tersinggung sebab Fang bertanya dengan sarkas padanya.

Tak mendapati jawaban dari sang lawan bicara Fang menghela nafas “Nilai lo bisa lebih rendah dari sebelum—sebelumnya karna lo bolos tau nggak?? mau lo disiksa terus sama keluarga lo, lo tau apa konsek—”

“Aku sakit Fang. Aku bolos sekolah bukan tanpa alasan. Aku dirawat intensif. ”

“Terus kenapa lo nggak ngabarin gue?? segitunya lo ngambek sama gue?? gunain dikit otak lo, hp lo buat apaan gue tanya??!!. ”

Fang berkata dengan sedikit marah, sebisa mungkin ia mengontrol emosinya yang bisa meledak kapan saja.

Setiap kata yang keluar dari mulut Fang seolah peluru bagi Duri, sudut bibir anak itu semakin menurun sekarang menurutnya Fang tak ada bedanya dengan saudara-saudaranya.

“Hp ku rusak—”

“Lo sakit paling—an demam, harus selebay itu sampe dirawat intensif?? Heh.. pantes lo sering dibully. ”

Tangan Duri terkepal erat sangat erat bahkan sampai telapak tangannya memutih. Ia kemudian mendongkak, menatap langit yang biru dengan pandangan kosong dan hampa.

“Aku gagal jantung Fang. ”

—Deg.

Empat kata itu mampu membuat Fang membeku. Sebelum kemudian alisnya terangkat tinggi, matanya membulat sempurna, dan dia menggelengkan kepalanya berulang kali dengan cepat.

“Aku manusia gagal.. ”

Saat itu juga, Fang merasa dunianya hancur. Hatinya seakan ditikam kuat, menyisakan sesak yang begitu hebat.

“N—nggak mungkin Ri, l—lo bohong kan?! n—nggak makaud gue tuh lo n—ngeprank gue kan?!. ” satu tangan Fang menyentuh pundak Duri.

Namun Fang kembali dibuat terkejut saat Duri menepis lengannya walau secara halus. Lalu Duri menatap Fang, menampilkan senyum sendu yang membuat Fang semakin merasa bersalah.

“Ternyata Fang sama aja kaya mereka. Ya harusnya sedari awal Duri sadar kan?? Bahwa kemanapun Duri melangkah dan berusaha untuk menetap, kehadiran Duri tidak akan pernah diterima. ”

“N—nggak Ri. Jangan ngomong gitu!. ”

Duri tertawa pahit “Fang, Fang tau nggak?? Kemarin-kemarin rokok Fang sama temen-temen Fang ada ditas Duri loh.. Duri gatau siapa yang nyimpen, tapi Duri tau Fang ngga bermaksud hehe mungkin??. ”

Looking For Happiness [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang