Wajib follow, vote, dan komen, sebelum membaca!
Aku mengikuti mereka berdua. Yang satu seorang gadis mungil dengan pernak-pernik lucu di kepalanya, dan yang satu lagi siswa brandal yang terkenal dengan kenakalannya.
"Njir, dia ngikutin, Teh." Yang laki-laki menatap sinis ke arahku sembari membisiki gadis mungil di sebelahnya.
"Iih! Apa sih! Tadi 'kan udah dua ribu!" Gadis mungil itu menunjuk tak sopan ke arahku yang setia mengikuti mereka dari belakang.
Wajah garang mereka nampak mirip. Kembar, ya? Sepertinya akan menyenangkan mempunyai saudara kembar.
"Mana? Aku belum dapat dua ribunya?" Aku menengadahkan tangan ke arah mereka berdua yang kini mendesis seperti anak kucing yang sedang terancam.
Mereka berdua lucu. Aku mendapat mainan baru sekarang.
Yang laki-laki mulai maju seperti melindungi yang perempuan. "Woi, lo kalo masih ngikutin kita, gue panggil barudak geng gue buat hajar lo!"
"Uy ... Mengerikan ..." Aku menjawabnya dengan nada mengejek.
Sekarang mereka berhadapan denganku. Aku bisa melihat nama keduanya yang tertulis di dada kiri masing-masing.
Nessaya Haryaka dan Nevando Haryaka. Oke, mulai hari ini aku akan memanggil mereka Yaya dan Dodo.
Dodo tersenyum masam seperti menahan sesuatu sesaat aku mengajeknya barusan. Detik selanjutnya dia menarik kerah kemejaku tanpa izin. Jujur, aku sedikit tersentak.
"Berani lo sama pimpinan Nganjuk Empire?! Bertumbuk kita sekarang!" Wah, meski dia lebih pendek dariku, nyalinya cukup besar. Apa karena dia ketua geng? Jadi, bisa bersikap arogan terhadap siapa saja yang ditemuinya?
Kendati demikian, bukannya takut, aku justru semakin ingin menjahili mereka. Meski Yaya hanya diam saja di belakang. Namun, tatapannya seakan mengerti semua yang kupikirkan.
"Udah, Van. Dia cuma anak cupu yang pengen nyari temen. Biarin aja." Yaya menarik kecil baju belakang kembarannya.
"Oh ya, kalian kembar? Siapa yang adik, siapa yang kakak?" Seketika aku bertanya, respon mereka justru berkedip beberapa kali dengan tampang polosnya.
"Gak bisa! Malah sok akrab dia! Jangan tahan gue , Teh! Gue tonjok aja biar kapok!!" Sepertinya, Dodo anak yang mudah tantrum. Lihatlah sekarang, Yaya menahan tubuh lelaki itu dengan susah payah.
"Diem Tuyul!! Mau gue bakar motor lo, hah?!" Gertakan Yaya mampu membuat Dodo mengulum bibirnya bungkam.
Mereka lucu sekali. Ini menarik. Aku ingin lebih dekat dengan mereka. Sampai aku tersenyum tanpa sadar menyaksikan tingkah jenaka keduanya.
Sekarang Yaya yang maju dan memundurkan Dodo. Dia mendongak menatap ke arahku. Jika, dari dekat, dia benar-benar kecil. Wajahnya kecil, hidungnya kecil, bibirnya kecil, manik obsidian yang cantik, serta surai hitam jelaga yang dibiarkan terurai dengan bando pita merah di tengahnya.
Gadis ini tersenyum ramah. "Kenalin, gue Nessaya. Panggil Nessa aja. Ini adek gue namanya Nevan. Salam kenal, Byron." Yaya menyodorkan tangan kecilnya itu yang menggemaskan.
"Salam kenal, Yaya. Salam kenal, Dodo." Aku membalas sapaannya sembari bergantian menoleh ke arah mereka.
"Bangk*!! Doda Dodo! Mulut lo soak!" Sudah kuduga Dodo tak akan menyukai panggilan itu.
Lagi-lagi Yaya menahan amukan adiknya dari depan. Hebatnya dia tetap mengulas senyumannya di depanku.
"Haha, sorry ya. Ini anak emang spesial, haha." Sekarang Yaya memiting leher Dodo yang sepertinya tidak main-main. Gadis yang tangguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remiges
FantasyKebosanan ini membunuhku. Menari seperti orang gila di dalam kamar sembari mendengarkan suara pecahan vas bunga dan perabotan rumah lainnya. Tak lupa raungan Mama dan pekikan menggelegar dari Papa yang membisingi rumah megah ini. Hingga, aku menemuk...