4. Kill the Ghost

54 7 3
                                    

Wajib follow, vote, dan komen, sebelum membaca!

"Byron!! Kamu beli apa lagi ini?!" Baru saja aku tertidur di sofa ruang tamu. Tanpa persiapan telinga ini sudah ditarik kencang.

Masih mengerjap bingung sembari mengumpulkan nyawa. Aku melihat ke arah Mama yang wajahnya didominasi warna merah.

"Beli apa, apanya?" Aku menggaruk perutku dengan menguap kecil.

Sebuah kotak persegi berwarna hitam menghantam wajahku. Aku mendesis kala lemparan itu tak main-main. Benar-benar wanita perkasa.

"Oh, sudah sampai, ya? Cepatnya." Kubolak-balik kotak paket yang baru saja menimpuk wajah tampanku.

"Heh! Siapa yang ngizinin kamu beli-beli online begitu?! Buang-buang uang orang tua aja! Pasti kamu nyuri uang Mama lagi, kan?!" Astaga, kenapa wanita ini kuat sekali tenaganya, aku sampai meringis kala rambut ini dijambak tanpa ampun.

"Jangan nuduh gitu, Ma. Byron gak ngambil uang Mama. Tapi, uang Papa."

Sekarang Mama semakin terlihat sangkak hati, gemas sekali ekspresinya itu. "Toh, harga paket ini hanya 10 perak gratis ongkir pula." Aku berdalih dan beranjak bangun dari sofa.

Kocar-kacir menuju kamar dan menghidar dengan gaya lemparan vas bunga dari Mama. Menutup pintunya tak santai lalu kukunci dengan seksama. Aku meloncat ke atas kasur, tak sabar ingin segera membongkar isi paket ini.

Detik pertama aku melucuti bungkusnya. Benar sebuah buku yang aku dapatkan. Namun, sedikit berbeda dengan judul dan kover buku yang tertera di internet.

Sampul depan dan belakang didominasi oleh warna putih, dan 3 kata menjadi tajuk bukunya yang berwarna hitam. Tak ada nama penulis, tak ada nama penerbit, hanya judul buku saja.

"Kill the Ghost?" gumamku membaca tajuk bukunya.

Rasanya seperti ditipu. Lagi pula berharap apa dengan harga gila seperti itu? Pasti ini hanya kelakuan orang iseng yang tak membutuhkan sampahnya lagi. Harusnya dia menjualnya lebih mahal jika ingin untung.

Dasar penipu yang tak pandai menipu.

Kecewa yang mendominasi, tapi aku tetap membuka lembaran awalnya. Membaca tak bersemangat deretan daftar isi, sampai pusat mataku menemukan hal yang unik.

"Cara-cara untuk survive di rumah hantu? Cara-cara untuk survive di sekolah hantu?Di mana lagi ini? Ha? Cara survive di kuburan hantu gimana konsepnya? Penulisnya gabut, ya?" ocehku seraya merebahkan tubuh ini di kasur.

"Hantu memang ada di mana saja. Tapi, mereka gak gigit, untuk apa harus dilawan? Ya, kan, Mbak cantik?"  Aku mendongak melihat si Cantik yang ada di atas lemari.

Wanita tembus pandang itu tersenyum malu, dia bahkan meringkuk kegirangan di atas sana. Benar-benar menggemaskan.

Merasa suntuk dengan isi bukunya. Aku memutuskan menutup kembali dan membuangnya ke sembarang arah. Ajaibnya, tanpa disengaja buku itu masuk ke dalam tasku yang terbuka lebar di lantai.

"Gol ...," sorakku disambung dengan menguap panjang.

***

Kami bertiga ada di taman halaman sekolah. Karena mereka aku beri hadiah bakso sewaktu di kantin. Sekarang mereka mulai mau bermanjaan denganku. Benar-benar seperti merawat anak kucing.

Maksudku, lihatlah si kembar itu sekarang! Nessa menidurkan kepalanya di paha kananku, tak hanya itu, yang lebih mengejutkannya lagi si kucing ganas satu ini juga ikut menidurkan kepalanya di paha kiriku. Yah, siapa lagi kalau bukan Dodo, ah maksudku Nevan.

Remiges Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang