BAB II. Karin dan Jovanka

2 1 0
                                    

2.2 Anak baru
Pagi ini Jovan seperti biasa menjemput Karin di rumahnya dan berangkat ke kampus bersama. Sepanjang perjalanan, Jovan selalu memegangi tangan Karin yang memeluknya. Jika ditanya, kenapa menggunakan motor? Itu karena Karin lebih nyaman saat menggunakan motor karena lebih leluasa untuk memeluk bayi besarnya ini. Meskipun terkadang Jovan akan menjemputnya menggunakan mobil dengan alasan tak ini gadisnya di tatap oleh banyak pasang mata.
“Kamu udah sarapan kan? Kalau belum kita ke kantin dulu buat sarapan.” Jovan melepas helm yang digunakan sang kekasih dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

“Tadi aku udah makan roti aja, tapi dibawain nasi goreng sama mama. Mau makan bareng?” Tanya Karin.

“Ayo, kita makan di kantin. Terus nanti aku antar kamu ke kelas.” Jovan menggandeng tangan kekasihnyya dan berjalan beriringan menuju kantin. Tentunya, tak sedikit orang yang memperhatikan mereka.

Setibanya di kantin, mereka disambut oleh teman-teman mereka yang sudah berkumpul disana. Mereka pun mendudukan diri diantara teman-teman mereka.
“Tumben kantin, Rin?” ucap salah seorang teman Karin, Gisella.

“Pasti belum sarapan terus dipaksa sama Tuan Muda Jovankan,” sahut seorang teman Karin, Niken.

“Mana ada gue maksa, tanya aja sama Karin. Ya kan, sayang?” Jovan tersenyum menatap Karin di sampingnya.

“Gue belum sarapan, tapi bawa bekel. Kalian udah sarapan?” Karin mengeluarkan bekal yang disiapkan mamanya dan meletakkannya di meja.

“Baru aja selesai, lo telat, Rin.” Niken menyodorkan segelas es teh kepada Karin, “Udah, ya. Janji gue udah lunas.”

“Kok cuma Karin? Gue enggak, Ken?” Tanya Haikal.

“Emang lo siapa? Kalau mau beli sendirilah,” ucap Niken.

“Hallo, semuanya!!! Widya in here! Apa kabar kalian semua sayang-sayangku?” Seisi kantin menatap kearah pintu masuk kantin dan menemukan Widya, gadis centil berkulit putih dengan tubuh pendek dan wajah yang manis.

“Wid! Sini!!!” Teriak Johan.

“Giliran Widya dateng baru ngomong lo,” sindir Andi.

“Biarin,” ucap Johan.

“Haloo! Btw, gue ada info terbaru di angkatan kita. Mau denger gak?” Tanya Widya.

“Kalaupun kita bilang enggak, lo pasti bakal ngasi tau kan?” Chandra menatap malas kearah Widya.

“Hehehe iyaa sih,” ucap Widya.

“Jadi, apa infonya?” Tanya Arsen.

“Di angkatan kita bakal ada dua murid baru, cowok cewek. Yang cowok kalau gak salah bakal sekelas sama Andi dan Chandra, yang cewek bakal satu kelas sama Johan, Jovan, Haikal sama Arsen. Gila, si cewek ini cakep banget woii. Meskipun cantikan gue sih,” jelas Widya.

“Guys!! Udah denger info tentang murid pindahan itu?” Rehan yang baru saja datang dan mendudukan dirinya diantara Chandra dan Haikal bertanya.

“Baru aja si Widya ngasi tau,” ucap Johan.

“Van, gue yakin lo pasti kaget,” ucap Rehan.

“Maksudnya? Kenapa Cuma gue?” Tanya Jovan.

“Asal lo tau, Karin juga bakal kaget pas tau siapa aja yang pindah,” ucap Widya pada Rehan.

“Emang kenapa? Kenapa gue sama Jovan harus kaget?” Tanya Karin.

“Hai/Hallo.” Semua yang duduk di meja itu menatap dua orang yang berdiri di sebelah meja mereka.

“Kamu/Lo?” Kini giliran Karin dan Jovan yang di tatap oleh teman-teman mereka.

“Mereka saling kenal?” Tanya Chandra.

“Mereka mantanan,” jawab Arsen. Karin dan Jovan saling tatap sebelum akhirnya kembali menatap kedua orang yang baru datang itu.

“Hi, Rin. Kita ketemu lagi, lo apa kabar?” Tanya laki-laki yang berdiri di hadapannya.

“Buat apa lo nanya-nanya tentang Karin? Mending lo pergi sana, ga usah ganggu Karin lagi.” Niken menatap nyalang pada laki-laki itu.

Sambil terkekeh pelan, laki-laki itu menatap Karin kembali, “Lo gak banyak berubah ya, Rin. Tetep cantik aja sama seperti awal kita kenal dulu.”

Karin mengalihkan pandangannya, merasa tak nyaman dengan kehadiran laki-laki itu. Tangannya sedari tadi mencengkram jas yang digunakan oleh Jovan.
“Bro, lo gak liat cewek gue gak nyaman dengan keberadaan lo disini? Mending lo pergi deh, jangan ganggu cewek gue.” Jovan merangkul Karin, membuatnya semakin dekat dengan dekapannya.

“Ternyata kamu udah punya pacar ya, Van? Aku kira kamu masih nunggu aku,” ucap perempuan yang sedari tadi diam menatap Jovan.

“Lo lagii. Apa gak cape ganggu Jovan lagi? Tahun lalu Jovan putus sama pacarnya gara-gara lo, sekarang bisa gak jangan ganggu Jovan sama cewek barunya?” Arsen menatap malas pada perempuan itu.

Diam-diam, Karin mendengarkan apa yang mereka bicarakan meskipun kepalanya berusaha ia tenggelamkan dalam pelukan Jovan. Jadi, perempuan itu masa lalu Jovan? Jadi dia alasan Jovan putus dengan kekasihnya setahun yang lalu? Lantas, mengapa Karin tidak tau? Mengapa Jovan tidak memberi tahunya akan hal ini?
“Heh! Mending kalian berdua pergi deh. Masih pagi juga, suka banget ganggu waktu orang,” ucap Gisella.

Tbc...
5 Juli 2024.

Aku atau Dia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang